Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2 - Penilaian Sang Sekretaris

Norbert. Negeri di utara yang sibuk dan makmur. Norbert adalah perserikatan dari tujuh negara bagian yang dulunya saling berperang satu sama lain. Negeri-negeri itu akhirnya sepakat menghentikan peperangan lalu saling bekerja sama hingga membentuk Perserikatan Norbert. Kesepakatan damai di antara mereka secara tidak langsung mengakibatkan pertumbuhan pesat terutama di bidang ekonomi. Era itu dikenal sebagai era Keajaiban Norbert—yang membuat negeri itu menjadi pusat perdagangan terbesar di utara Arvalis seperti sekarang

Dua minggu perjalanan dari penginapan di Desa Pinus menuju Noto berjalan lancar. Selama itulah Runa mengamati kinerja dari si pengawal misterius.

Pengawal itu tidak banyak bicara. Pekerjaannya cepat, tidak banyak menuntut ini itu, dan sangat kooperatif. Berulang kali ia mengobrol dengan Fulgoso dan navigator serikat. Ia terus menyimak informasi mengenai perjalanan menuju Noto, kota asal para pedagang, sambil berdiskusi soal rute yang akan ditempuh. Ia benar-benar antusias mempelajari rute asing layaknya seorang navigator pemula.

Hari semakin gelap. Sebenarnya rombongan para pedagang bisa mencapai Noto dalam waktu hitungan jam. Namun, bandit dan pencuri kerap berkeliaran di malam hari. Runa meminta agar rombongan para pedagang menginap di penginapan terdekat di Kota Sen.

Selagi para anggota rombongan lain dan kuda-kudanya beristirahat, Runa berbincang dengan Fulgoso di bar. Sejak tadi mereka membicarakan soal si pengawal misterius. Ia duduk menyendiri di sudut bar sambil mengasah sebilah pedang berbilah merah darah. Pedang itu tidak seperti kebanyakan senjata yang dibuat pandai besi apalagi rupa senjata legendaris dalam cerita rakyat.

"Jangan-jangan. Apa Tuan ingin merekrutnya?"

Runa memberi isyarat agar Fulgoso memelankan suaranya.

"Dasar bodoh! Apa kau Alka memarahiku karena seenaknya merekrut orang asing? Begitu?" bisik Runa.

"Kenapa Tuan bicara seperti itu? Bukankah banyak anggota serikat yang bergabung karena kenalan atau keluarga dari anggota serikat lain harus melalui seleksi?"

"Itu karena kita bisa melacak asal-usulnya. Alka banyak menolak calon anggota meskipun dia adalah keluarga atau kenalan pribadi. Hal itu bisa mengurangi potensi kerugian sekaligus keberadaan mata-mata dari serikat lain yang ingin menghancurkan kita."

Banyak hal yang mengganjal di benak Runa. Konon deman asal Agartha kerap menjadi duri bagi kliennya dibandingkan dengan deman dari daerah lain. Mereka terkenal haus darah, kerap melanggar aturan, dan terkadang mencelakai kliennya. Namun, pria itu bertingkah layaknya pria terpelajar bahkan aristokrat.

Pagi pun menjelang. Setelah memeriksa kondisi kuda-kuda mereka, para pedagang langsung bertolak menuju ke Noto. Perjalanan melelahkan selama empat jam itu berakhir di sana.

Noto berada di negara bagian Aeoli, tenggara Norbert. Kota pelabuhan itu merupakan salah satu jantung perdagangan yang menghidupkan Norbert. Tempat itu juga muara dari perdagangan lintas negeri yang berada di utara Arvalis.

Siang itu, kapal-kapal besar merapati dermaga untuk membongkar muatannya. Tak peduli kapal-kapal kecil milik para nelayan, kapal feri menuju negara bagian Isaura yang ada di seberang laut, atau kapal-kapal besar para saudagar dari Eshanya dan Archi. Burung-burung camar terbang menukik sembari bernyanyi di lautan luas. Panas menyengat khas pantai tidak menyurutkan perjalanan mereka.

Pengawal misterius terlarut dalam keadaan di tepi Pelabuhan Noto. Kilauan cahaya kembali pada bola matanya walau sesaat. Entah karena tidak biasa dengan pemandangan di sana atau mungkin pantulan cahaya dari sinar matahari yang menyoroti dari atas kepala. Itu karena Agartha merupakan negeri yang tidak memiliki pantai.

Tak jauh dari pelabuhan, gedung-gedung besar berjajar teratur menghadap jalan utama menuju kawasan Pelabuhan Noto. Panji-panji beraneka warna dan simbol menggantung di setiap blok menuju pelabuhan. Wajar saja, jalan itu menjadi tempat dari kantor pusat semua serikat pedagang yang menguasai Noto. Keramaian jalanan di sekitar pelabuhan menutupi gejolak yang meletup-letup di baliknya. Persaingan serikat para pedagang menguasai ekonomi Noto bahkan Norbert berawal dari sana.

Konon sebuah kabar beredar di kalangan para pedagang. Barang siapa yang bisa menguasai perekonomian Noto, ia akan lebih mudah untuk memasuki lingkaran kekuasaan di Norbert. Itu karena banyak orang dalam lingkaran kekuasaan Norbert merupakan para saudagar dan orang-orang penting yang berasal dari Noto. Dengan kata lain, Pelabuhan Noto adalah medan perang bagi para pengincar kursi panas kekuasaan.

Rombongan para pedagang memasuki sebuah gedung besar di ujung jalan dengan panji nila bersulam benang emas yang berkibar di atasnya. Suara sekelompok orang dari aula di lantai dasar gedung bergaung di bawah langit-langit tinggi nan melengkung. Mereka saling bersahutan seakan tak mau kalah. Deman yang turun terakhir dari kereta kuda mematung sejenak.

"Tuan Sekretaris. Kenapa dengan mereka?" ia bertanya.

"Ah, aku belum memperkenalkan tempat ini. Selamat datang di Serikat Pedagang Mercer! Soal itu. Mereka sedang mengadakan lelang."

"Lelang? Untuk apa?"

"Transaksi jual-beli barang-barang dagangan serikat sekaligus membiayai ekspedisi kami selanjutnya. Tuan tidak perlu kaget. Ini tidak segaduh pelelangan yang berada di pusat kota dan pelabuhan sana."

Keberadaan deman kerap menjadi masalah di banyak tempat. Semua karena reputasi mereka yang terkenal sebagai pasukan sewaan bahkan pembunuh bayaran. Namun, orang-orang di sekitar Noto biasa saja. Pertemuan antarras memang hal yang lumrah di pelabuhan. Bahkan terdapat sesosok deman di antara para pedagang yang sedang melelang barang

Runa memperkenalkan kompleks kantor utama serikat pada si pengawal. Mereka berjalan melalui gaduhnya area pelelangan di depan sana menuju area depan gudang yang penuh dengan keberadaan peti-peti barang. Tempat itu berada di dekat istal dan tempat penyimpanan kereta kuda serikat. Para pekerja anggota serikat tengah bongkar muat barang di dalam pintu gudang yang terbuka

"Omong-omong, Tuan. Apa yang serikat jual?" tanya deman itu.

"Kami menjual linen Fira, rempah-rempah Archi, dupa Eshanya, dan katun dari kota-kota sekitar Noto. Semua itu sangat laris di pasar lokal dan luar negeri."

"Jadi, Tuan juga sering berbisnis ke luar negeri?"

"Itu benar. Apa susahnya membuka lahan di tanah asing? Ah, andai saja kita bertemu lebih awal. Kudengar perhiasan Agartha sedang terkenal di kalangan para bangsawan."

"Itu benar. Hamba sering mengawal para pedagang Misty dan Eshanya yang berbisnis di Agartha. Hamba kenal pengrajin perhiasan terbaik di sana. Hamba bisa mengantarkan Tuan ke sana jika Tuan berminat."

"Benarkah? Kapan-kapan aku akan meminta bantuanmu pergi ke sana. Sayangnya, kami sudah terikat jadwal untuk pergi ke Astarte dalam waktu dekat."

"Astarte?" Pengawal itu mengerutkan kening. "Kenapa Tuan harus berdagang di sana?"

"Belakangan ini pasar di sana sangat menguntungkan. Setiap tahunnya selalu ada Pekan Raya Benedicti yang berlangsung selama sebulan penuh di musim gugur. Selain itu, banyak pedagang dari seluruh Arvalis berkumpul di sana. Keuntungan di sana tidak kalah besar dengan berdagang di pasar Noto atau Liberi."

Runa membawa si pengawal pergi ke sebuah tempat di sisi timur markas serikat. Sekelompok orang yang bersantai terperanjat dengan kedatangan rombongan Runa. Mereka bergegas memberi hormat padanya.

"Santailah. Bukankah ini memang waktunya istirahat?"

Runa kemudian menunjukkan bangunan yang menjadi tempat tinggal para anggota serikat. Sebagian besar anggota serikat tinggal di daerah sekitar Noto, termasuk Runa. Sisanya tinggal di sana jika berasal dari luar kota atau belum punya rumah sendiri. Para tamu yang singgah dari perjalanan jauh juga boleh menginap di sana. Runa meminta Fulgoso, yang turut bersantai di sana, untuk mengambil salah satu pintu kamar yang kosong.

"Tuan bisa istirahat di sini."

"Bagaimana dengan pembayarannya?" balas deman itu.

"Nanti kita bicarakan lagi besok. Aku ingin istirahat sekaligus bicara dengan Alka soal masalah di Fira dan pembayaranmu."

"Alka?"

"Alka Heize. Ketua serikat Mercer. Ruang kerjanya berada di lantai dua gedung utama. Tuan bisa langsung ke sana atau meminta bantuanku di sana. Tenang saja. Ruang kerja pribadiku juga berada di lantai dua."

Runa undur diri setelah pengawal deman itu memasuki kamarnya. Dia menghampiri Fulgoso yang masih mengobrol dengan rekan-rekannya.

"Tuan. Kenapa Tuan membawanya tinggal di sini?"

Runa membentangkan kipas lipat di tangannya. "Tenang saja. Aku sengaja memintanya untuk segera menemui Alka. Dia bisa menilai siapa saja yang layak dan tidak untuk bekerja sama dengan serikat."

"Jadi ... apa jangan-jangan Tuan—"

"Itu benar. Kudengar situasi keamanan di sepanjang jalur menuju Astarte sedang memburuk. Orang-orang kita saja tidak cukup untuk mengatasi masalah di sana. Kurasa tambahan seorang pengawal bisa membantu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro