04 ; Asal Muasal Naksir (1)
Selayaknya pemeran utama wanita dalam kisah novel remaja saat hari pertama di kegiatan masa orientasi sekolah ialah membuat masalah dengan kakak-kakak OSIS yang gayanya sudah lebih galak daripada guru pendisiplin di sekolah.
Hari itu adalah hari tersial pertama yang ia dapatkan sebagai anak baru memasuki masa putih abu-abu. Arin ingin mengumpat pada tukang angkot yang membawanya berkeliling kota alih-alih langsung jalan lurus menuju sekolahnya. Jarak rumahnya tidak terlalu jauh, tapi kakak laki-laki Arin yang seharusnya mengantarkannya ke sekolah malah masuk rumah sakit karena diare usai pesta seblak saat malam hari.
"Udahlah sial karena bapak-bapak supir angkot, nambah sial karena atribut MOS rame bener udah kayak mau jualan aja."
Kekesalan gadis itu sedang memuncak, namun ia harus menerapkan 5S begitu memasuki gerbang sekolah. Apalagi mata para pengurus OSIS yang melihatnya berjalan santai di saat siswa siswi baru berlari terbirit-birit menuju aula sekolah.
Rempong. Satu kata mewakili seluruh isi hatinya. Membawa berbagai macam atribut dan jajanan dari tebak quiz yang aneh-aneh membuat ujung kepala hingga ujung kakinya tak luput kurang dari itu.
Topi sawah-sawahan, papan nama berukuran jumpo, jajanan di kantong kanan, peralatan tulis di tangan kiri, ditambah atribut mirip robot-robotan tertempel di kedua kakinya.
Dalam hati Arin menjerit, "KENAPA INI KAKAK-KAKAK OSIS HEBOH BENER BIKIN PERATURAN MOS UDAH KAYAK PAWAI TUJUH BELASAN AJA."
(Author setuju dengan suara hati Arin)
"DEK, CEPETAN! JANGAN LARI! TAPI HARUS GERAK CEPAT SAMPAI AULA SEBELUM SATU MENIT!" teriak salah satu pengurus Osis dengan nama Agra selaku koordinator acara.
"Anak monyet. Nyuruh jangan lari tapi lo pikir jalan ga sampai semenit ke aula yang jauh bakalan nyampe? Kagak anjir!"
Sabar, sabar. Bulan kemarin baru selesai lebaran masa mau menebar perang antara dia dengan pengurus Osis. Jadi Arin cuman mengelus dadanya dan tersenyum— menyiratkan dalam matanya pada Agra kalau dia 'paham'.
Belum selesai dia habis diomelin, dari belakang malah ditabrak anak cowok berbadan besar tanpa ditolong. Cowok itu malah kabur ke aula tanpa mengucapkan permintaan maaf padanya.
"Woi! Jalan pake mata dong!" teriak Arin sambil menahan kesakitan.
Karena tubuhnya ditabrak cukup keras alhasil ia terpental dan jatuh hingga lututnya berdarah. Agra yang semula memarahi dia, melihat Arin terjatuh pun langsung berlari menolongnya. Segalak-galaknya Agra, dia masih ada hati nurani ke adik kelasnya yang baru itu.
"Ayo, kakak gendong sampai ke UKS. Seksi P3K lagi tanganin beberapa anak pingsan karena ga sarapan," kata Agra.
Arin tidak menolak, justru ia senang akhirnya dia bisa sedikit lebih lama menghindari acara MOS. Ia benar-benar digendong Agra hingga ke UKS dan langsung mendapatkan penanganan. Lututnya berdarah sedikit lebih banyak, sehingga nyerinya lebih sakit daripada biasanya ia terluka.
Sementara itu, cowok tadi kembali ke tempat dimana ia menabrak Arin karena barangnya ada yang jatuh dan sekaligus ingin meminta maaf atas sikap pengecutnya tadi yang langsung meninggalkan Arin karena tidak mau terlambat dan dimarahi kakak Osis.
"Eh? Orang tadi ke mana, ya? Pas keluar juga gak papasan sama dia," gumamnya.
Salah satu panitia menegurnya karena ia berpakaian mencolok seperti Arin. "Kamu kenapa di sini? Sana ke aula. Murid baru harus merangkum materi dari pembicara."
"Maaf, Pak. Tadi saya nabrak orang dan belum sempat minta maaf—"
"Nanti saja, saat istirahat 'kan bisa."
"Oh, iya, Pak."
Mata panitia itu memicing melihat papan nama anak itu. "Jevian Theo Cla- ire? Duh, anak jaman sekarang namanya aneh-aneh dan susah-susah, ya. Ya sudah sana cepat ke aula karena kepala sekolah jadi pembicara pertama."
Cowok itu, Jevian, diseret oleh panitia MOS yang merupakan guru sekaligus pembina Osis dengan paksa.
Jevian hanya menatap ke belakang dan berharap bisa bertemu dengan gadis yang ia tabrak tadi. Jika Tuhan mengabulkannya, maka ia meminta rasa patah hati bertahun-tahun karena cinta monyet semasa sekolah dasar juga terhapus.
Alias, siapa tau dia jatuh cinta dengan gadis yang ia tabrak ala-ala novel remaja.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro