💋KMD💋 - Chapter 02
Hai sweety, jangan lupa tinggalkan vote dan jejak yah 🥰🥰🥰
Ternyata, nasib kita tidak hanya bertabrakan sekali saja.
.
.
.
"Apakah Suzy sudah siap?" tanya salah satu staf kepada Soobong.
"Ahhh, sudah sudah sebentar lagi dia akan ke sana." Soobong membalik tubuhnya dan menatap Suzy. Sementara Suzy masih mencuri lihat ke arah Seokjin yang sudah siap untuk melakukan pemotretan.
"Yaaa! Suzy-ya apa yang kau lakukan? Cepat kesana!" perintah Soobong. Tidak bisa memberikan alasan apapun, Suzy akhirnya melangkah dengan berat.
Ia mengembuskan napas pelan dan merapikan letak rambutnya. "Gwenchana (Tidak apa-apa) Suzy-ya, mungkin pria itu tidak akan mengenalimu. Semoga saja."
Seokjin yang jelas tidak melupakan wajah Suzy menahan tawa. Ketika sekilas kejadian pagi tadi terasa menggelitik.
Suzy mulai berpose dengan tangan yang berkacak pinggang. Rambut hitamnya yang terurai berkibar karena tiupan blower.
"Oke! Nice!" ucap Seokjin ketika berhasil menangkap beberapa pose. Tidak sulit untuk memberikan arahan kepada Suzy. Well, dia adalah model profesional yang sudah hafal dengan segala jenis pose.
Soobong tersenyum bangga ketika melihat Suzy yang berpose apik di depan kamera. Hingga detik ini sudah ada enam puluh majalah yang menggunakan wajah Suzy sebagai sampulnya. Selain itu, ada tujuh brand ternama yang memilih Suzy sebagai brand ambassador. Hampir setiap hari wajah Suzy menghiasi televisi Korea. Wajahnya tidak pernah gagal untuk menyampaikan isi dari produk yang ditawarkan. Bahkan tidak jarang, produk yang diiklankan oleh Suzy akan habis terjual dalam hitungan jam saja. Begitu kuatnya kekuatan seorang Angela Suzy.
Suzy melanjutkan berpose sambil duduk santai, dengan ekspresi wajah yang seksi. Pesonanya benar-benar terpancar, terlebih ketika sinar mentari menembus dari jendela belakang dan menerpa sebagian wajah.
"Okay, cukup," ucap Seojin. Ia mulai melihat-lihat ulang hasil jepretannya. Tidak ada yang gagal. Semua foto Suzy terlihat memukau.
"Terima kasih untuk kerja kerasnya hari ini." Suzy berkali-kali membungkukkan tubuhnya kepada staf. Namun pandangannya berubah menjadi kecut saat melihat Seokjin.
Salah satu sudut bibir Suzy terangkat, dalam hati mencemooh Seokjin dengan kata-kata kesal. Gara-gara pria itu, harga dirinya seakan dijatuhkan ke dasar laut.
Sepatu beda warna itu memang sialan...
"Wah, hasilnya tidak ada yang jelek. Ini semua karena modelnya yang luar biasa," tukas Minjae sambil melirik ke arah Suzy. "Suzy-ssi terima kasih untuk kerja kerasnya hari ini."
"Ndee (Baik)." Suzy menundukkan kembali tubuhnya. Namun ia langsung memutar tubuh dengan cepat ketika kedua matanya bertemu dengan mata Seokjin.
Suzy melemparkan tubuhnya di sofa ruang ganti. Ia mengembuskan napas berkali-kali. Dari sekian banyak pria dan fotografer, mengapa harus dipertemukan dengan pria itu?
Ahhh...
"Oppa, apa besok aku ada jadwal?" tanya Suzy.
"Kau ada waktu dua puluh empat jam. Kau bisa beristirahat besok," jelas Soobong sambil mengulurkan air mineral untuk Suzy.
"Libur?" Bibir Suzy melengkung ke atas. "Baiklah aku akan bersenang-senang malam ini."
"Kau mau pergi kemana?" Soobong menyelidik.
"Aku dapat undangan pesta dari pejabat Han," jawab Suzy sambil membuka fitur kamera pada ponselnya.
"Pejabat Han? Suzy-ya bisakah kau tidak terlalu dekat dengan para pejabat itu?" Soobong duduk di samping Suzy yang sedang bersiap untuk melakukan selca.
"Kenapa? Justru mereka akan membuat karirku semakin bersinar," ujar Suzy sambil mengedipkan salah satu mata dan memotretnya. Ia segera mengunggah foto itu di instagram dengan caption 'Selesai pemotretan hari ini, sangat menyenangkan'. Kemudian diakhiri dengan simbol tiga hati berwarna merah.
"Aku hanya khawatir saja. Sebaiknya kau kurangi kebiasaan berpesta atau sekedar berkumpul di bar. Selama ini image-mu adalah seorang model yang jauh dari kabar tidak sedap. Image-mu sangat baik, Suzy-ya. Aku tidak bisa selamanya menutup mulut para wartawan dengan uang. Suatu saat mereka bisa menangkap kebiasaanmu itu." Soobong menjelaskan panjang lebar. Kali ini raut kekhawatiran tergurat jelas di wajah.
"Oppa, aku tidak macam-macam. Lagi pula pesta yang diadakan pejabat Han selalu privat. Sudah dipastikan keamanannya, jadi jangan khawatir."
"Tetap saja. Karirmu sedang sangat baik saat ini, pasti ada beberapa orang yang ingin menjatuhkanmu," tukas Soobong masih khawatir.
"Tenanglah Oppa. Apa kau tidak mengenalku? Aku bisa mengatasi semuanya. Gwenchana (Tidak apa-apa)."
💄💄💄
Dengan gaun panjang berwarna hitam legam, Suzy melenggang memasuki sebuah bar yang sudah disewa oleh pejabat Han. Hanya ada beberapa tamu undangan di sana, tentu saja orang-orang pilihan. Ia mengedarkan kedua matanya di ruangan yang didominasi warna coklat keemasan. Lampu gantung yang memancarkan cahaya temaram menambah kesan klasik namun tetap berkelas pada ruangan itu.
Seorang waiter menawarkan minuman kepada Suzy. Red wine yang menguarkan aroma khas itu menjadi pilihannya. Ia mulai menyesap rasa anggur yang sedikit menyengat kerongkongan. Jemari lentik dengan kuku warna merah memegang tangkai gelas sambil sesekali menikmati rasa wine. Well, seni minum wine memang bisa membuat kesan berkelas pada siapa saja yang meneguk minuman mahal itu.
"Suzy-ya, kau datang?" Suara seorang wanita membuat Suzy menghentikkan aktifitas kenikmatan minuman itu.
Suzy segera menoleh. "Eunbi Sunbae (Senior)?"
"Oh ya, selamat atas kemenanganmu di Awards kemarin." Wanita dengan rambut sebahu itu merapatkan tubuhnya pada Suzy dan berbisik lirih di salah satu telinganya.
"Tidak kusangka usahamu mendekati pejabat Han berjalan dengan sangat lancar."
Suzy terkikik, "Sunbae, semua itu karena usaha dan kerja kerasku."
"Well, kita tidak akan pernah tahu usaha apa yang sudah kau lakukan." Eun bi tersenyum sinis sambil berlalu meninggalkan Suzy.
"Wanita menyebalkan. Bahkan dia tidak pernah menang meskipun selalu masuk dalam nominasi," gerutu Suzy.
Yoo Eunbi merupakan senior Suzy saat masih belajar di kelas modeling. Ia juga termasuk rival Suzy. Ah, Suzy tidak pernah menganggap wanita itu sebagai rival. Hanya menganggap sebagai wanita menyebalkan yang selalu mengusik hidupnya.
💄💄💄
Cheers!!!
Sloki yang berada di genggaman para pria-pria itu beradu. Menciptakan suara dentingan diikuti riuh gurauan mereka.
"Ah," Seojin mendesah ketika tegukan soju meninggalkan rasa keras di kerongkongan.
"Wah, sudah lama kita nggak kumpul seperti ini," ucap seorang pria dengan lesung pipi yang tercetak ketika mengulas senyum. Pria itu adalah Choi Namjun, pengacara hebat di salah satu lembaga hukum yang terkenal di pusat Seoul.
"Sebenarnya hanya kalian berdua yang sibuk," celetuk pria dengan apron yang membungkus pinggang.
"Yaaa! Jo Hoseo, siapa yang kau maksud? Aku?" timpal Namjun sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Bukan! Kau hanya pura-pura sibuk saja. Dua orang di depanku, Seojin dan Yunki tentu saja."
"Asal kau tahu, aku sebenarnya juga sangat sibuk. Banyak kasus yang harus kuselesaikan." Namjun tidak terima.
"Setidaknya kau setiap malam masih bisa datang ke restoranku untuk mabuk, Jun."
"Benar juga," jawab Namjun pasrah. Puluhan kasus memang terkadang membuat kepala Namjun berat dan kusut. Hanya alkohol yang bisa membantu menguraikan kekusutan itu.
Yunki terkekeh, diikuti dengan Seojin yang sesekali masih menyesap sisa soju dari slokinya.
Keempat pria itu memang sudah bersahabat sejak lama. Ibu Seokjin adalah adik dari ibu Yunki. Sementara Namjun dan Hoseo adalah sahabat Seojin sejak duduk di bangku sekolah. Intensitas sering bertemu, membuat mereka semakin akrab. Selain itu, kenyamanan juga sudah terbentuk satu sama lain. Meskipun tidak jarang saling melemparkan ledekan. Well, itulah bumbu persahabatan.
"Namjun-ah, apakah ada perkembangan tentang Yoona?" tanya Seojin tiba-tiba.
"Aku besok ada jadwal bertemu dengan detektif yang menyelidiki kasus Yoona. Aku berjanji akan segera menangkap pelakunya," ungkap Namjun.
"Terima kasih Namjun-ah." Kasus Yoona memang sudah berjalan tiga bulan. Namun titik terang tidak kunjung datang. Kepergian sang calon istri selain meninggalkan kesedihan juga menyisakan teka-teki.
"Seojin-ah, aku dengar kau mau pindah rumah? tanya Hoseo.
"Ehm, aku mau istirahat sebentar setelah kontrakku dengan salah satu agensi selesai. Apartemen itu terlalu banyak kenangan indah, yang membuatku sulit untuk melupakan Yoona," jelas Seojin.
"Ah sudahlah, ini bukan waktunya untuk bersedih. Kita minum lagi." Yunki menaikkan sloki yang berisi penuh dengan soju. Ia berusaha mencairkan suasananya yang sempat muram. "Aku sudah menemukan rumah yang cocok untukmu. Tempatnya tenang dengan halaman yang luas. Seongbuk-dong adalah pilihan yang tepat."
"Ah, ini kurang Jeon. Aku tak menyangka adikmu itu memilih untuk melanjutkan studi di California," celetuk Namjun.
"Jeon besok sampai di Seoul, lusa adalah peringatan kematian ayahku," jelas Seojin.
"Ah, hampir saja aku lupa," ujar Yunki.
"Lalu gimana sama Jake? Apakah dia juga akan datang? Anak itu selalu menghindarimu. Ahh dasar bedebah kecil." ucap Hoseo yang membuat suasana hati Seojin menjadi berubah. Jake memang sudah memusuhi Seojin sejak satu tahun yang lalu. Tepat setelah kematian sang ayah.
Seojin tidak menjawab. Ia kembali meneguk hingga tandas sisa soju di slokinya.
Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa jarum jam sudah menunjukkan lebih dari tengah malam. Seojin masih bisa berdiri tegak menopang tubuh. Ia tidak minum terlalu banyak, karena masih harus mengemudi. Sementara Yunki dan Namjun sudah mabuk dan terkapar di atas meja.
Seojin mengangkat dan membawa tubuh Yunki dan Namjun secara bergantian ke dalam taksi.
"Tolong antar mereka berdua sesuai alamat, Ahjussi," pinta Seojin setelah menggeletakkan tubuh Namjun di kursi penumpang. Kebetulan mereka berdua tinggal di satu kawasan.
Melihat Hoseo yang ikut terkapar di atas meja, Seojin berdecak. "Mereka semua memang payah."
Seojin segera melajukan mobilnya. Lantunan lagu cinta dari solois Yonghwa menyeruak di sela-sela udara. Sesekali Seojin menarik kedua sudut bibir, teringat wajah Yoona. Wanita itu sangat menyukai lagu ini. Bahkan tanpa bosan ia akan memutarnya secara berulang.
Baby, want your love
Baby, want your love
Baby, want your love
Love you, love you
I'll take you in to my mind
Baby, want your love
Oh oh oh oh oh
Baby, want your love
Oh oh
Keinginan Seojin untuk membawa Yoona menjadi anggota baru keluarga Kim, telah pudar. Mempunyai salah satu menantu juga merupakan harapan terbesar ibu Seojin. Anggota keluarga Kim didominasi dengan pria, tidak heran kalau sang ibu terkadang merindukan sosok wanita untuk sekedar diajak memasak atau merajut bersama.
Seojin merupakan kakak tertua dari tiga bersaudara, adik keduanya bernama Kim Jeon sedang melanjutkan studi bisnis di California, sementara Kim Jae Hyun atau yang biasa dikenal dengan nama Jake memilih menjadi idol. Cukup beragam memang profesi dari keluarga Kim. Bahkan sang ayah yang merupakan salah satu pejabat negara, tidak menyangka bahwa ketiga putranya tidak ada yang tertarik di bidang politik. Semua lebih menuruni darah seni dari sang ibu, yang merupakan seorang pelukis terkenal.
Ah, lagi pula siapa yang bisa memutar waktu? Siapa yang bisa menentukan jalan hidup seseorang? Siapa yang bisa mengetahui kepergian seseorang?
Kaki kanan Seojin menginjak gas lebih dalam, jalanan Seoul terlihat lengang kalau sudah memasuki waktu dini hari.
Setelah melaju beberapa meter, mobil Seojin berhenti di sebuah lampu merah. Ia merenggangkan sebentar otot pundaknya, sambil sedikit menggeliat. Tanpa disadari, pintu di kursi penumpang terbuka. Seorang wanita dalam keadaan mabuk tiba-tiba saja masuk ke sana tanpa permisi.
"Yaaa Oppa, cepat jalan. Aku sangat lelah hari ini. Astaga... pesta perayaan itu sangatlah menyenangkan. Akhirnya A-NGE-LA SU-ZY memenangkan nominasi lagi. Aku akan menjadi mo-del in-ternasio-nalll! Yeay!" Bibir wanita itu terus bergumam tanpa jeda.
"Permisi Nona, sepertinya anda salah mobil. Bisakah anda turun sekarang."
Suzy langsung menegakkan tubuhnya, dan memandang Seokjin lekat-lekat. Kemudian ditempelkannya jari telunjuk pada bibir, mengisyaratkan untuk diam. "Ststst! Soobong Oppa, kau itu terlalu berisik!"
Seojin menghela napas pelan, menguarkan kekesalan yang mulai timbul. "Pertama, nama saya bukan Soobong. Kedua, anda salah masuk mobil. Ketiga, bisakah anda keluar?"
"Ahhh, kau sungguh sangat cerewet hari ini!" Suzy membanting tubuhnya dan terkapar pada kursi penumpang.
Seojin kembali berdecak, "Apakah wanita ini sudah gila?"
Tok tok tok
Ketukan dari jendela mobil yang menampilkan sosok sedikit gembil dengan kaca mata berbingkai tebal membuat Seokjin terjingkat. "Kkamjjagiya!"
Astaga! Hari ini rasanya jantung Seojin diberi terapi kejut secara berulang. "Yaaa, bisakah tidak membuatku terkejut?"
Wajah Seojin yang sedikit tertutup oleh topi, membuat Soobong sekilas tidak mengenalinya. Well, sebenarnya mereka juga tidak saling mengenal. Hanya Soobong tahu kalau pria itu adalah fotografer terkenal yang pagi tadi memotret Suzy.
"Joesonghaeyo (Maaf), saya cuma mau membawa wanita itu," ucap Soobong dengan wajah memelas sambil menunjuk ke kursi penumpang. Di mana ada Suzy yang terkapar dengan tangan merentang dan mulut yang sedikit terbuka.
"Saya asistennya. Maaf dia tadi terlalu mabuk. Joesonghabnida." Berkali-kali Soobong menundukkan tubuhnya seraya mengucapkan kata maaf.
"Baiklah, segera bawa wanita itu keluar dari mobilku."
"Kamsahabnida (Terima kasih)," ucap Soobong. Pria dengan tubuh sedikit berisi itu mengangkat tubuh Suzy untuk keluar dari mobil Seokjin.
"Yaaa! Jauhkan tanganmu dariku, dasar berengsek! Mata keranjang!" ucap Suzy serampangan. Yah, sepertinya kenikmatan alkohol tadi sudah menghilangkan kewarasan dari otak Suzy.
"Suzy-ya, ini Oppa," bisik Soobong sambil sesekali mencuri lihat ke arah Seokjin.
"Oppa? Soobong Oppa? Yaaa Oppa, cepat antar aku pulang, aku sangat lelah."
"Baik-baik."
"Oppa, kau tahu... sekarang aku benar-benar bisa menjadi model yang sangat terkenal. A-NGE-LA SU-ZY."
"Suzy-ya, jangan berteriak." Bisikan Soobong terkesan sia-sia. Suzy masih saja mengucapkan hal-hal yang tidak terarah.
"Permisi, bisakah anda merahasiakan hal ini?" ujar Soobong lirih.
Seojin menoleh dan menampilkan keseluruhan wajah yang dikenali oleh Soobong. "Tentang?"
"Seo-seojin-ssi? Soobong tertegun sejenak ketika melihat wajah Seojin, kemudian melanjutkan ucapannya dengan terbata-bata, "Ma-maksud saya jangan sampai keadaan mabuk Suzy diketahui oleh media."
"Aku tidak ada minat untuk menjual berita tentangnya. Jaga dia baik-baik, banyak paparazi yang berkeliaran," tukas Seojin.
Soobong mengangguk pelan, dan berkata, "Terima kasih banyak Seojin-ssi. Sekali lagi, terima kasih banyak."
Seojin mengangguk pelan. Kedua netranya tanpa sadar masih mengamati Soobong yang memapah tubuh lemas Suzy dari kaca spion. "Ada-ada saja."
TO BE CONTINUED...
Hayooo udah bisakah menebak gimana hubungan Seojin dan Suzy bisa berlanjut. 😁😁😁
Tungguin next chapter yak...
Stay safe and Healthy
Sayang kalian 😘
Geng tamvan penuh huru-hara
Angela Suzy
Jake
Soobong
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro