Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02 ; Kucing

"ARIN SAYANG!"

Aku menyumpal kedua telingaku dengan headset dan meningkatkan volume musik yang sedang kudengar. Tidak baik sih, apalah daya ini lebih baik daripada aku harus mendengar suara Jevian masuk ke dalam gendang telingaku. Suaranya lebih jelek daripada suara Frans saat menyanyi.

Canda Frans.
Tapi boong.

Anak-anak di kelasku sudah biasa melihatku cuek pada Jevian juga pada Jevian yang selalu berteriak sambil mencariku. Waktu paling normal jika bertemu Jevian adalah ... tidak ada.

Hidupku tidak normal saat ini.

Sebaiknya aku segera memeriksakan telingaku yang mulai berdengung karena harus menerima suara keras setidaknya seminggu tiga kali dari kucing garong itu. Kalau gendang telingaku rusak, aku akan menuntut Jevian dalam biaya pengobatan sampai aku sembuh. Setelahnya, akan kutendang dua telurnya karena dia sangat keras kepala dalam mengabaikan semua tindakan tegasku.

Aku pura-pura cuek seperti biasa. Dua mataku terpejam tanpa mengidahkan teriakan Jevian yang semakin menjadi-jadi seperti anak gadis mengalami haid hari pertama. Ampun deh, Jevian.

Yap, Jevian juga sama pantang menyerahnya. Semakin aku cuek, dia semakin mendekati diriku yang sudah mengepalkan dua tangan dibalik lengan yang saling menyilang depan dada.

"Sayang~~~"

Ugh, panggilan paling membuatku lebih ilfeel dengan cowok itu. Takutnya suatu saat nanti aku jadi salting dan jatuh cinta dengan si ubi kodok, yang kini aku tau sedang duduk di bangku di hadapanku.

"Arin, jangan cuek sama 'Aa dong. Si ganteng ini rela menerjang samudera hanya demi adinda seorang saja," kata Jevian dengan nada puitisnya.

Bulu kuduku jadi merinding lagi. "Huweekkk." Aku mau muntah saat mendengarnya.

Tampang tengil itu tidak cocok dengan nada bahasa ala orang lama yang sedang menggoda pujaan hatinya.

"Berisik," ucapku yang masih saja bergeming di tempatku.

Perlahan dua mataku terbuka hingga pandanganku menjadi jelas sempurna. Sosok Jevian yang sedang tersenyum cerah menjadi hal pertama yang kulihat. Jangankan membalas senyumanya, aku justru merasa risih dengan tatapan anak-anak lain yang terkadang memandangku aneh.

Aku memutuskan untuk keluar dari kelas karena sumpek tanpa menghiraukan panggilan Jevian, sekali lagi-untuk hari ini. Dia mengekor seperti anak ayam, padahal badannya sebesar gaban.

Melihat gazebo yang sepi, lantas aku menghampiri tempat itu dan menemukan seekor kucing lucu tengah tertidur lelap dengan dengkuran kecil tersengar.

Astaga, lucunya.

Aku duduk di pinggiran gazebo dan mengusap kucing itu dengan lembut. Sepertinya kucing milik rumah sekitar sekolah kami, karena di dekat sekolah terdapat banyak perumahan yang memelihara hewan peliharaan seperti anjing maupun kucing.

Jevian menatapku yang tengah tersenyum kecil pada kucing itu. Ada sisi cemburu sedang cowok itu nampakkan yang tidak kulihat sekarang ini karena fokusku hanya pada kucing mungil itu saja.

Alih-alih ngambek, dia malah duduk di sampingku seraya berkata, "Lucu banget kucingnya kayak kamu. Cantik dan imut."

Meskipun tertutup dengan headset, aku masih bisa mendengar suaranya dan seketika tatapanku berubah ke arahnya. "Maksudnya aslinya gue ini kayak kucing galak, gitu?" Aku bertanya dengan nada sedikit kesal.

"E, eh bukanlah, Cantikku," kata Jevian dengan nada panik. "Kucingnya 'kan cantik, anggun gitu. Kayak kamu persis."

"Dia jantan btw," koreksiku.

Jevian jadi malu mendengarnya. Aku disamakan sama kucing jantan, makanya aku sedikit tersinggung saja walaupun kata-kata Jevian sebetulnya kiasan umum untuk memuji seseorang.

"Ke kantin, yuk? Aku traktir deh."

Pada akhirnya, tanganku ditarik oleh cowok yang sudah kepalang malu ini menuju ke kantin dan meninggalkan si kucing lucu tadi. Hah, segera pula aku melepaskan headset-ku karena tidak mau dianggap tidak sopan kalau melewati ruang guru saat ke kantin nanti.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro