❄️[25]❄️ Hadiah di Waktu Tak Tepat
Terima kasih tetap bertahan membaca Kisah Elsa.
Mari kita lanjutkan penderitaan anaknya Bu Miranti ini.
❄️❄️❄️
Rencana Wawa kedengaran bagus. Elsa akan memberikan Dygta kesempatan, apakah dia tetap ingin bersama Elsa atau kekasih gelapnya. Namun, hasil testpack membuat semuanya berantakan. Elsa harus bagaimana dengan kehamilan ini?
"Kamu akan sibuk mengurus keluargamu sendiri! Omong kosong kau tetap bekerja!"
Elsa duduk di lantai kamar mandi yang kering. Pipinya mulai basah. Isi kepalanya bertambah. Kekhawatiran semakin banyak.
"Maafkan aku, Ma." Elsa menyembunyikan wajah di lipatan lututnya.
"Sayang, kamu nggak apa-apa?" Dygta mengetuk pintu dari luar.
Elsa menghabiskan waktu yang sangat lama di dalam kamar mandi. Mungkin karena itu, Dygta heran.
Elsa menghirup udara banyak-banyak setelah mengeluarkan cairan dari hidung. Dia mencuci wajahnya sampai matanya yang bengkak agak tersamarkan. Elsa keluar kamar mandi dengan melewati Dygta. Ia mencari ponselnya, dan memberikan kabar baru kepada Wawa.
Wawa: Lanjutkan. Dia jangan dikasih tau, biar tidak jadi alasan buat ngatur-ngatur lo.
Elsa segera membersihkan pesan Wawa. Lalu membuka riwayat pesan dari nomor yang tidak dia simpan. Dia memberikan ponselnya kepada Dygta.
"Ini alasan kamu menghilang malam itu!"
Wajah Dygta memerah melihat foto-foto yang dikirimkan oleh kekasihnya kepada Elsa.
"Bahkan kamu terus menemuinya di belakangku."
Mata Elsa kembali berkolam, padahal dia tidak meniatkan untuk menangis. Dia tidak bersedih dengan foto asusila itu. Dygta dan Sisy berpisah justru karena Elsa. Namun, otak rasionalnya itu kalah oleh kenyataan yang baru saja ia alami.
"Berapa kali kubilang bahwa pernikahan ini tidak seharusnya terjadi? Dia yang seharusnya kamu nikahi. Kamu jahat, kamu nikahi aku, tapi kamu masih tidur dengannya."
"Sayang, maaf. Aku betul-betul nggak sadar malam itu, Sayang. Aku kacau dan aku nggak tahu sudah ada di kamar sama dia."
Elsa tersenyum. Ia merasa dejavu.
"Dygta. Aku akan mengembalikan uangmu."
Dygta menggeleng. Lelaki itu mengeluarkan air mata buaya, seakan dapat menebak akhir kalimat tuntutan Elsa. Namun, dia benar. Dygta terlalu banyak tahu tentang Elsa.
"Aku akan cari uangnya, segera. Dan setelah itu, kita bercerai." Wawa pasti akan menolongnya, atau Gana?
"Elsa!" Dygta memaksa menyentuh pergelangan Elsa.
Elsa tertawa di balik hatinya yang hancur. Bukan karena perasaannya yang terkhianati, tetapi karena ia harus membesarkan anaknya seorang diri.
"Dyg. Aku ingin kamu serius dengan pernikahan yang kamu pilih. Kenyataannya, kamu main-main. Aku memang bukan orangnya, yang bisa bikin kamu jadi setia."
"Elsa. Aku tidak berbohong. Aku sungguh tidak sadar malam itu, El. Aku minum."
Elsa menambahkan, "Karena? Karena aku? Kenapa kamu pergi sebelum bertanya kepadaku? Kamu sungguh ceroboh."
"Ya, aku kacau karena sangat cemburu. Aku ceroboh sampai ada kejadian seperti ini. Aku nggak bisa membela diriku, karena aku tidak ingat apa-apa. Setelah itu, aku tidak pernah menemuinya, kecuali malam itu. Aku pun tidak tidur dengan siapa pun setelah kita menikah. Elsa Sayang, aku minta maaf karena aku belum berhasil bikin kamu percaya kepadaku. Aku mohon berikan aku kesempatan, El. Aku nggak mau kita pisah. Aku sayang kamu, El. Aku cinta kamu dari dulu."
Dygta tampak kusut. Elsa melarikan pandangan ke arah lain, agar hatinya tidak kasihan. Cinta dari dulu, tapi dari dulu kamu bercinta dengan siapa saja, Buaya! Elsa mengumpati suaminya dalam hati. Biarkan Dygta dengan kata-kata pujangga andalannya. Elsa tetap bertahan dengan menganggap semua hanyalah bualan mulut buaya muara.
"Elsa, maafkan aku, El. Aku nggak bisa mengubah masa laluku yang buruk, tapi tolong berikan kesempatan agar aku berubah. Aku tidak bisa tanpa kamu, El." Dygta berlutut, memegang tangan Elsa.
Elsa memukul kepala lelaki itu karena gemas. "Buaya! Bualanmu sudah banyak di Google!"
"Aku tidak pernah meninggalkan benihku kepada siapa pun. Aku cuma ingin kamu yang mengandung anakku. Kejadian ini bikin aku bingung dan marah. Lalu aku tahu Inara dan kamu merencanakan sesuatu. Aku ikuti semua alurnya, supaya aku bisa menikah sama kamu. Aku tahu segalanya, El."
Sampai sini, Elsa kembali merasakan ketakutan seperti saat itu.
"Dari mana kamu tau?" tanya Elsa dengan suara bergetar. Kengerian itu timbul dengan begitu cepat. Ia sangat takut bahwa selama ini Dygta melacaknya. "Jawab!" lirihnya sambil mundur beberapa langkah.
"Aku bayar orang mengikutimu."
Elsa menyentuh perutnya, kemudian menatap Dygta. Lelaki itu, tidak normal.
"Dapatkan kamu begitu sulit, aku nggak mau melepaskan kamu karena kesalahpahaman dan masa laluku, El." Dygta meracau lagi sepanjang rel kereta api.
"Kamu menakutkan," kecam Elsa. "Kamu memata-matai hidupku selama ini?"
"Aku ingin melindungimu saat aku jauh. Maksud aku begitu, Sayang. Aku tidak mau ada yang mencelakai kamu. Kamu terlihat ... rentan disakiti."
"Aku rentan disakiti. Jadi, yang boleh menyakiti hanya kamu. Dygta. Seperti itu?"
Dygta menggeleng tegas. "Aku melakukan itu karena aku sayang kamu. Tidak ada yang boleh menyentuhmu."
Rencana yang dibicarakan Wawa, bahwa Elsa harus membuat Dygta memilihnya dan meninggalkan Sisy selama menunggu kelahiran, hancur. Dygta tak biasa. Lelaki itu mengerikan. Seluruh tubuh Elsa gemetaran. Ini yang ia takutkan ketika Dygta mengetahui tentang keluarga yang tidak pernah dia ceritakan. Elsa takut bahwa Dygta memata-matai kesehariannya.
"Aku cinta kamu, Sayang. Bagaimana caranya agar kamu percaya? Aku nggak bohong soal ini, Elsa. Semuanya kulakukan untukmu." Lelaki itu memohon, masih dalam keadaan berlutut.
"Ap-apa kamu janji tidak akan bertemu Sisy, sampai anakmu lahir?"
Dygta mengangguk. Elsa menghapus air matanya dan menguatkan diri untuk mengatakan hal selanjutnya.
"Kalau hasilnya, itu anakmu ... setujui untuk bercerai."
Namun, mengetahui siapa Dygta, Elsa berpikir bahwa syarat itu terlalu mudah. Jika Dygta tetap ingin pernikahan mereka lanjut, apa pun hasilnya nanti pasti akan dibuatnya menjadi nol persen kesamaan genetik.
"Kita akan selamanya bersama," ucap Dygta dengan sangat yakin, membuat Elsa semakin dikungkung rasa takut.
Elsa harus membuat Dygta membencinya. Bagaimana caranya?
❄️❄️❄️
Entah kenapa sebelum dia tahu kehamilannya, Elsa tidak mendapatkan tanda-tanda sama sekali, kecuali haid yang terlambat. Berselang sehari setelah dia melihat hasil tes, morning sickness pun mengunjunginya. Elsa mual-mual dari pagi. Kalau begini, bagaimana Dygta tidak akan tahu? Pikirnya.
"Sayang, masih mual?" tanya Dygta, menemani Elsa yang sedang menunduk di closet.
Dygta yang seperti ini adalah Dygta yang biasa ada di sisinya sebagai teman, sebagai sahabat. Lelaki yang terlalu baik, untuk gadis biasa-biasa saja. Namun, jika diingatkan tentang hal yang mendorong Dygta melakukan segala hal untuk Elsa, rasa takut itu muncul lagi. Dygta obsesi. Dygta bukan cinta. Elsa mendorong Dygta sebab ketika mencium aroma lelaki itu, mualnya datang lagi. Elsa muntah-muntah sampai mulutnya terasa pahit.
Pikirannya mencemaskan pekerjaan. Kondisi seperti ini, bagaimana dengan pekerjaannya? Semua yang dikatakan mamanya benar, siapa yang mau mempekerjakan wanita hamil? Elsa duduk di lantai kamar mandi dengan tangan memeluk closet. Tak ada rasa jijik merebahkan pipinya ke closet. Perlahan air matanya mengalir.
Dygta masuk dengan membawa handuk bersih. Dia juga membawakan ikat rambut miliknya, kemudian mengikat rambut panjang Elsa. Dygta menyapu wajah Elsa menggunakan handuk. Ia membantu Elsa berdiri agar Elsa bisa berbaring di tempat tidur.
"Sudah dicek?" tanya Dygta.
Lelaki yang memiliki fantasi melihat Elsa hamil itu, tidak sabar mengetahui hasilnya. Lalu, sampai kapan Elsa menyembunyikan kehamilannya?
Elsa mendorong Dygta. "Aku capek, ingin tidur," ucap Elsa dengan suara lemahnya.
Elsa memang tertidur. Ia terbangun ketika mendengar Dygta bercakap-cakap dengan orang asing. Elsa membuka mata bertepatan dengan Dygta masuk membawa seorang wanita yang memakai blouse merah hati dan rok cokelat selutut.
Buaya itu bawa perempuan ke apartemen. Elsa menggeleng, menghapus pikiran buruknya. Tapi, kenapa perempuannya justru dibawa masuk kamar? Elsa lalu duduk.
"Dokter Dria tanya kapan masa haid kamu. Kita nikah, sepuluh hari sebelumnya kamu dapet, 'kan, El?"
Elsa mengangguk, membenarkan. Ya, bahkan masa menstruasi Elsa pun Dygta mengetahuinya. Sungguh, pria yang menakutkan.
"Dia tidak memiliki jadwal teratur, Dok. Tapi ini sejak pernikahan kami, kurang lebih satu bulan yang lalu, dia belum haid lagi."
Dokter Dria memandang Elsa sejenak. Senyumannya begitu manis. Elsa menunduk meremas sepuluh jari. Dygta selancar itu menceritakan siklus Elsa, bagaimana bisa? Perempuan dengan rambut terurai dan kusut itu menatap jauh sambil berpikir. Lalu, lamunannya dibuyarkan oleh pertanyaan dokter.
"Mau coba ditespek, Mbak?" tanya Dokter Dria.
Elsa menggeleng. Melihat ke Dygta, lelaki itu tampak tak senang dengan jawaban Elsa.
"Hasilnya positif," sambung Elsa.
"Berhasil!"
Elsa tak sempat menghindar ketika Dygta mengungkung Elsa yang kecil dengan sebuah pelukan. Menciumi seluruh wajah Elsa di depan Dokter Dria, tanpa tahu malu. Memeluk Elsa dan meletakkan dagunya di pundak Elsa.
"Bahagia sekali kamu hamil. Wah, Elsa!"
Elsa merasakan Dygta mencium rambutnya.
Setiap menyaksikan respon Dygta bagaikan ketiban durian runtuh, Elsa pun ikut bahagia. Padahal dia sangat khawatir dengan kehamilan ini. Bahkan beberapa menit yang lalu, melihat Dygta masuk bersama wanita lain, rasa bencinya meluat.
Tak lama Dygta kembali mengajak Dokter Dria berbicara. Dia menceritakan kejadian yang dialami oleh Elsa pagi ini. Menurut saran Dokter Dria, Dygta setuju untuk membawa Elsa ke rumah sakit esok pagi. Katanya, siang ini juga apabila Elsa masih muntah-muntah, dia akan langsung ke rumah sakit.
Elsa berubah menjadi orang bisu, tanpa diniatkan seperti belakangan ini. Begitu heran dengan sikap Dygta yang terlihat alami. Elsa mencari sandiwara atau kepura-puraan dari wajah suaminya, tetapi tak ada. Sepertinya Dygta memang sangat bahagia akan melihat perut besar Elsa.
"Sayang, tidur lagi. Kalau pusing, bilang-bilang. Kalau mual, panggil aku. Aku tidak ke mana-mana. Dua puluh empat jam waktuku untuk kamu."
Dygta terlihat akan menundukkan wajahnya. Elsa segera berbaring miring. Menghindar mana tahu Dygta sedang berniat licik ingin menciumnya.
"Aku searching dulu-tidak. Aku akan konsultasi ke dokter kandungan istri Papa. Aah, iya. Terima kasih, Sayang. Selamat istirahat. Aku cinta kamu, Elsa."
Elsa menutup wajahnya dengan selimut. Dygta pasti berbohong, Elsa mengulang kata-kata itu dalam hatinya. Pernyataan cinta mudah sekali keluar dari bibir sang buaya. Apalagi dalam keadaan, istri lagi ngambek sebab diselingkuhi. Mulutnya pasti semanis janji para wakil rakyat.
❄️❄️❄️
Bersambung ....
Muba, 19 Agustus 2024
Kata-kata untuk Dygta 📥📥📥
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro