Cerita Ke Sahabat
A/n: lagi-lagi tidak ada kata pembuka. Lanjut saja, deh.
Selamat membaca...
Normal POV
Seorang pemuda berjalan tanpa tahu arah kemana dia akan pergi. Pikirannya sangat penuh kekacauan saat ini. Tapi akhirnya, dia berhenti di pinggir kolam yang berada di taman kota.
Lalu dia mengalirkan seluruh pikirannya sambil menutup mata. Gambaran-gambaran yang ia lihat di pikirannya membuat suasana canggung di sekitarnya. Ia tidak bisa menahan malunya lalu dia berteriak.
"BODOH SEKALI KAU INI!"
Sementara itu, Naoki sedang berjalan di taman kota sambil menendang sebuah kaleng layaknya sedang bermain bola dengan cara profesional, mungkin.
Naoki berhenti. "Inilah dia... tendangan yang nggak akan bisa ditiru kecuali oleh pemain profesional." Lalu dia mengangkat kaleng itu menggunakan kakinya dan menendangnya sekuat-kuat tenaga.
Kaleng itu melaju jauh dengan cepat di udara dan tiba-tiba mengenai -atau lebih tepatnya mendorong saking kuatnya- seorang pemuda yang berada di pinggir kolam.
Pemuda itu mencoba menyeimbangkan tubuhnya tapi tragisnya(?), Dia akhirnya jatuh ke kolam. Naoki yang mendengar suara orang lagi tercelup(?) ke air, langsung mengeceknya.
Naoki melihat seorang pemuda mengeluarkan kepalanya dari air lalu batuk-batuk karena air masuk ke hidungnya.
"Lo ngapain di kolam malam-malam gini?" Bukannya menolong, Naoki malah nanya seakan-akan tidak bersalah.
Pemuda itu mulai sedikit jengkel terhadap Naoki. "Gue begini gara-gara lo, tahu." Kata pemuda itu yang sekarang sedang basah kuyub.
"Eh? Tumben pake bahasa gaul, Aichi. Biasanya hanya satu atau dua kata bahasa gaul di kalimatmu." Kata Naoki yang semakin tidak bersalah.
Aichi mencoba untuk menahan amarahnya terhadap Naoki yang sama sekali tidak membantu situasinya tapi tangannya telah melemparkan air ke arah Naoki. Naoki dengan cepat menghindar. "Hei, jangan siram gue, dong!" Kata Naoki yang beruntung karena tidak mengenai serangan Aichi.
"Diamlah dan tolong aku!" Kata Aichi yang akhirnya tidak lagi ketularan virus(?) bahasa gaul sambil ingin menggapai tangan Naoki.
"Ih, iya iya!" Kata Naoki sambil menarik tangan Aichi untuk mengangkatnya dari kolam dingin itu.
Aichi berdiri dan menjauh dari kolam sambil memeluk dirinya karena kedinginan. "K-Kau... k-ki... ra aku... tidak tahu... kau yang... yang me... menendang kaleng itu tadi... aku tadi... d-dengar teriakanmu... tadi." Kata Aichi dengan terbata-bata.
"Yah, lagian lo lagi ngapain di pinggir kolam segala? Lo aja bisa jatuh kapan aja tanpa perbuatan gue tadi. Untunglah, lo jatuh lebih cepat berkat gue." Kata Naoki.
"Naoki,... j-jangan buat... aku marah lagi,... dong... ! Aku... lagi... k-kedinginan." Kata Aichi.
"Iya, deh. Yuk ke rumahku! Lo bisa jelasin di sana dan ganti baju. Takutnya lo nanti demam gara-gara gue." Kata Naoki.
Aichi hanya bisa mengangguk sambil mengikuti Naoki.
Di rumah Naoki
"Gue pulang, mak." Kata Naoki saat masuk ke rumahnya dengan Aichi lalu muncullah Nyonya Ishida -ibu Naoki-.
Nyonya Ishida berubah cemas lalu menghampiri mereka -atau lebih tepatnya Aichi-. "Ya ampun. Kok kamu bisa begini sih, Aichi." Tanyanya.
"Se... sebenarnya gara-... gara Naoki, tante. T-Tapi dia... tidak sengaja." Kata Aichi.
"Kamu gimana sih, Naoki? Tega kamu bikin Aichi begini." Kata Nyonya Ishida kepada Naoki dengan marah.
"Nggak sengaja, mak."
"Sudahlah. Uang jajanmu dipotong lagi." Kata Nyonya Ishida.
"Apa?!" Seru Naoki dengan terkejut sementara Nyonya Ishida menoleh ke Aichi.
"Nanti tante telepon ibumu kalau kau ada di sini, ya. Kamu juga bisa nginap di sini dan tidur di kasur Naoki. Nanti Naoki tidurnya di lantai." Kata Nyonya Ishida sambil mengelus-ngelus kepala Aichi.
"Mak ini maknya siapa, sih? Kok Aichi malah lebih dimanjain daripada gue?" Tanya Naoki tapi diabaikan.
"Maaf, ya. Naoki memang gitu orangnya." Kata Nyonya Ishida sedangkan Aichi hanya tertawa canggung.
"Mak, anakmu itu gue bukan dia." Kata Naoki.
Setelah itu, Aichi melepaskan bajunya di kamar mandi dan memakai pakaian yang Naoki berikan. Lalu Aichi ke kamar Naoki dan melihat Naoki sedang cemberut -ngambek-.
"Mak gue tega banget, sih. Lebih manjain anak lain daripada anaknya sendiri." Kata Naoki.
Aichi hanya terkekeh lalu duduk di lantai. "Maaf ya, Naoki. Aku juga tidak meharapkan itu dari ibumu." Kata Aichi.
"Oh, ya. Lo ada masalah apa sampai keluyuran di taman kota?" Tanya Naoki.
"Tadi aku... " Naoki melihat wajah Aichi memerah. "... Aku tadi cium pipi Kourin."
"Hah?!" Naoki langsung mendekati Aichi. "Emangnya gimana ceritanya?"
"Tadi... "
Flashback: start
Aichi sedang di supermarket untuk membeli barang yang disuruh ibunya. Tiba-tiba, dia melihat Kourin yang sedang mencari cemilan.
Aichi menelan ludahnya dan tersipu malu. Tapi dia kumpulkan segala keberaniannya untuk bicara dengan Kourin. Tahap awal PDKT-nya.
"H-Hai, Kourin." Kourin langsung menoleh dan tersenyum.
"Hai, Aichi. Lagi beli apa?" Tanya Kourin.
"Aku disuruh ibuku... beli... ya, banyak." Jawab Aichi.
Sementara itu, ada 2 anak berlari-larian. Dan salah satu mereka menabrak Aichi sehingga Aichi terdorong dan mencium pipi Kourin. Kasir dan pembeli lainnya terkejut melihat adegan itu.
Dengan cepat, Aichi keluar dan berlari sejauh 42 km tanpa membawa barang belanjaannya.
Flashback: end
"Buset, ternyata kejadiannya begitu." Kata Naoki.
Wajah Aichi makin memerah sambil mengingat kembali kejadian itu. "Kourin,... " Setelah itu, dia pingsan.
"Waaagh, Aichi! Bangun!"
A/n: ternyata lama juga mereka jadian, ya. Aku sendiri tidak sabar mereka jadian. Aku juga ingin berterima kasih karena sudah baca, vote, dan comment ceritaku. Dadaah...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro