Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❄️[20]❄️ Isi Fantasi Dygta

Selamat malam, pembaca Elsa. Kasev balik lagi bawa part baru cerita Elsa....

Silakan menikmati kisah ini. 😆😆😆

❄️❄️❄️

Elsa mendengar langkah-langkah kaki dan kasur yang terasa ditempati oleh seseorang. Karena menunggu Dygta, Elsa baru terlelap pukul satu malam. Rasa kantuk menyebabkan Elsa memilih mengabaikan suaminya yang datang. Entah pukul berapa sekarang, Elsa merasa ia baru tertidur sesaat. Besok saja dia menanyakan pukul berapa Dygta pulang.

Dygta mengusap kepala dan wajah Elsa dengan lembut. Elsa ingin membuka matanya sebelum Dygta menyentuh bibir Elsa dengan jarinya, selagi ia mengucapkan sesuatu dengan berbisik.

"Seperti janjiku sama kamu, kalau kita menikah, aku akan bekerja dengan giat."

Elsa merasakan sentuhan Dygta di dahinya. Seingat Elsa, ini kali pertama Dygta mencium keningnya. Kecupan itu cukup lama.

"Sayang, aku jadi ninggalin kamu seharian. Malahan nggak lihat senyum kamu hari ini."

Dygta mengusap pelan pipi Elsa. Lelaki itu berbaring memeluk Elsa. Dan memberikan sentuhan lembut sekali lagi di dahi Elsa.

"Aku bahagia tahu, El, bisa memeluk kamu kayak gini. Udah lama aku ingin melakukannya. Cuma nggak tahu caranya biar kamu bisa dipeluk-peluk. Rasanya masih kayak mimpi bisa nikah sama kamu, Elsayang. Maaf, ya, aku udah sering bikin kamu nangis. Aku kekanakan kalau cemburu."

Pengakuan Dygta membuat mata Elsa terjaga. Kantuknya sirna. Ia menjauhkan diri dari pelukan Dygta.

"Kamu cemburu? Emangnya kamu cinta sama aku?" tanya Elsa heran.

"Eh, ketahuan," ujar lelaki itu dengan senyum yang lebar.

"Apa, coba ulangi! Kamu ada perasaan sama aku, sejak kapan?"

Dygta berbaring telentang menatap langit-langit. Sebelah tangannya menjangkau bahu Elsa.

"Nggak tahu apa namanya. Tapi aku emang ada rasa sama kamu. Sejak kapan, nggak tahu. Mungkin waktu aku mulai tertarik sama kamu. Nggak lama setelah kita berkenalan."

"Kamu ikutin aku terus karena tertarik? Tertarik karena apa? Karena tanggal lahir kita sama?"

Dygta menarik Elsa kembali ke pelukannya.

"Mungkin. Kalau bukan karena tertarik, ngapain, sih, aku ikutin kamu tiap hari?"

Elsa mengangguk. "Tertarik temenan sama aku," ucapnya menyimpulkan.

Dygta bergumam. "Sampai sekarang kamu nggak sadar gimana perasaanku sama kamu?"

Elsa kemudian memandang wajah Dygta. Meskipun kamar itu memiliki penerangan yang redup, ia berusaha untuk bisa saling bertatapan. "Nggak tahu. Aku taunya kamu itu suka hubungan badan sama aku."

"Kalau itu, pasti! Tuh rasakan, ada yang udah kangen kamu di bawah."

Elsa menggeram sewaktu Dygta menempelkan miliknya di balik celana ke paha Elsa. "Mesum kamu kambuhan?"

"Tiap lihat kamu, kambuh."

"Dygta, kamu benar-benar mesum!" Ia berusaha menjauh dari suaminya.

Dygta mempertahankan posisi mereka tetap berpelukan. "Ah, kamu tanya aku tertarik karena apa? Awalnya karena lahir kita di hari, bulan, tahun yang sama. Terus karena itu, aku jadi sering lihat kamu ke kafe."

Selagi Dygta bicara, tangan Elsa menyentuh wajah lelaki itu.

"Kamu membayangkan hal-hal mesum waktu lihat aku? Tidak, 'kan?"

"Seperti sekarang?" tanya Dygta dengan suara serak.

Elsa menggeleng. "Waktu kita temenan."

Lelaki itu hanya diam.

"Pernah?" tanya Elsa dengan nada naik. "Sering?" Nadanya makin meninggi. Mengingat bagaimana Dygta ketika mereka berhubungan badan, lonceng di kepala Elsa berdentang. "Selalu?!"

"Itu hanya fantasi, Sayang. Buktinya aku nggak pernah menatap kamu kayak sekarang. Ingat?"

"Tapi kamu nggak sopan," geram Elsa. "Dygta?" Elsa menunduk ke bawah pada kaki mereka yang bersilangan.

"Dia bangun karena kamu marah-marah." Dygta mengungkung Elsa di antara tangannya. Bibirnya mendekat ke telinga Elsa, "Fantasiku yang lain, aku suka melihat wajah kamu yang horny waktu milikku memasukimu."

Pupil mata Elsa membesar akibat rangsangan dari kata-kata Dygta.

"Aku menyukai semua yang kamu miliki. Kamu yang suka marah-marah, aku suka. Kamu yang kerja keras dengan tubuh mungil ini, aku suka. Hal sekecil apa pun dari kamu, aku suka. Wajah kamu waktu bergairah, aku suka. Oh iya, aku mulai tertarik sama kamu selain karena tanggal lahir kita, karena ukuran payudara kamu yang sempurna. Kamu berhasil menyembunyikannya dari orang lain, tapi kamu gagal merahasiakannya dariku, Sayang."

Puncak dada Elsa sudah cukup tegang di balik pakaiannya, semakin mengeras akibat remasan intens tangan Dygta.

"Ayo bercinta sampai kamu nggak bisa jalan besok pagi."

❄️❄️❄️

Kata-kata Dygta menjadi kenyataan. Pagi ini Elsa ingin bangun, akan tetapi tubuhnya nyeri terutama bagian kewanitaan. Elsa tak sempat untuk memakai lagi busananya sebelum tertidur. Tenaganya telah terkuras mengikuti irama permainan Dygta. Memang sudah agak lama Elsa tak berolahraga, mungkin karena itulah staminanya berkurang. Ditambah Dygta yang begitu perkasa, tak merasakan lelah, dan selalu merayu Elsa untuk melakukan ronde-ronde selanjutnya. Badan mungilnya bertarung dengan badan besar buaya.

"Elsayang, sudah bangun?"

Elsa melihat Dygta telah berpakaian rapi. Rambutnya yang basah terurai di bawah leher. Aroma sabun dan parfum yang digunakan pria itu menyesaki penciuman Elsa. Dygta datang dari luar membawa nampan berisi piring dan gelas. Lelaki itu duduk di pinggir ranjang. Ia mengecup singkat bibir Elsa.

Elsa pun duduk. Ia tak menutupi tubuhnya dengan selimut, memberikan Dygta sarapan mata gundukan bulat kesukaannya. Elsa lupa bahwa ia tak memakai pakaiannya sebelum tertidur.

"Apa itu?" tanya Elsa menunjuk nampan. Ia melihat isinya adalah nasi goreng. "Kamu sempat keluar untuk beli ini?"

Dygta mengambil kemeja Elsa dan memasangkannya ke tubuh Elsa.

"Ini aku masak sendiri."

Elsa menyipit memperhatikan isi piring yang ditata apik. "Kamu sudah mencobanya sebelum dikasih ke aku?"

"Aku yakin, kamu pasti suka."

"Aku mau kumur-kumur," ucap Elsa. Mana bisa ia makan tanpa sikat gigi terlebih dulu.

Elsa hendak melompat dari tempat tidur.

"Aku gendong. Kamu kan susah naik turunnya." Dygta menggendong Elsa ala bridal style.

"Nggak bisa diganti aja kasurnya agak pendek sedikit? Kalau aku jatuh gimana?"

"Akan aku pikirkan," jawab Dygta, mendudukkan Elsa di wastafel.

Lelaki itu menyiapkan sikat beserta pasta gigi untuk Elsa. Ia juga mengambil secangkir air untuk kumur-kumur istrinya.

"Apa ini salah satu fantasimu?" tanya Elsa sewaktu menyikat gigi.

"Ih, tahu." Dygta mengacak rambut kusut Elsa. "Sakit?" tanya Dygta mengusap paha dalam Elsa.

Elsa segera memukul tangan yang hampir menyentuh kewanitaannya itu.

"Begini rasanya nikah sama playboy, buaya muara ekor panjang!" Elsa berkumur-kumur. "Isi pikirannya, kalau nggak ciuman, payudara, dan vagina. Kenapa nggak bosan-bosan?" rutuk Elsa, tapi enggan ia utarakan.

"Mau mandi sekalian atau sarapan dulu, Elsayang?"

"Makan. Nanti masakan kamu dingin."

Dygta mengangkat Elsa sekali lagi. Ia mengambil celana dalam baru dari walk in closet. Sekaligus gaun tidur satin merah hati untuk dipakai istrinya.

"Ada yang kurang nggak nih?"

"Udah, nggak usah pakai bra," jawab lelaki itu dengan enteng.

Elsa berdecak kemudian memakai daster mahalnya. "Kamu nggak kerja hari ini?"

Elsa menyendok nasi goreng di atas ranjang bak orang sekarat.

"Libur dulu, mengurus istri yang lagi sakit."

Elsa memukulkan sendok ke kepala suaminya. "Aku nggak mau lagi kayak gini. Perih, kayak masih ada di dalam," ucapnya kesal.

"Iya, iya. Aku akan lebih lembut lain kali."

Elsa mengangguk dan melanjutkan makan nasi goreng buatan Dygta yang ternyata memang enak.

"Sayang, kumandikan aja."

Elsa menggeleng. Ia bukan jenazah atau anak kecil yang perlu dimandikan! Namun, Dygta tak membiarkan Elsa menang. Mengalah, Elsa mengizinkan Dygta membawanya ke kamar mandi dan memandikannya seperti orang sakit betulan. Yah, mungkin merasakan perhatian dan pelayanan khusus ini sekali-sekali tidak ada salahnya, pikir gadis itu.

Mereka sekarang ada di ruang tamu, berpelukan di sofa panjang. Tak ada pilihan lain, Elsa mengenakan pakaian yang dibelinya bersama Mama Ayu. Sebuah backless V-neck loose bertali spageti dan berbahan satin, serta berwarna navy. Mama Ayu memindahkan baju-baju Elsa ke kotak dan meminta Pak Puro membawanya ke gudang di rumah.

"Mama lihat muka kamu masuk berita." Elsa mendongak, menatap wajah tampan suaminya. "Kamu nggak bisa gunting rambut yang rapi gitu? Lawyer masa rambutnya berantakan?" Elsa menjangkau rambut Dygta yang tak diikat.

"Kan diiket, Elsayang. Tinggal dirapiin aja, kok. Mode kerja nggak kayak gini," bela lelaki itu mempertahankan rambut kesayangannya. Lalu mencium pipi Elsa sampai berbunyi.

"Apa klien kamu itu pejabat?" Elsa sesekali ingin tahu hal-hal yang dilakukan Dygta di luar.

"Bukan. Klienku justru rakyat biasa yang mendapat ketidakadilan oleh pejabat."

Elsa mengusap wajah Dygta, memandangi pemilik hidung mancung itu. "Pejabatnya curang kepada rakyat? Apakah dia orang yang sangat berkuasa?"

"Hhm. Seorang menteri."

Elsa menjadi kagum kepada lelaki gondrong ini, walaupun hanya dari ceritanya secara umum.

"Pantes kamu sibuk banget belakangan ini. Kamu pasti capek. Biasanyakan nggak kerja sekeras ini."

"Ih, muji tuh cukup muji aja, masa ujungnya dijatuhkan. Gigit nih," ucap Dygta beberapa detik sebelum menggigit pipi Elsa dengan gemas.

"Bau, ludah kamu," kesalnya.

"Dyg, makasih udah baik ke Mama sama adik-adik aku. Maafin Mama, ya."

"Mereka sudah jadi keluargaku, Elsayang. Mama kamu, ya, mama aku juga. Adik-adik kamu, jadi adikku juga."

Elsa menyentuh bibir bawah Dygta, refleks ketika melihat suaminya itu berbicara. "Kamu baik banget."

"Bram perlu sosok ayah untuk dia tiru. Kamu sabar, ya, kalau adikmu sering bikin kamu sedih dan capek. Kamu kakak yang hebat bagi mereka."

Inara pasti bercerita jika Elbram sering membikin masalah hingga merepotkan Elsa.

"Kadang capek banget. Aku hampir gila menggunakan otakku."

"Padahal kamu tinggal ngomong sama aku, tapi diam aja nyimpen masalah itu sendiri. Aku tiga tahun ngikutin kamu, nggak pernah dengar kamu ceritain soal mereka. Gini-gini, aku pendengar yang baik dan pasti aku mampu membantumu. Ini nih salah satunya alasan kenapa kamu wajib nikah sama aku. Biar kamu nggak sendirian menghadapi masalahmu." Dygta terkekeh. "Tapi aku malah jadi salah satu masalah kamu. Maaf, ya, Sayang."

Elsa merasa merinding mendengar kata sayang yang diucapkan suaminya.

"Manis banget kamu kalau manggil sayang. Pantes banyak cewek yang terjatuh karena bibir buaya kamu." Elsa memukul mulut lelaki itu.

"Kamu kelepek-kelepek juga kupanggil sayang?" tanya Dygta penuh harap.

"Merinding, nih, lihat pori-pori aku membesar dengernya. Hiss."

Jemari nakal lelaki itu justru mengelus permukaan kulit Elsa dari lengan hingga ke leher. Dari leher, menyusup ke balik dress yang dikenakan Elsa.

"Dygta!" Protesan Elsa tak berlangsung lama karena bibirnya keburu dibungkam oleh ciuman.

Sementara lidah Dygta bermain dalam mulut Elsa, tangan lelaki itu memberikan remasan pada gundukan yang tak menggunakan penghalang. Secepat itu sentuhan Dygta memengaruhi Elsa.

"Dyg," desah Elsa memejamkan matanya.

"Ya, Sayang?"

"Tangan kamu."

"Aku suka melihat wajah terpejam kamu, dan bibirmu yang terbuka waktu aku melakukan ini. Nggak usah ditahan, lepaskan, Sayang."

Elsa mengerang ketika jemari Dygta memainkannya di bawah sana.

"Istriku yang cantik," bisik lelaki itu.

❄️❄️❄️

Bersambung ....

Muba, 14 Agustus 2024

Nyentrik, jozz. Rambutnya nggak boleh dipotong. 😒😒😒

Maaf ya telat update dan sedikitt. Jumpa lagi sama mereka besok malam. Bye...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro