Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

08; Sebab Kau Terlalu Indah

Point of View Javian

--

Isi pikiran seseorang memang tidak bisa ditebak semudah menebak jawaban matematika anak SD. Iya, ku pikir begitu rasanya ketika menebak isi pikiran Arin yang sangat aku sukai.

Aku tidak benar-benar brengsek yang berpura-pura mencintai seseorang karena suatu permainan seperti truth or dare, ini betulan aku suka Arin sejak pandangan kedua. Eh, bener kali ya namanya? Soalnya, saat pandangan pertama, kami tidak begitu intens dalam menatap satu sama lain.

Arin memang sering marah atau jutek padaku, aku tipikal orang yang akan menjahili my crush kalau melihat wajah gemas mereka saat marah.

Kalau ditanya apakah tipe idealku dari awal adalah Arinanda, maka jawabannya adalah bukan. Loh, terus kenapa aku bisa suka sama dia? Ya ... karena tipe idealku berubah saat melihat Arin. Bukan lagi cantik sekali sampai jadi primadona sekolah, melainkan wajah manis dan lesung pipi kecil yang ada di Arin membuatku terkesan.

Melihat tingkah lakuku yang sering mengusik Arin pasti kalian juga ikut sebal, bukan? Haha, maaf, soalnya aku senang melihat dia marah. Justru aneh kalau tiba-tiba dia berubah menjadi sangat baik padaku, bisa-bisa aku bergidik ngeri.

Atau justru akan bertanya, "Cintaku, apakah kamu sedang kesurupan?" Paling saat itu juga aku mendapatkan tendangan maut di perut dan kaki.

Obrolan dengan Brian yang paling membuatku heran adalah kenapa aku sampai mengejar-kejar Arin sebegitunya. Apakah tidak ada perempuan lain yang bisa aku gapai dengan mudah? Padahal aku ini ganteng dan spek idola sekolah, masa mengejar orang yang tidak menyukaiku balik.

"Ya emang lagi ga ada selain Arin. Bukan maksud gue yang lain gampangan, tapi jantung gue deg-degan pas liat Arin senyum manis tanpa dia tau kalau gue ada di dekat situ," jawabku pada Brian.

Kalau 1000 orang bilang Arin itu tidak pantas untuk dikejar, akan ku trabas sampai mereka jatuh sendiri. Enak saja, mereka repot sekali seakan-akan Arin membuatku celaka saja. Dia hanya masih belum luluh saja, bukan benar-benar tidak mau denganku loh ya.

"Dia ... bagaikan bunga Edelweiss asli di pegunungan, yang harus ku lihat dengan keringat sendiri. Meski tidak bisa ku petik, pada akhirnya aku mengagumi kecantikan bunga itu tanpa harus merusaknya. Sama seperti gue dan Arin, tidak harus bersama tapi gue menghormati dia meski gue sering jahil dan tidak mendengar kata-kata dia."

Anjay, aku merasa keren setelah melontarkan kalimat tersebut pada Brian. Meskipun cowok itu menepis kalau aku terlalu bulol pada Arin, tapi ada benarnya bukan? Haha, aku tertawa pada akhirnya karena kalimat yang ku buat sendiri.

Benar, Arin bagaikan bunga Edelweiss. Tidak tumbuh di sembarang tempat, keindahannya tidak sembarangan untuk diambil. Akan ku biarkan dia seperti tumbuhnya bunga Edelweiss itu, sekalipun tanganku gatal ingin mengambilnya dengan paksa.

Meski entah diakhir kisah SMA-ku ini aku berhasil meluluhkan hati gadis yang ku suka itu atau tidak, aku bersyukur pernah menyukai cewek yang tidak ada rasa malu untuk membentak atau mengata-ngataiku di depan wajahku.

Aroma sinar matahari mencium wajahku, ketika sosok yang aku bicarakan kini ku lihat sedang berada di lorong perpustakaan sambil tertawa manis dengan temannya.

Andai aku bisa mengaguminya dalam diam, pasti akan terdengar begitu romantis bagi semua orang. Bagaikan kisah dalam novel romansa atau drama korea kesayangan cewek-cewel di kelasku. Sayangnya, wajah tampanku tidak bisa mengubah diriku yang lebih suka menyukainya secara trabas dan ugal-ugalan daripada memendam rasa di hati saja.

"Cinta itu jangan kelamaan dipendem. Nanti kalau ternyata ditikung orang, malah nangis berdarah-darah dah lu," ucap seseorang padaku sewaktu aku masih polos dalam hal cinta-cintaan.

Yah, kini hanya waktu yang dapat aku andalkan untuk perubahan. Baik diriku, perasaanku, maupun perasaan Arin. Akan kucatat setiap perubahan yang ada di dalam otak kecilku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro