Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05; Asal Muasal Naksir (2)

Jevian tidak bisa tenang selama acara ospek masuk SMA ini. Alih-alih perkenalan ala anak TK, acara perkenalan kali ini lebih seperti ajang balas dendam bagi kakak kelas mereka yang merupakan korban bentak-bentakan dari panitia angkatan sebelumnya.

Baru hari pertama saja, ia sudah menutup telinganya dengan rapat karena suara teriakan 8 oktaf dari kakak kelasnya. Belum lagi dia masih kepikiran dengan Arin—gadis yang masih ia belum ketahui namanya tadi, rasa bersalah yang memupuk di hati karena main tinggal pergi saja sebelum bertanggung jawab.

Ia hanya bisa menghela napas kemudian acara bentak-bentakan hanya berhenti ketika ada pemateri yang masuk ke dalam aula sekolah.

"Bro, napa muka lo sepet amat? Ga dikasih uang saku lo sama nyokap?" tanya seseorang yang duduk tepat di samping Jevian.

Namanya Brian, bukan orang blasteran kayak Jevian. Mukanya doang kayak bule, tapi kelakuannya bikin ngelus dada sepanjang duduk di samping Jevian.

"Kagak. Saku gue udah cukup. Cuman, gue kepikiran sama cewek yang tadi pagi gue tabrak karena ga sengaja. Gue ngerasa bersalah dan pengin minta maaf tapi gue gak tau gimana caranya minta maaf yang baik dan benar tanpa bikin dia marah," kata Jevian menjelaskan panjang lebar dengan berbisik dengan suara yang sangat pelan.

Oh, Brian paham. Dia mengangguk-angguk karena dia tau perasaan Jevian. Bukan mengada-ngada kok, dia betulan tau bagaimana perasaan Jevian. Gelagat dan bahasa tubuh tidak pernah berbohong makanya dia bisa sangat yakin.

Brian menepuk bahu Jevian dan berbisik di dekat telinganya. "Gue tau caranya. Habis ini 'kan istirahat, kita cabut cari tuh cewek terus lo langsung minta maaf aja. Gak perlu banyak cengcong pokoknya langsung minta maaf aja udah!"

Dan betulan saja. Begitu panitia memberitahu mereka kalau sudah waktunya istirahat, Brian dan Jevian langsung kabur dari Aula lalu menanyakan ke panitia untuk keberadaan Arin sekarang.

Tentu saja, panitia sangat mempersulit hidup Brian dan Jevian karena dikira modus untuk kabur dari MOS padahal Demi Tuhan, Jevian tidak ada niat seperti itu. Itu namanya fitnah ya, Teman-teman. Kata Jevian di dalam hati demikian.

Karena dipersulit, Jevian dan Brian betulan kabur saat acara MOS selanjutnya.

Karena mencari seorang cewek yang tak ia kenal tanpa harus tertangkap panitia MOS begitu sulit, jadi mereka berjalan seperti tikus yang mengintip ke dunia luar. Betul, bersembunyi di antara celah antar gedung atau di dalam toilet.

Emang agak blo'on juga sih Jevian ini. Sudahlah menabrak tanpa tanggung jawab, melihat wajah gadis itu hanya sepintas, dan sekarang hampir mau lupa sama tujuannya kabur dari acara MOS.

"Bentar, ini tadi kita mau ngapain ya?" tanya Jevian memecah kesunyian diantara ia dan Brian yang lagi bengong.

"GOBLOKKKK!" Kaget betulan Jevian dengar teriakan kecil Brian di dekat telinganya. Ia mendadak memundurkan badannya secara refleks. "Kita mau nyari cewek yang tadi lo ga sengaja ketabrak! Gimana, sih?! Lo usianya berapa, Jev? Bisa-bisanya belum ada 30 menit malah lo lupa sendiri. Hadehhh."

Helaan napas panjang Brian selayaknya best friend yang hapal betul dengan tingkah laku sahabatnya. Padahal, kelakuan Brian selama di aula sama saja bikin Jevian menghela napas panjang.

"Satu-satunya tempat yang belum kita geledah cuman UKS. Tapi feeling gue tuh cewek ada di situ deh. Nah, masalahnya UKS tuh markasnya panitia buat ngadem atau menghindar dari acara drama panjang selain ruang OSIS. Sekarang, kita butuh alasan biar bisa masuk ke sana."

Perkataan Brian benar. UKS adalah salah satu markas besar sebagian siswa tak terkecuali anak OSIS kalau sedang acara. Tempatnya yang adem nan tak banyak orang kecuali ada acara pingsan masal, membuat sebagian besar orang betah duduk berlama-lama di dalam sana.

Brian sebenarnya ada ide sedikit 'gila' tapi Jevian harus mau kalau menyetujui ide gilanya ini. Ia membisikkan satu kalimat di dekat daun telinga Jevian yang membuat cowok itu dibuat merinding.

Ada benarnya juga, tapi ini sama saja menantang diri sendiri. Idenya agak bodoh juga menurut Jevian. Namanya juga Brian.

"Lo siap, gak?" tanya Brian pada Jevian dengan tangan sudah terkenap erat lalu mengembuskan napas dengan mulutnya yang terbuka lebar.

"Siap...? I think?"

"Satu ... dua ... tiga....!!"

DUG!

"LAH ANJIR, GUE BELUM PUKUL BENERAN COK! KEPIYE IKI!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro