❄️[12]❄️ Gen Buaya
Maaf-maaf, Elsa update-nya telaaat. Tadinya masu ngetik jam setengah tujuh, eh, ada tamu.
Selamat membaca, dan ini sedikitt. 😄😄😄
❄️❄️❄️
Menghabiskan waktu selama setengah hari bersama Tante Ayu, Elsa mendapatkan informasi tentang keluarga Dygta Elfasya. Hal yang belum Elsa ketahui, bahkan tak pernah dibayangkan sama sekali. Ternyata Dygta terlahir dari seorang ibu yang berkarir di dunia entertainment, sementara ayahnya berprofesi sebagai pengacara yang juga sering diliput oleh media. Keduanya memiliki kontrol yang tinggi terhadap orang di sekitar mereka. Elsa merasakan itu ketika bertemu mereka hari ini. Dan Elsa baru menyadari bahwa Dygta juga sering melakukannya.
Elsa ingin berlari meninggalkan Dygta. Gadis yang tengah menatap pantulan wajahnya di cermin itu mau hidupnya kembali biasa-biasa saja. Tetap berdiri di atas kakinya sendiri tanpa interupsi orang lain. Tidak seperti perempuan berambut keunguan yang menatap sedih di balik cermin ini.
"In, kamu tahu siapa Dygta sebenarnya?"
Ingatan Elsa mengulang percakapan online-nya dengan Inara satu jam yang lalu.
"Maaf, ya. Aku nggak kasih tahu kamu."
"Aku kira keluarga Dygta tidak seperti itu. Aku nggak siap kalau mereka nanti tidak mengizinkan aku bekerja. Mereka pasti malu aku kerja serabutan. Aku butuh bekerja, In."
"Els." Suara Inara terdengar prihatin. "Masalah ini bisa kamu omongin dengan suami kamu. Kamu pasti kaget dengan info ini, tapi .... Dia Dygta. Kamu kan kenal dia, El. Kamu tahu dia sangat ... sangat peduli kepadamu."
"Aku nggak mungkin cuma ketemu Dygta aja, In. Dia punya orang tua. Mereka ada kehidupan sosial. Orang tuanya seperti itu, aku takut sekali, In." Elsa menggeleng. "Aku nggak ngerti apa-apa, aku nggak kenal siapa Dygta."
"Kalau menikah dengan Dygta, kamu harus kerja juga?"
Langsung Elsa jawab dengan 'iya' yang tegas. "Aku yang salah. Aku nggak mikirin ini sebelumnya."
"Sekarang gimana? Mau kamu batalkan?"
"Kalau bisa." Ia takut, sangat takut dengan reaksi Tante Ayu. Namun, ia lebih takut lagi hidup ke depannya berada dalam kontrol Tante Ayu.
"Kamu diapain, sih, sama si Tante sampai begini, Els?"
"Aku cuma belum siap, In. Keputusanku terlalu spontan."
"Baik," ujar Inara dengan nada final. "Silakan lakukan apa yang hatimu inginkan. Aku berharap yang terbaik untukmu. Maafkan aku, ya."
Elsa kembali ke mode mencari pekerjaan. Malam hari masih bisa diisi dengan kerja sambilan. Elsa mencari lowongan melalui berbagai media sosial. Namun, pikirannya teralihkan ketika menemukan satu chat masuk.
Dygta: Ada titipan makan malam di pintu. Jangan begadang, ya. Sampai ketemu besok.
Elsa berdiri dari tempat tidur tanpa meletakkan ponsel. Ia terburu-buru membuka pintu. Teras indekos itu kosong. Elsa mengambil jatah makan malamnya dan membawa masuk.
Elsa: Sore besok. Aku tunggu di tempat biasa. Bukan di kos.
Elsa mengirimkan pesan kepada penyuplai makan malamnya. Lantas Elsa mengeluarkan makanan yang disimpan dalam bungkus nasi. Ternyata Dygta membelikannya sate ayam bumbu kacang. Ada teh es dibungkus plastik. Elsa tersenyum sembari menggeleng.
Begitu perutnya kenyang, Elsa melanjutkan berburu lowker. Ia harus memiliki pekerjaan baru untuk mulai mencicil uang Inara yang dua puluh juta! Perempuan yang akan berulang tahun satu bulan lagi itu pun tertidur ketika ponselnya masih menampilkan laman lowongan pekerjaan.
❄️❄️❄️
Sepulang dari rumah Yuk Eka, Elsa menggunakan ojek online menuju tempat janjiannya dengan Dygta, yaitu sebuah lapangan bola yang terdapat di sudut taman kota. Lapangan itu dikelilingi oleh pepohonan rindang. Elsa berselonjor di bawah pohon sembari memandang ke lapangan yang diramaikan oleh anak-anak bermain futsal. Di sekitar Elsa juga banyak orang dewasa lain, duduk di bangku taman menyaksikan pertandingan. Suara tawa dan sorakan anak-anak berbaur dengan kicauan burung dan gemericik air mancur.
Elsa sengaja memilih tempat yang ramai. Tentu karena perangai Dygta yang harus selalu diwaspadai. Elsa tak melihat tatapan mesum Dygta kepadanya, tetapi lelaki itu senang menyentuhnya di setiap ada kesempatan. Entah itu merangkul, memegang tangan, mencium, dan yang terakhir memangku Elsa di depan mamanya.
"Es puter, Mbak."
Seperti biasa, Dygta bak angin, yang muncul tiba-tiba. Kedatangannya saat ini bersama satu cup es krim yang disebutnya dengan es puter. Elsa hanya menoleh ke sebelahnya dan membiarkan putra sang pengacara kondang itu duduk di sebelahnya.
"Nih." Dygta mengangsurkan lagi gelas es krimnya.
Elsa hanya melihat lelaki itu memegang satu es krim. Ia tak menerimanya dan membiarkan Dygta menyantapnya sendiri.
"Aduh, kayaknya serius," gumam Dygta yang mulai menyadari raut wajah Elsa. Dia meletakkan esnya ke atas rumput.
"Aku minta maaf. Please, jangan marah, dong, Elsa–"
Elsa tetap melihat ke arah lapangan, ke anak-anak yang berteriak atas kemenangan mereka. Elsa memeluk kedua lututnya.
"--yang," gumam Dygta, membuat Elsa mengerucutkan bibirnya.
"Tau nggak, Dyg, aku kesal banget sama kamu. Papa kamu tahu soal selingkuhan kamu yang hamil!"
"Ssst. Pelan dikit," pinta Dygta duduk lebih merapat kemudian menutup mulut Elsa.
Elsa lantas memegang telapak tangan Dygta karena ia masih ingin berbicara tentunya. "Tapi dia kira itu aku!"
"Masalahnya?"
Elsa langsung mencubit pria di sebelahnya dengan penuh kemarahan.
"Aduh!"
"Kamu nikahnya sama dia aja!" Lantas Elsa menunduk, dan menyesali kata-katanya. "Tapi aku udah pakai uang kamu," lirihnya.
"Aku nggak menikah dengan siapa-siapa, kecuali sama kamu."
Elsa merasakan bahunya dirangkul. Langsung saja Elsa mencubit punggung tangan Dygta yang ada di pundaknya.
"Ih, kamu jadi mirip mamaku." Dygta balik mencubit Elsa, tetapi cubitan ringan di pipi Elsa. "Kamu percaya kalau aku nggak ada hubungan apa-apa dengan dia?"
Tentunya Elsa dengan cepat menggeleng.
"Ya udah." Dygta mengangkat bahunya. "Kapan kita liburan ke vila?"
"Enggak ada kapan-kapan." Elsa bergeser ke kirinya, menjauhi lelaki itu.
"El," protes Dygta, menarik-narik ujung baju Elsa, entah karena ditolak liburan atau posisi duduk Elsa sekarang.
"Kamu itu ...." Elsa merasa kesal lagi mengingat hal lain. "Nggak pernah cerita soal mama kamu! Astaga! Kok bisa, sih, kamu anaknya Tante Ayu, Dyg?"
"Ya bisa, dong. Dia dinikahin Pak Regaf, hamil, terus lahirlah aku. Kenapa emangnya kalau aku anaknya Tante Ayu?"
"Kenapa?" Elsa menggeleng-geleng. "Kamu kayak orang susah!"
"Yah, calon bini, pedes banget tahu." Dygta kembali berusaha duduk merapat dengan Elsa, membuat Elsa ingin sekali mandi. Mungkin di tubuh Elsa ada lem tikusnya. Bisa bayangkan jika mereka di kos-kosan Elsa? Ah, Elsa enggan membayangkannya.
"Jadi, selama ini kamu anaknya Tante Ayu, Ayu Sulastika, yang terakhir peran Tante Ayu jadi Mbak Listri ...." yang bikin kesel penonton, lanjut Elsa dalam hatinya.
Peran mamanya Dygta itu beda-beda, tapi lebih sering menjadi tante-tante yang menyebalkan. Namun, berkat aktingnya Tante Ayu masuk dalam jajaran artis senior papan atas di Tanah Air. Tak heran Elsa merasa pernah melihat Tante Ayu sebab Elsa suka sinetron ketika sekolah.
"Iya, El. Sejak aku lahir aku udah jadi anaknya."
"Terus tentang papa kamu ...." Elsa menelan saliva ragu-ragu, haruskah ia mengonfirmasi gosip yang hangat di sosial media sekitar tiga tahun yang lalu?
Dygta mengambil tangan Elsa ke dalam genggamannya yang besar. Elsa merasakan Dygta menyelipkan kelima jemarinya di antara sela jemari Elsa. Elsa terdiam memperhatikan jalinan tangan mereka.
"Benar. Papa menikah lagi." Dygta mengambil jeda sesaat. "Dengan perempuan muda. Seumuran kita."
Elsa pun sadar apa yang dimaksud oleh Tante Ayu dengan 'penyakit bapaknya mungkin menurun kepada Dygta'.
"Mama itu istri keduanya Papa," lanjut Dygta.
Elsa reflek melepaskan tangannya dari Dygta.
❄️❄️❄️
Bersambung ....
Muba, 7 Agustus 2024
Hahh, maaf yaa ini sedikitt, jumpa lagi besok.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro