Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3

(Updated! Did you wait for this chapter?)

...

Sejak di bangku sekolah dasar, guru olahraga Eunhee selalu bilang kalau Eunhee punya gerak reflek yang cukup bagus. Dan katanya ini hal yang cukup berguna, terutama untuk perempuan.

Untuk mempertahankan diri dan menyelamatkan diri, tentu saja.

Dia ingat bagaimana dulu ibunya pernah bilang kalau seorang perempuan itu harus menjaga dirinya dengan baik.

"Besar nanti, jadilah gadis yang tangguh, Eunhee. Perempuan juga harus kuat, bukan hanya laki-laki."

Dan Eunhee menganggukkan kepalanya saat itu. Di umurnya yang masih berusia 5 tahun, Eunhee sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan melakukan apa yang ibunya katakan.

Dan itulah yang Eunhee lakukan sekarang. Setidaknya, dia berpikir begitu.

Keheningan menyelimuti daerah yang ada di sekitar pintu kamar mandi begitu bunyi tamparan yang cukup keras terdengar yang bercampur dengan teriak Eunhee.

Awalnya Eunhee sudah siap untuk kembali melancarkan serangan. Tapi begitu melihat wajah laki-laki yang ada di depannya, Eunhee justru terdiam.

Mata abu-abunya seketika menatap netra cokelat hazel laki-laki itu. Beberapa detik Eunhee mencoba memerhatikan wajah yang terlihat tak asing baginya.

Dan secara spontan, bibirnya langsung menggumamkan suatu nama.

"Kim Taehyung?"

"Kau Eunhee? Kang Eunhee?" Taehyung spontan membulatkan matanya, ikut menyebutkan nama Eunhee. "Wah, kau masih mengingatku?"

Perlahan Eunhee mengangkat alisnya. Setelah mendapat tamparan, kenapa dia kelihatan jadi bahagia begini?

Tamparanku tidak sakit, ya? Haruskah kuulangi lagi?

Keduanya kini saling menunjuk ke arah satu sama lain, namun tak ada jawaban yang mereka berikan.

Tak butuh waktu lama sudah ada pelayan yang datang ke arah mereka.

"Ada apa ini?"

Taehyung seketika gelagapan. "Begini, Bi. Tadi dia..."

"Tadi aku menepuk nyamuk di lengannya," potong Eunhee. Gadis itu langsung tersenyum lebar tanpa ada rasa bersalah.

Pipiku ini memang mirip lengan, ya? Kau ini benar-benar deh, Eunhee. Taehyung merutuk dalam hati.

"Apa masih ada nyamuk? Haruskah Bibi ambil obat serangga?"

"Tidak perlu, Bi. Hanya satu ekor saja kok," jawab Eunhee dengan cepat.

Pelayan yang tadi—meskipun sedikit kebingungan akhirnya mengangguk, lalu memilih pergi meninggalkan Taehyung dan Eunhee berduaan lagi di depan pintu toilet.

"Eunhee..."

"Stop. Jangan katakan apa pun, dan jangan mendekat," kata Eunhee lagi. Dia langsung membuang wajahnya ke arah lain, memutar badan dan melangkah menjauh.

"Segera datang ke halaman belakang. Kurasa kakekku dan kakekmu ada di situ."

Niat awalnya, Taehyung mau langsung melangkahkan kakinya menyusul Eunhee. Tapi kalimat Eunhee berikutnya membuat Taehung langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu terburu-buru.

"Oh. Jangan sampai peliharaan di dalam celanamu terbang dan dipanggang jadi barbeque."

Taehyung bahkan hampir lupa dengan panggilan alamnya begitu melihat sosok Eunhee.

Astaga. Itu benar-benar Eunhee.

Dan lagi, pertemuan pertama mereka, setelah sekian lama tidak bertemu diawali dengan tamparan.

Tamparan Eunhee.

Mengingat hal yang baru saja terjadi membuat Taehyung tidak bisa menahan tawanya. Laki-laki itu sudah tertawa cukup keras di dalam kamar mandi, sampai beberapa pelayan di rumah Kakek Kang mungkin saja mendengar tawa itu.

"Seperti mengenang masa lalu ya, Kang Eunhee?"

💑

"Cucumu ini benar-benar tampan, Jeongsik." Kakek tersenyum lebar sembari pelayan mulai meletakkan hidangan-hidangan yang sudah disediakan di atas meja.

Kim Jeongsik pun melakukan hal yang sama. Sambil membenarkan posisi kacamata bulatnya dia membalas, "Dan kau punya cucu yang cantik, Aaron."

"Mereka akan cocok."

"Seharusnya kita bertemu lebih cepat."

Obrolan antar laki-laki tua terus berlanjut, dan yang Eunhee lakukan hanya tersenyum. Senyum yang dia paksakan untuk tetap muncul di bibirnya, meskipun dalam hati dia ingin sekali beranjak dari kursinya, kembali ke tokonya dan mengerjakan apa yang seharusnya dia kerjakan.

Dia sama sekali tidak mengerti kenapa hal ini terjadi.

Dan yang paling dia tidak mengerti adalah laki-laki yang duduk di sisi meja seberang, tepat di depannya.

Kenapa harus Kim Taehyung?

Dari sekian banyak laki-laki bernama Kim Taehyung di Korea Selatan, bahkan di dunia, kenapa harus Kim Taehyung yang ini?

Segulung adegan yang disimpan dalam lembaran film di kepala Eunhee terputar secara otomatis, memberikan gambaran kenangan tentang masa lalunya.

Jelas, Eunhee masih tidak bisa melupakannya. Dia masih tidak bisa menerima bagaimana laki-laki yang dulu membuat tahun terakhirnya di SMA hancur ini kembali muncul begitu saja. Dan lagi... dijodohkan?

Oh, please don't.

Eunhee tidak pernah menyukai Taehyung. Sejak dulu. She is the only one who hates him while other flocked around him like moths to a flame*.

(*Idiom (peribahasa) yang digunakan untuk mengungkapkan keadaan di mana muncul rasa tidak tahan/benar-benar tertarik pada seseorang.)

Ditambah dengan kejadian yang membuat Eunhee diolok-olok selama satu tahun membuatnya punya satu lagi alasan lebih untuk membenci laki-laki yang terkenal di kalangan wanita dan pria itu.

Eunhee memang punya banyak alasan, tapi jelas dia tidak mungkin menggunakan alasan itu untuk menolak rencana Kakek dan Kakek Kim. Dia harus berpikir lebih keras.

But how?

Eunhee benar-benar harus memikirkan sesuatu. Demi Tuhan, dia harus memikirkan sesuatu. Just something. Something that will get her out from this confusing thing.

But what?

Eunhee nampak masih diam, berpikir dalam balon imajinasi dan bayangannya sampai suara Kakek membuatnya menoleh.

"Kalau begitu kau harus menemani Taehyung ke acara pernikahan sepupunya nanti."

Untuk beberapa detik Eunhee masih terdiam. Otaknya masih memproses kalimat yang kakeknya ucapkan.

"Kau setuju kan, Taehyung?"

Sebelum Eunhee selesai mencerna kalimat Kakek, Taehyung sudah terlebih dulu mengangguk dan tersenyum. "Tentu saja. Aku jelas tidak keberatan membawa Eunhee ke pernikahan Seokjin Hyung. Aku rasa dia bahkan akan meminta Eunhee jadi pembawa lilin di acara pernikahannya nanti."

"Kalau begitu, baguslah. Kalian bisa lebih dekat dengan itu."

Dekat?

Nampaknya Eunhee sudah selesai mencerna kalimat Kakek hingga secara spontan gadis itu berteriak, "Apa?"

"Apanya yang apa, Sayang?" Kakeknya balik bertanya. Semua yang ada di taman belakang langsung memandangi Eunhee.

"Kakek, sebentar. Siapa yang mau ke pernikahan siapa? Siapa yang mau jadi pembawa lilin?" Eunhee menatap Kakek heran.

Kakek yang tidak mengerti respon Eunhee dengan mudahnya menjawab, "Tentu saja kau, Eun-ya. Kau dan Taehyung akan pergi ke pernikahan Seokjin pada hari..."

"Hari minggu," tambah Kakek Kim.

"Nah, itu. Berarti... lima hari lagi, bukan?"

"Aku yakin Seokjin akan melempar bunga pada kalian berdua."

Kalau boleh Eunhee mengakui, dia termasuk perempuan dengan selera humor yang rendah. Dia pemakan segala humor dan lelucon.

Hanya untuk yang kali ini, Eunhee benar-benar bingung bagian mana dari kalimat Kakek Kim yang bisa membuatnya tertawa.

Eunhee mencoba untuk menatap Taehyung, seakan mencoba memberitahu Taehyung untuk ikut menolak atau setidaknya memberi alasan.

Tapi jelas, itu hal yang bodoh.

Sekarang Eunhee tahu kenapa John Gray menulis buku dan memberi judul "Men Are From Mars, Women Are From Venus" pada bukunya.

Perempuan dan laki-laki itu memang punya bahasa masing-masing. Dan laki-laki akan selalu jadi makhluk yang tidak bisa mengerti perempuan.

Because they speak in a different language.

Dan jelas, Taehyung tidak mengerti maksud dari Eunhee.

Usaha Eunhee percuma. Dan berharap pada Taehyung jelas sebuah kesalahan dan kebodohan besar.

Karena nyatanya, bukannya memberi alasan, menolak, atau mencari sesuatu untuk menjadikan bahan perbincangan, Taehyung justru kembali tersenyum lebar, seperti seseorang yang baru saja mendapat pujian dari Ronay Egon* atas makanannya.

(*semasa hidupnya, beliau merupakan kritikus makanan ternama.)

Dengan senyumannya itu Taehyung justru berkata, "Aku akan menjemputmu nanti, Nona Kang. Kau hanya harus mempersiapkan dirimu."

"Hah?!"

Mendengar kalimat itu Kakek justru ikut tersenyum. "Oh, ide bagus. Kau laki-laki baik, Kim Taehyung. Aku suka itu," kata kakeknya. "Dan perempuan juga menyukai hal itu. Bukan begitu, Eun-ya?"

Mata Eunhee kini membulat, menatap Taehyung tak suka sementara yang ditatap masih tetap tersenyum.

"This is good. Kalian benar-benar akan jadi pasangan yang harmonis. Benar 'kan, Jeongsik?"

"Tentu saja."

Oh, sekarang Eunhee merasa dia harus membeli earplug dan memakainya selama lunch sebelum isi telinganya pecah dan keluar karena pendapat "kecocokan" yang konyol ini.

Nampaknya seseorang harus menuliskan apa itu definisi "cocok" agar Eunhee bisa memperbaiki definisi kata itu dalam pikiran kakeknya.

(Chapter 3-End.)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro