💋KMD💋 - Chapter 09
Ada jutaan luka menganga dibalik senyuman bahagia.
Mengerucutkan bibir dengan kedua mata yang masih terpaku pada layar ponsel. Sesekali Suzy mengembuskan napas kasar ketika melihat jumlah pengikut yang semakin berkurang. Ada beberapa komentar jahat yang mampir di unggahan terakhirnya.
"Ish," desis Suzy sambil menghapus komentar yang menjatuhkan mood-nya. Sebagian besar sweeties, nama penggemar Suzy banyak yang kecewa dengan rumor itu. Well, Suzy tidak bisa melakukan apa pun. Ia tidak mempunyai bukti.
Ia mengacak rambut frustrasi. Andai saja tidak datang ke pesta itu. Andai saya mendengarkan petuah Soobong. Serentetan kalimat supposing bercokol di kepala.
"Pasti aku tidak perlu mengalami saat paling menyedihkan ini." Suara lirih Suzy membuat Jake menoleh.
"Sunbae, kau tidak apa-apa?" tanya Jake dengan fokus masih terarah pada jalanan.
Well, Suzy tidak sedang baik-baik saja. Ia melengkungkan bibir ke atas dan menjawab, "I'm fine."
"Sunbae, dunia hiburan pasti ada pasang surutnya. Aku adalah salah satu penggemar yang tidak mempercayai kabar itu. Aku percayai, kau adalah wanita baik-baik," ungkap Jake sambil tersenyum lebar.
Seperti mendapatkan kemenangan, Suzy menyunggingkan senyum. "Terima kasih, Jake. Semoga saja banyak penggemar yang seperti dirimu."
Suara panggilan masuk terdengar, huruf hangeul 'Eomma' tercetak di layar.
"Ah, Eommaku. Tunggu sebentar, Sunbae." Jake memasang earbud di salah satu telinga, lalu menerima panggilan itu. Sementara Suzy mengangguk tanda mempersilahkan.
"A...Eomma," ucap Jake dengan lembut.
["Jake...terima kasih."]
"Tib-tiba? Untuk apa ucapan terima kasih itu?"
["Hyung-mu sudah bercerita kepada Eomma. Terima kasih sudah mau berbicara dengan Hyung-mu. Eomma Sangattt bahagia "]
"Ah, bukan apa-apa. Aku juga belum sepenuhnya memaafkan dia. Hanya berbicara seperlunya saja. Bukan berarti hubungan kami sudah membaik."
["Apa pun itu, Eomma senang melihat kalian berbicara lagi."]
"Ehm...Eomma, aku sedang menyetir. Nanti aku telepon lagi, ya." Jake mematikan sambungan panggilan itu.
"Ibumu?" tanya Suzy yang mendapatkan anggukan dari Jake sebagai jawabannya. "Senang ya, masih punya seorang Ibu. Ditambah kau juga memiliki kakak yang terlihat menyayangimu. Sungguh beruntung."
"Dulu keluarga kami sangat bahagia. Sebelum Appa-ku meninggal. Dan...hubunganku yang mulai merenggang dengan Jin Hyung membuat suasana rumah menjadi tidak sehangat dulu," ungkap Jake tiba-tiba.
Suzy tercengang, dan menoleh kepada Jake. "Hubunganmu dengan Seokjin tidak baik? Pantas kalian jarang berbicara. Kenapa?"
"Dia lebih memilih bersama kekasihnya, dibanding menemani Appa yang sedang sakit. Sampai Appa mengembuskan napas terakhirnya pun ia tidak datang." Jake menjelaskan. Meskipun berulang kali Seokjin berusaha memberi tahu hal yang sebenarnya. Jake masih tidak bisa menerima. Kebencian masih berselimut dalam hati. "Dia merasa dengan menjelaskan sekali saja itu cukup. Lalu diam. Jika aku diam, dia akan diam. Seperti itu lah Jin Hyung."
"Ahhh, kau sepertinya memiliki kenangan indah bersama Ayahmu," tukas Suzy.
"Yah, Appa meninggalkan sejuta kenangan indah bersamaku. Pasti Sunbae juga kan? Aku pernah dengar kalau seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya," ujar Jake sambil sesekali mencuri lihat ke arah Suzy.
Wanita berambut hitam itu terdiam sejenak. Perlahan ia mengembuskan napas. "Tidak, ayahku meninggalkan kenangan pahit. Bahkan ingin rasanya aku hilang ingatan. Menghapus namanya dalam hidupku."
Selintas, Jake bisa melihat raut wajah kesedihan Suzy. "Maafkan aku, Sunbae. Seharusnya aku tidak bertanya.
"Tidak apa. Jake, terima kasih banyak sudah mau mengantarkan ku ke Gwancheon."
"Bukan masalah besar. Lalu apa rencanamu selanjutnya?" Jake mengalihkan topik pembicaraan.
"Ehm, aku akan menjual beberapa properti yang diinvestasikan oleh pamanku. Untuk membeli rumah dan libur sementara dari dunia entertainment. Aku belum terpikirkan rencana selanjutnya. Jalani sajalah," terang Suzy.
Well, untuk mendapatkan nama baiknya kembali bukanlah perkara mudah. Bahkan jutaan warga Korea tengah menghujatnya saat ini. Mengecap seorang Angela Suzy yang dulu seorang 'Dewi Korea' menjadi 'Pelakor'. Menyedihkan.
Katakanlah ini adalah akibat dari kebodohan Suzy selama ini. Sekarang ia hanya bisa menyesal. Yah, nasi sudah menjadi bubur. Namun, bubur juga bisa menjadi hidangan yang bisa dinikmati. So... Suzy akan menjalani semua garis hidup yang ditakdirkan untuknya. Sekali lagi, life must go on.
Sementara di tempat yang berbeda, Seojin memasukkan kembali foto berukuran kecil itu ke dalam leather jacket-nya. Meraih sarung tangan yang tersampir di meja. Ia mengendarai motor untuk tiba di Galeri. Well, Jake membawa mobilnya untuk mengantarkan Suzy tadi.
Suara celetukan dari beberapa pegawai mendarat di rungu Seokjin. Kebetulan ia harus melewati pantry untuk menuju ke tempat parkir.
"Suzy?"
"Iya, Angela Suzy. Model yang katanya bersih dari berita miring. Ternyata selingkuhan seorang pejabat," celetuk seorang wanita dengan rambut yang dikucir kuda.
"Pantes karirnya mulus, seperti tidak ada halangan. Pendukungnya aja seorang pejabat," timpal wanita yang lain sambil menyesap minumannya.
"Model emang begitu, memanfaatkan tubuh dan wajah cantiknya. Dasar murahan."
Langkah Seokjin merapat dan masuk ke dalam pantry. "Apakah ini tempat untuk bergosip?"
Kedua wanita itu terkesiap ketika melihat sosok Seokjin, yang tentu dikenal mereka sebagai putra pemilik galeri.
"Jangan membicarakan orang lain sebelum tahu kebenarannya," tambah Seokjin dengan tatapan tajam layaknya elang. "Lebih baik kalian lanjutkan bekerja. Ini belum waktunya untuk beristirahat bukan?"
"Ma-maaf, kami akan kembali bekerja." Kedua wanita itu mempercepat langkah dan melewati Seokjin.
Pria itu menghela napas kasar. Rungunya kembali menangkap berita yang sedang tayang di layar televisi.
Untuk saat ini kami tidak bisa banyak memberi pernyataan. Kami hanya bisa meminta maaf, dan kontrak bersama Angela Suzy sudah tidak akan kami perpanjang lagi.
Seojin mendesis ketika mendengar pernyataan dari salah satu penanggung jawab agensi. "Tanpa pembelaan apa pun."
***
Jake menyugar rambut dan sesekali memijat pelipis. Kepalanya seperti tertindih beban yang berat. Padahal ia hanya meneguk beberapa sloki soju saja.
Melirik dari ekor mata. Jake mendapati Suzy yang sudah tidak berdaya. Wanita itu sudah menghabiskannya empat botol soju seorang diri. Ia terlihat sangat frustrasi ketika mengetahui bahwa tidak ada satu pun properti yang diinvestasikan atas namanya atau sang paman.
Sambil tergopoh, Jake keluar dari mobil. Berniat untuk membawa Suzy masuk ke dalam rumah. Entah sanggup atau tidak, untuk menopang tubuh sendiri saja terasa berat.
Mendengar suara mobil, Seokjin memeriksa dari jendela. Benar, sang adik baru saja sampai.
"Jake? Ada apa dengannya? Apa dia mabuk?" gumam Seokjin sambil berjalan keluar.
"Jake! Kau mabuk? Kau menyetir dalam keadaan mabuk?" tanya Seokjin.
"A-aku hanya minum sedikit. Tapi entah kenapa, kepalaku rasanya pusing," ungkap Jake sambil bersandar pada pintu mobil.
Seokjin langsung mengalungkan lengan Jake pada lehernya. Kemudian memapah sang adik masuk ke dalam rumah.
"Suzy Sun-sunbae masih ada di dalam mobil," ucap Jake yang membuat Seokjin menoleh.
"Nanti aku bawa dia ke dalam. Sementara kamu menginap dulu di sini. Besok pagi baru kembali ke apartemen," perintah Seokjin.
Setelah menidurkan Jake di salah satu kamar kosong. Seojin kembali keluar dan memeriksa Suzy. Wanita itu menutup kedua matanya, tetapi dengan napas memburu. Air mata mengalir dari ujung mata. Ia terisak.
"Eo-eomma, a-apa yang harus aku lakukan," gumam Suzy yang masih menutup kedua mata. Sepertinya wanita itu berucap secara tidak sadar.
Seojin menyelipkan lengan kukuhnya di tengkuk Suzy. Kemudian mengangkat tubuh sintal itu secara perlahan.
"Eomma." Secara tiba-tiba lengan Suzy mengalung pada leher Seojin. Diikuti kepalanya yang mencari posisi nyaman di dada bidang Seojin.
Tidak dipungkiri, Seojin cukup tersentak dengan gerakan spontan dari Suzy. Ia berusaha mengabaikannya dan membopong tubuh wanita itu menuju ke kamar.
Perlahan, Seojin menjatuhkan tubuh Suzy di atas ranjang. Buliran bening masih terus menetes dari ujung mata wanita itu. Dengan tangan kosong, Seokjin pun mengusapnya. Ada jutaan lara terukir di sana.
Ini adalah kali kedua Seojin melihat tangisan Angela Suzy. Seorang wanita dengan senyuman lebar di papan billboard yang pernah menjadi pemandangan apartemennya.
She is not happy anymore.
TO BE CONTINUED....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro