09 ; What If
"Jevian sayang, kok kamu bengong?"
Bagaikan petir di siang bolong yang menyambar otak Jevian, cowok itu seketika terperanjat dan berdiri dari posisi duduknya tatkala kata-kata keramat yang keluar dari bibir mungil itu. Masih saja Jevian kaget melihat kelakuan Arin berbeda dari saat ia dulu PDKT.
Kok malah tambah aneh ya? Apa coklat yang Jevian kasih waktu itu mengandung racun sampai otak Arin bergeser? Masa iya perubahanny sebesar dan sedrastis itu?
What the hell—
Jevian tetap tersenyum sambil mengambil kotak bekal makan yang diulurkan Arin padanya. Tidak hanya memanggilnya sayang, tapi Arin terlalu 'pacarable' tingkahnya sampai membuat Jevian kewalahan dibuatnya.
Menyiapkan bekal makan, memanggilnya dengan sebutan sayang, menyapanya setiap pagi tepat pukul 06.00, mengingatkannya untuk beribadah, dan lain sebagainya. Kok malah Jevian berasa diurus Arin daripada orang rumahnya, ya?
Beberapa kali Jevian juga sudah mengingatkan Arin untuk bersikap normal-normal saja, tapi Arin justru menjawab kalau tingkahnya yang sekarang ini sudah 'normal'.
"Normal dari hongkong," batin Jevian yang ingin menangis tapi dia harus hapy kiyowo demi menjaga image-nya sebagai lelaki tampan nomor satu di sekolahan.
"Arin, weekend ini mau ke mana? Jalan-jalan ke perpustakaan kota yuk minggu nanti," ajak Jevian dengan wajah penuh harapan.
Sayangnya, balasan Arin membuat harapannya pupus. "Kok kamu gak ajak aku ke bioskop? Kamu 'kan udah janji mau nonton film terbaru sama aku, terus kita foto bareng di self studio, habis itu jalan-jalan ke pantai dan pulangnya makan angkringan di pinggir jalan, blablabla.." cerocos gadis itu tiada hentinya.
Sakit kepala Jevian lama-lama.
Kemana Arin yang dulu yang selalu jutek padanya? Selalu berteriak ketika Jevian mengganggunya? Selalu menghindar setiap kali kaki Jevian melangkah untuk mendekatinya?
FIX INI SIH BUKAN ARINANDA, TAPI ARIN JADI-JADIAN. YANG ASLI DICULIK WEWE GOMBEL DAN TERSEMBUNYI DI BELAHAM BUMI BAGIAN ANTARIKSA.
"Eum, iya-iya Arin.. tapi habis ke perpustakaan dulu, ya?"
"Ihhhh, gak mau, Sayang. Aku tuh lagi males baca buku satu bulanan ini. Kan tinggal nyontek punya temen aja kalau ada PR, atau kamu kerjain PR akujuga gimana?"
"Arin, kalau PR kamu masih matematika dan bahasa inggris masih okelah. Tapi kalau bahasa jepang? Aku udah angkat tangan dulu. Kamu beljar dulu, ya? Katanya nanti mau masuk ke universitas yang sama? Ya belajar dulu, atuh."
"Tetep gak mau, TITIK! Kenapa kamu jadi nyebelin gini sih, Sayang? Mana sayangnya aku yang selalu clingy ke aku? Kamu berubah ya, Jev. Tega banget sama aku."
Mulai... drama lagi. Pikir Jevian sudah menghadeh sama kelakuan Arin.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro