Membereskan Rumah Ala Cowok
A/n: Hai, hai. Jumpa lagi, nih. Maaf, ya. Updatenya malah pada hari Jum'at. Author ingin memberitahukan kalau kalian boleh request chapter berisi deskripsi cerita dari kalian. Maksudnya, alur-alur ceritanya dari kalian sedangkan aku yang akan membuatkannya. Contoh alur: Naoki tidak sengaja menemukan buku harian Aichi dan memberitahukan isi buku itu ke Kourin.
Ku tunggu requestnya, ya. Dan selamat membaca...
Kourin sudah memakai seragam SMA-nya. Dia menunggu panggilan dari Aichi di telepon sambil menyiapkan buku-bukunya.
Dari tadi malam, Aichi tidak membalas pesan darinya. Kourin khawatir jika Aichi marah akan sesuatu sehingga dia tidak membalas pesan dari Kourin.
Mungkin malam tadi, Aichi lagi-lagi sibuk tertawa selama 4 jam karena mendengar kata 'Pisang' atau 'Anak pisang' di TV.
Karena Aichi masih tertawa kapan saja hanya gara-gara 2 kata itu, teman-temannya memutuskan untuk tidak menyebutkan 'Pisang' ataupun 'Anak pisang' di depan Aichi. Karena semakin lama Aichi tertawa, semakin kami bosan mendengarnya.
Tapi mereka tidak menjamin itu kalau Aichi berada di rumah dan menonton TV. Karena di TV juga punya iklan tentang Pisang Coklat, Pisang Manis, Roti Pisang, Yogurt Pisang, Jus pisang, dan lain-lain (sebagian dari itu, ada gak ya?).
Kourin hanya menghela nafas. Mungkin dia tidak akan pergi ke sekolah bersama Aichi hari ini.
Dia pun berjalan menuju pintu lalu memakai sepatunya. "Aku berangkat dulu, ya." Kata Kourin sambil menoleh ke belakang dan melihat ada saudara perempuannya.
"Ya. Hati-hati." Kata saudaranya.
Di perjalanan ke sekolah, Kourin mendengar suara tapak kaki di belakangnya. "Kourin!" Suara itu membuat Kourin berbalik dan melihat Akari.
"Oh, Kak Akari. Selamat pagi." Kata Kourin.
"Ya. Selamat pagi juga." Kata Akari lalu mereka mulai berjalan bersama. "Tumben sendirian. Biasanya dengan Aichi."
"Itu masalahnya, kak. Semalam aku sudah mengirim pesan kepada Aichi. Tapi tidak satupun ia jawab."
Akari melipat tangannya dan menunduk kepalanya seolah seperti orang yang jenius sedang berpikir. "Mungkinkah... Aichi mempunyai... pacar gelap?" Gumam Akari.
"Ih, Kak! Jangan ngomong gitu, dong! Aichi tidak mungkin seperti itu."
"Eh, jangan salah, lho! Orang polos itu belum tentu polos." Kata Akari, membuat Kourin menjadi sedikit khawatir. "Tapi tenang! Kan udah terbukti banget Aichi akan selalu nempel dengan lo."
Kourin hanya tersenyum dengan perkataan Akari. Tapi selama perjalanan, Kourin berharap Aichi akan ada di sekolah.
Di Sekolah
Kourin masuk ke kelas dan langsung mencari-cari pacar berambut birunya itu. Tapi batang hidung laki-laki itu tidak mucul sama sekali. Kourin terbangun sari lamunannya saat bel berbunyi dan murid-murid bergegas ke tempat mereka masing-masing.
Pelajaran di sekolah berjalan dengan lancar. Semua murid menyusun buku-buku mereka dan bersiap untuk pulang ke alam(?) Mereka.
Kourin menatap tempat duduk Aichi. Kosong tidak berpenghuni, mungkin(?).
Naoki menyadari kegelisahan Kourin. Dia mendekati Kourin dan Kourin menyadari keberadaannya. "Khawatir dengan Aichi, ya?" Tanya Naoki ke Kourin.
"Iya, Naoki. Semalam juga dia tidak menjawab pesanku." Kata Kourin.
"Dia demam tinggi, Kourin." Kata Naoki sontak membuat Kourin terkejut.
"Demam?"
"Iya. Tadi dia telepon ke gue sore tadi."
"Tapi kok dia tidak memberitahuku?"
"Mana gue tahu."
Saat di luar sekolah, Kourin mulai menelpon Aichi. Butuh beberapa saat sebelum Aichi mengangkatnya. "Halo... " Kata Aichi di ponsel Kourin.
"Aichi, kamu demam, ya?" Tanya Kourin.
"Hah?! Tidak, kok. Aku baik-baik saja. Siapa yang ngomong kalau aku sakit?" Tanya Aichi.
"Naoki." Jawab Kourin.
"Itu anak bisa gak sih tepat pemberitahuannya. Oke, dengarkan aku, Kourin! Bukan aku yang demam tapi ibuku dan Emi."
"Jadi, kenapa kamu tidak masuk?"
"Asisten-asisten rumah tangga keluargaku sedang libur dan Ayahku sedang banyak kerja di kantor sehingga dia tidak bisa menjaga Ibuku dan Emi. Jadi, hanya aku dan Iachi di rumah. Alhasil, kami yang harus membersihkan rumah dan menjaga Ibuku dan Emi."
"Oh, begitu. Semoga Ibumu dan Emi cepat sembuh, ya, Aichi."
"Iya, makasih, Kourin. Aku tutup dulu, ya."
"Baiklah." Kata Kourin sebelum menutup ponselnya.
Sementara itu
"Kak! Dimana lagi yang belum?" Tanya Iachi sambil memegang Vacuum Cleaner.
Aichi menoleh ke arahnya sebelum menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Di kamar Ayah belum. Setelah itu, pel lantai-lantai dan bersihkan jendela." Kata Aichi.
"Aduh... ! Banyak sekali, sih!" Kata Iachi.
"Yah, gimana lagi? Kalau kita berhenti, nanti tugas ini tidak akan selesai sampai malam. Lagipula, kau tipe orang yang akan mager jika sudah terkapar di kasur."
"Iya, deh." Kata Iachi sambil berjalan meninggalkan Aichi.
Aichi menatapnya sejenak sebelum kembali mencuci piring. "Kayaknya ini rasanya jadi Ibu dan anak perempuan. Mereka harus membersihkan rumah. Apalagi sebesar rumah ini. Tidak heran Ayah mencari-cari Asisten rumah tangga untuk rumah ini." Batin Aichi.
"ADUH!!!" Teriakan Iachi disertai suara hantaman keras di lanatia terdengar di telinga Aichi.
"Awas terpeleset!" Kata Aichi tanpa menoleh.
"Gue udah kepeleset, Kak!" Kata Iachi.
Sementara itu
"Oh,... jadi, bukan Aichi yang demam." Kata Akari kepada Kourin lalu Kourin mengangguk dan menoleh ke Naoki.
"Dan Naoki,... bagaimana kau bisa salah informasi?" Tanya Kourin.
"Oh,... mungkin karena... "
Flashback: start
Sore kemarin, Naoki sedang berkolaborasi bermain gitar dengan teman-temannya yang lain. Suara gitar-gitar mereka telah memenuhi seluruh ruangan.
Tiba-tiba, ponsel Naoki bergetar lalu Naoki mengeluarkannya dengan tangan lain karena yang satunya sedang sibuk berurusan(?) Dengan gitarnya. "Halo?" Kata Naoki.
"Naoki,... uh,... kok berisik banget di sana?" Tanya Aichi di ponselnya.
"Udah, biarin. Lo mau ngomong apa?"
"Tolong izinin aku, ya, Naoki! Besok nanti aku nggak ke sekolah karena Ibuku dan Emi demam." Kata Aichi.
Tapi yang masuk ke telinga Naoki hanya: "Tolong izinin... aku nggak sekolah... ku demam."
"Oh, oke. Baiklah, Aichi." Kata Naoki.
Flashback: end
"Mungkin seharusnya gue stop main gitar dulu." Kata Naoki.
"Pantesan." Kata Akari sambil memegang kepalanya. Lalu dia mendapat ide. "Bagaimana kita bantuin Aichi? Kita kan udah tahu rumahnya itu gede. Lama kalau hanya dibersihin oleh 2 orang."
Kourin dan Naoki setuju lalu mengangguk. Mereka pun berjalan menuju rumah Aichi.
Di perjalanan, Akari melihat seseorang yang tidak asing di matanya. Dia menghampiri orang itu. "Kai, apa kabar?" Kata Akari.
Orang yang bernama Kai itu tidak menoleh ataupun menyahut.
Krik... krik...
Suasana menjadi hening seketika.
Kourin berbisik ke telinga Naoki. "Siapa itu, Naoki?" Tanya Kourin.
"Itu Kai. Dia sahabat Aichi di waktu mereka masih kecil. Kai adalah teman pertama Aichi." Kata Naoki.
"Oh, begitu."
"Lo tahu Misaki Tokura?"
"Iya. Dia adalah sahabatku juga."
"Dia sekarang jadi pacarnya Kai."
"Eh?! Yang benar?"
"Iya." Kata Naoki lalu dia menoleh ke Kai. "Oi, Kai! Noleh, dong!" Kata Naoki ke Kai.
Kai menoleh ke arah Naoki. "Oh, Naoki. Apa kabar?" Sapa Kai sambil mencari ke sana ke sini. "Aichi mana?" Tanya Kai.
"Di rumah. Kami sekarang ingin ke sana." Kata Naoki. "Dan lo lagi ngapain?"
"Nunggu Tokura. Dia sedang beli makanan kucing di dalam." Kata Kai sambil menunjuk ke arah toko di sebelahnya. "Aku juga nanti akan ke rumah Aichi. Sudah lama nggak bertemu dengannya."
"Hehe, pas banget itu!" Kata Akari dengan riang sementara Kai hanya menatapnya dengan... bingung.
"Naoki, ini siapa?" Tanya Kai sambil menunjuk ke arah Akari.
Suasana menjadi hening lagi disertai suara hati Akari yang retak. "Sabar ya, Kak." Kata Kourin kepada Akari.
Di kediaman keluarga Sendou
Aichi menaiki tangga sambil membawa wadah berisi air dan 2 kain di tangannya.
Dia berjalan ke kamar ibunya dan mengetuk pintu. "Ibu... " Panggil Aichi.
"Masuklah, Aichi."
Aichi membuka pintu dan melihat Ibunya terbaring di tempat tidur. Aichi tersenyum lembut lalu dia duduk disamping ibunya. "Bagaimana kabar Ibu sekarang? Apa sudah sedikit membaik?" Tanya Aichi sambil memeras kain basah ditangannya sebelum meletakkannya ke dahi Ibunya.
"Iya... kayaknya Ibu merasa sedikit sembuh sekarang." Kata Shizuka lalu dia mengelus pipi Aichi. "Maafkan Ibu, ya. Gara-gara Ibu... kamu dan Iachi jadi tidak bisa sekolah."
"Nggak kok, Bu. Justru... kami telah mendapat banyak pelajaran di rumah. Kami jadi tahu bagaimana perasaan kalian saat sedang membereskan rumah." Kata Aichi.
Shizuka tersenyum mendengar perkataan Aichi. "Terimakasih, ya. Ibu bangga mempunyai anak sepertimu."
Aichi tersenyum lalu dia mencium pipi Ibunya. "Semoga sembuh ya, Bu." Kata Aichi dan dibalas oleh anggukan ibunya.
Aichi mengambil wadah airnya lagi lalu keluar dari kamar ibunya. Dia berjalan ke kamar Emi lalu mengetuk pintu. Tapi tidak ada jawaban.
Aichi terbingung lalu dia membuka pintu dan melihat Emi sedang tertidur pulas. "Oh, dia sedang tidur." Kata Aichi dengan pelan. Seperti yang dia lakukan kepada ibunya, Aichi memeras kain basah dan meletakkannya ke dahi Emi. Tidak lupa dengan mencium di pipi Emi. "Semoga sembuh ya, Emi."
Aichi keluar dan menuruni tangga. Dia melihat Iachi yang sudah terkapar di sofa. Aichi berjalan mendekatnya dan memercikan air ke muka Iachi.
Iachi terbangun dan melihat Kakaknya yang merupakan dalangnya. "Ih, Kak! Pake mercikin air segala." Kata Iachi.
"Siapa yang nyuruh lo tidur?" Kata Aichi dengan sedikit marah.
Iachi tahu kalau Kakaknya ini akan menggunakan bahasa gaul jika dia sedang marah. Jadi, dia langsung beranjak dan hormat. "Baik. Laksanakan!" Kata Iachi lalu dia lari dan kembali membersihkan rumah.
"Padahal belum ada arahan." Gumam Aichi. Tiba-tiba, dia mencium sesuatu. "Kok kayak bau gosong, ya?" Kata Aichi sebelum dia tersadar sesuatu dan berlari ke dapur. Dia melihat panci telah mengeluarkan asap hitam pekat. Aichi mematikan kompor lalu terbatuk-batuk oleh bau gosong itu. "Aduh,... gimana bisa lupa, sih?"
Setelah itu, Aichi mendengar suara bel rumah. Aichi berjalan ke pintu dan membukanya. Dia melihat Kourin, Naoki, Akari, Kai, dan Misaki.
"Hai, butuh bantuan?" Tanya Naoki.
Aichi sedikit terkejut tapi dia tersenyum dan mempersilahkan teman-temannya untuk membantunya.
Kai dan Naoki membuang sampah.
Misaki dan Akari mencuci pakaian.
Sedangkan Kourin memasak. Sesekali, Aichi melihat cara dia memasak.
Karena kerjasama mereka, seluruh tugas membereskan rumah akhirnya telah selesai.
"Terimakasih, ya, semuanya. Mungkin kami akan bekerja sampai malam kalau bukan karena kalian." Kata Aichi.
"Sama-sama, teman." Kata Naoki.
"Lain kali jika butuh bantuan, panggil saja kami. Kami akan dengan senang hati untuk membantu." Kata Misaki.
Aichi dan Iachi hanya mengangguk.
Lalu teman-teman mereka menjenguk Ibu Aichi dan Emi sebelum pulang ke rumah masing-masing.
A/n: Author juga ingin memberitahukan foto cover fanfic ini. Biar kalian tidak bingung dimana fanfic ini.
Dan satu lagi, Author akan memperkenalkan tokoh-tokoh di cerita ini karena tokoh-tokoh di cerita ini telah muncul semua. Dan mungkin ada sebagian dari kalian tidak tahu tokoh-tokoh ini.
Jadi inilah mereka.
Aichi Sendou
Iachi Sendou
Kourin Tatsunagi
Naoki Ishida
Misaki Tokura
Toshiki Kai
Emi Sendou
Akari Yotsue
Sudah dulu, ya. Sampai jumpa...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro