Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❄️[04]❄️ Diajak Nikah Sang Buaya

Selamat malam semua. Elsa kembali update. Ada yang masih nungguin nggak nih? 😚😚😚

Selamat membaca kelanjutannya. Oh iya, antara Elsa dan Dygta, keduanya kayaknya perlu diomelin gak sih? Jewer jangan? 😳😳😳

Happy reading. 🍂🍂🍂

❄️❄️❄️

"Elsa! Elbram harus menjalani operasi orif segera. Butuh biaya empat puluh delapan juta untuk operasi tulang keringnya."

Kedatangan Elsa di rumah sakit kotanya disambut dengan kabar mengilukan itu. Telah lama belum pernah tatap muka, Miranti bahkan tak melakukan basa-basi terlebih dahulu. Minimal menanyakan bagaimana perjalanan Elsa dari Jakarta.

"Iya. Nanti aku usahakan ada."

Uang yang Elsa pinjam dari Inara tentunya sangat kurang. Syukurlah rumah sakit bersedia memberikan waktu untuk Elsa melunasi seluruh biayanya sampai satu bulan setelah operasi. Meski demikian, isi kepala Elsa bertambah berat oleh total seluruh yang yang harus ia kumpulkan segera, di saat ia tidak memiliki pekerjaan. Harapan Elsa hanya pada olshop yang jika dilihat per hari ini, tidak menghasilkan satu rupiah pun.

Elsa memiliki rencana untuk menenangkan diri, di samping menemani Miranti mengurus Bram selama di kota ini. Namun, ia tak bisa tenang karena banyak telepon yang masuk ke handphone-nya. Elsa mematikan nomor biasa lalu membeli SIM card baru untuk tetap berhubungan dengan Inara.

Inara: Semua beres. Rencana kita sangat sukses karena sejak kemarin Sisy udah nanyain nomor kamu. Untung kamunya lagi nggak di kos, Els. Dia ngamuk nyariin kamu ada di mana. Hati-hati, Els.

Dan apa kabar Dygta? Ia bangun di kamar Elsa dengan suasana yang siapa pun pasti berpikir telah terjadi sesuatu malam itu. Elsa merasa bulu kuduknya merinding. Ia sengaja tak membaca atau menjawab telepon Dygta. Elsa masih belum siap dengan reaksi Dygta.

Kini tiga hari sudah Elsa di rumah sakit dan Elbram telah menjalani operasi. Elsa berpamitan kepada mama dan adik-adiknya untuk kembali ke Jakarta.

"Kak."

Elsa menatap adik perempuannya yang kurang dekat dengannya itu.

"Ya."

"Kak Elsa masih ada uang?"

Elga tampaknya 'kali ini' paham bahwa Elsa baru saja kehilangan puluhan juta dalam sekejab untuk pengobatan Elbram.

"Kamu perlu berapa?" tanya Elsa to the point.

"Enam ratus ribu. Kelasku studi banding ke Bali. Aku simpan untuk pegangan saja. Ongkosnya mereka mau patungan untukku."

Enam ratus ribu sebetulnya sangat kurang. Kalau saja Elsa punya banyak uang, ia akan membekali Elga sampai berjuta-juta. Supaya Elga dapat menikmati masa kuliahnya, agar ia tak perlu berpikir akan makan apa besok, seperti yang Elsa alami.

Elsa menghela napas. "Ya, nanti aku tf."

"Sekarang kamu kerja apa, El?" tanya Miranti.

Elsa terdiam. Menggeleng, Elsa lalu mencium tangan mamanya. "Aku pamit, Ma. Busku berangkat setengah jam lagi."

Miranti dan Elga, tak satu pun di antara keduanya melepaskan kepergian Elsa dengan peluk perpisahan.

Elsa tersenyum menguatkan, "Bram akan sembuh dan normal. Aku pasti bisa dapat uangnya. Mama enggak perlu khawatir. Kalau gitu, aku berangkat."

❄️❄️❄️

Elsa turun dari taksi setelah menempuh perjalanan darat dari Sumatra ke ibu kota. Niatnya ingin mandi dan tidur sampai pagi. Namun, sosok yang sengaja Elsa hindari selama mengurus Elbram di rumah sakit, sudah menunggu Elsa di depan pintu kosnya. Di bawah lampu teras yang redup, Elsa hampir mati berdiri karena dia kira sosok itu adalah penunggu tak kasat mata yang rindu kepada Elsa.

"Astaga!" Elsa mengusap dada. Selain karena kaget, detaknya memang agak lebih cepat akibat habis menaiki tangga.

"Eeel!!!"

Sambutan haru terdengar dari lelaki berambut diikat itu. Ketika Elsa lihat dengan lebih teliti, bukan hanya rambut yang panjang, jenggot dan kumisnya juga tumbuh subur sejak terakhir mereka bertemu. Untungnya lelaki jangkung itu tidak menghambur untuk memeluk Elsa, seperti adegan film India. Sang lelaki hanya berdiri dari posisi duduk, kemudian menunggu Elsa di tempat. Justru Elsa-lah yang menghampiri karena memang Dygta berdiri menghalangi pintu.

"Ngapain sih, Dyg, berisik banget?" kata Elsa, menghalau tubuh tinggi itu agar Elsa bisa membuka kunci. Berisik yang Elsa maksud adalah selama di kampung, Elsa terganggu oleh telepon dan pesan dari Dygta.

"Oh, iya," gumam Elsa kemudian mendorong pintunya ke dalam.

Rumah itu tidak dikunci karena waktu Elsa pergi, ada Dygta di sana. Dan melihat Dygta di tempat ini lagi, Elsa berpikir mungkin saja si Dygta menunggui tempat Elsa bak anjing penjaga.

"Kamu ke mana aja, El? Enggak bisa dihubungi. Kamu menghilang dan itu karena aku. Aku udah berpikir yang enggak-enggak, El. Aku pikir kamu berpikiran pendek."

Elsa menggigit bibir bawah saat tangannya bersiap untuk menutup pintu itu. "Ngomongnya besok aja, Dyg. Aku capek banget. Aku ingin tidur."

Namun, gerakan Elsa terhenti. Elsa menoleh ketika pergelangan tangannya ditahan oleh Dygta.

"Enggak. Ini harus dibicarakan sekarang. Nanti kamu kabur lagi."

Elsa menghela napas. Isi kepalanya masih terlalu ruwet untuk mengurus masalah ini. Dia sungguh belum bisa menerangkan apa pun kepada Dygta.

"Aku capek, Dyg."

Lelaki itu mengadang Elsa dari dalam. "El, aku minta maaf."

Lalu kedua lutut lelaki super tinggi jika dibanding Elsa yang hanya 152 cm itu tertekuk di lantai. Ia bersimpuh di hadapan Elsa, membuat Elsa menutup mulut tak percaya

"Dyg. Ngapain sih pake berlutut segala? Muka kamu kayak begitu pula, Dyg, aku seram lihatnya. Dygta, bangun!" Elsa menghela napas melihat kelakuan sahabatnya itu.

"El, kita menikah aja, ya. Aku nikahin kamu, ya, El?"

Elsa menutup mulut lebih tidak percaya lagi dengan permintaan Dygta. Dygta si buaya darat yang sedang dikejar pacarnya untuk tanggung jawab terhadap kehamilan perempuan itu, justru berlutut di depan Elsa, mengajak Elsa menikah.

Tentu saja respon Elsa, "Kamu udah gila, Dygta?"

"Ya! Aku gila selama kamu pergi. Empat hari kamu ngilang setelah kejadian itu! Gimana aku nggak gila karena kamu?"

Elsa pasti akan terharu jika yang mengucapkan kalimat ini adalah kekasihnya. Namun, Dygta Elfasya hanya sahabatnya. Apalagi track record si Dygta sebagai pemain wanita.

"Udah dibilang, ngomongnya besok. Ya ampun, aku capek banget." Elsa hampir di ujung batas kesabarannya.

"Jawab dulu, kamu mau nikah sama aku."

Elsa menarik napas panjang lalu, "Enggak akan, enggak mau! Aku enggak akan menikah sama kamu! Pergi!" Elsa mendorong Dygta karena dia butuh tidur. Pikiran dan tubuhnya sedang membutuhkan itu.

"Kamu harus mau."

Elsa menggeleng. "Aku enggak mau menikah sama kamu. Kamu paham gak sih, Dygta?"

"Tapi kita harus menikah."

"Kamu harusnya menikah sama wanita yang ngaku hamil itu, ngapain sama aku?!" bentak Elsa.

"Karena aku juga udah tidur sama kamu!" balas Dygta dengan kalimat cepat yang terpaksa Elsa bungkam dengan telapak tangan.

Rumah kos tersebut ada tiga pintu. Kebetulan dua lainnya masih kosong, tapi tetap tidak etis Dygta meneriakkan hal tabu seperti itu.

"Aku nggak mau bicarain itu, Dyg. Aku lagi bener-bener capek!!!" Elsa mengeluarkan suara lantang dengan emosi yang sudah di puncak.

Tampaknya Dygta baru saja menyadari kondisi Elsa. Rambut Elsa yang sedikit ikal terlihat kusut sekali, bahkan tegang akibat tidak keramas dua hari. Wajah Elsa berminyak dan matanya dihiasi noda hitam.

"Kamu ngilang ke mana sih, El?" tanya Dygta dengan nada tetap rendah. "Kamu nggak tidur?"

Elsa mengangguk. Di bus yang menghabiskan waktu tempuh berjam-jam, ngapain lagi Elsa kalau bukan tidur? Dia sungguh menikmati waktu tanpa harus bekerja. Namun, dalam posisi duduk, ia tak nyenyak.

"Besok aku ke sini. Istirahatlah."

Elsa mengintip ke bawah, ternyata Dygta betul-betul pergi bersama mobilnya. Segera saja Elsa menutup dan mengunci pintu. Elsa mengedarkan pandangan ke penjuru kamar kos yang bersih. Syukurlah, ia tak mendapatkan jejak-jejak memalukan itu saat tubuh dan pikirannya sangat lelah.

Rencana Elsa untuk tidur setelah membersihkan badan batal. Begitu berbaring di atas tempat tidur, uang rumah sakit Elbram membebani pikirannya. Ia lelah lahir dan batin, serta pikiran. Kali ini Elsa berada pada titik tidak mampu memecahkan masalah keuangannya. Jumlah 28 juta dalam waktu satu bulan? Siapa orang gilanya yang rela memberikan uang sebanyak itu, hanya untuk seorang gadis pengangguran tamatan SMA?

Elsa merasakan pipinya basah. Penglihatannya memburam. Ia ingin marah pada keadaan, tetapi tubuhnya bahkan tak sanggup untuk melakukan itu. Air matalah yang justru menjadi pelampiasan isi hati dan pikirannya. Malam itu Elsa berselancar di ponsel untuk mencari lowongan pekerjaan.

Pekerjaan pertama Elsa di sini adalah menjadi pelayan di rumah makan. Setahun bekerja cukup bagi Elsa untuk pindah ke kos yang sekarang, berhenti menjadi parasit di tempat tinggal Inara. Lalu Inara menawarkan Elsa untuk bekerja di kedai kopi dekat kampus yang baru buka. Elsa bertahan di kedai kopi itu selama dua tahun, hingga Inara wisuda. Namun, selain bekerja di kedai tersebut, Elsa mengambil banyak pekerjaan sampingan. Pernah sebagai baby sitter dari dosen Inara, karyawan laundry dekat kampus, guru membaca privat, kasir toko bangunan, kasir grosir sepatu, bahkan menjadi petugas kebersihan di kampus Inara. Elsa sampai melupakan beberapa pekerjaan saking banyaknya. 

Elsa tertarik pada bisnis online hingga meninggalkan pekerjaan lain demi bisa fokus pada usaha barunya. Menggunakan tabungannya untuk modal serta pinjaman dari Inara, Elsa pun mulai melakukan live pada platform jual beli online. Ternyata berbisnis bukan pekerjaan instan. Sementara tabungannya belum terkumpul, utangnya justru menumpuk. Kini Elsa harus mencari pekerjaan kembali.

Mata Elsa akhirnya tak sanggup dibuka lagi. Elsa tertidur sekitar pukul tiga pagi. Ketika bangun, Elsa merasakan kepalanya sangat pusing. Ia pun hanya rebahan di tempat tidur hingga terasa agak baikan. Dua jam menunggu, Elsa justru malah merasa kedinginan.

"Duh, gak, jangan sakit! Elsa, kamu dilarang sakit."

Ketakutan terbesar Elsa dalam hidup adalah SAKIT. Elsa telah berhasil menjaga kesehatan selama ini demi dapat bekerja sebanyak-banyaknya. Tidak mungkin Elsa sakit sekarang, saat dia sangat perlu mencari uang dalam jumlah besar. Biasanya ketika mulai merasakan tubuhnya kurang fit, Elsa akan langsung membeli obat di minimarket. Obat apa saja yang disarankan di Google akan dikonsumsinya. Elsa pun meluangkan waktu olahraga paling tidak dua kali seminggu dengan lari pagi. Namun, entah kenapa ia malah jatuh sakit sekarang. Ia tak sanggup ke warung yang jaraknya dua rumah dari kos ini, apalagi minimarket di luar gang! Akhirnya, Elsa kembali menutup mata. Ia percaya, paling tidak, satu jam ke depan, tenaganya akan pulih lagi.

"Elsa!"

"Elsa!"

Telinga Elsa terganggu oleh suara-suara ribut tersebut. Jika bukan memanggil namanya, Elsa akan mengabaikan saja gangguan itu.

"Eeeh, bukain, dong, Els! Panas banget nih di luar. Elsa!"

Elsa bergerak ke pintu dengan cara menggeser pantatnya sebab tempat tidurnya memang menempel dengan dinding jendela di sebelah pintu.

"Cepet, cepetan! Ada Dygta noh di belakangku." Inara lantas mengunci pintu kos Elsa.

Saat itu, Elsa telah kembali berbaring lemah.

"Elsa! Els! Pipimu panas sekali."

"Sssst. Pusing," keluh Elsa terganggu oleh suara Inara.

"Elsa!" panggil seseorang dari balik pintu kos Elsa. Ia juga mengetuk pelan.

"Dygta, Els," bisik Inara.

Elsa yang memejamkan matanya hanya bergumam. "Diam, jangan sampai dia tahu kita di dalam."

"Tapi jendela kamu, masih bisa diintip tahu."

Elsa mengangguk, tak kepikiran sampai ke sana. Jadi, sejak Elsa pergi, hordeng tebalnya tidak dipasang. Hanya tirai putih yang dari luar masih dapat melihat ke dalam.

"Kamu di dalam, El?" tanya Dygta.

"Sama gue! Pergi, lo nggak diterima di sini!"

"Lo yang pergi. Elsa, buka, El." Dygta mengetuk agak kasar.

"Gue telepon damkar, ya, lo ganggu penghuni kos sini."

"Elsa! Buka, El. Kamu janji mau bicara sekarang. Elsa." Dygta tak hentinya mengetuk.

"Woi, Sikat Jamban! Bener-bener lu, yee, perlu gue teleponin banget bang damkar biar diiket trus dilengserin dari lantai dua."

"Lo diam, In. Gue perlunya sama Elsa!"

"Ampas Teh Tubruk, urusin tuh cewek lu, neror gue mulu kerjaannya. Mintain nomor Elsaa terus. Sampe dia tahu tempat tinggal Elsa, elo yang gue kebiri, Penjahat Kelamin Sange!"

Sementara itu, Elsa telah merasa cukup kuat untuk berdiri. Elsa membersihkan diri tanpa mandi. Dia tidak memiliki cukup waktu ditambah pergerakannya menjadi lebih lambat akibat sakit kepala. Memilih mengenakan pakaian formal dan menyapukan bedak tabur ke wajahnya, Elsa lalu menggulung rambut membentuk sanggul kecil. Elsa kemudian mengambil jaket dalam lemari.

"Kamu mau ke mana, El?" teriak Inara menghentikan Elsa yang sedang memasang sepatu.

"Jam sebelas ada interview dengan pihak yang punya stand di pasar malam."

"Eh! Kamu sakit. Di luar masih ada Dygta, kamu diculik gimana?"

Elsa melihat ke balik jendela. Dygta yang tadinya berdebat dengan Inara telah diam. Namun, dia masih di depan jendela kos.

"Aku gak mau telat. Aku perlu pekerjaan, Inara."

"Pergi sama aku, kita naik taksi sambil ngobrol, ya."

Elsa mengangguk. Dia mengiringi Inara yang membuka pintu kos.

"Kamu nggak sehat, El?" tanya Dygta begitu Elsa dan Inara keluar.

Elsa sempat melihat penampilan Dygta yang sudah kembali normal. Rumput di wajahnya yang semalam lebat sudah dibabat. Tinggal rambut gondrong kesayangannya yang telah diikat rapi seperti biasa.

"Sehat. Maaf, ya, bisa minggir, Dygta?" tanya Elsa.

Dygta menghindar dari hadapan Elsa dan Inara.

"Lo ngikutin kami?" tebak Inara waktu menggandeng Elsa menunggu taksi online.

Dygta menunjuk matanya dengan dua jarinya, kemudian menunjuk Inara dengan cara yang sama.

"Dia kira aku bakalan ngebunuh kamu, El, karena aku habis marah besar sambil menunjukkan foto-foto kalian ke dia." Inara berbisik di telinga Elsa.

Namun, Elsa merasa pikiran Dygta tidak sepenuhnya salah.

"Dah ah, biarin dia jadi satpam. Guna, sih, biar copet pada lari. Sereman dia dibanding tukang begal." Inara memeluk lengan Elsa.

Elsa ingin tertawa akibat komentar jahat Inara. Apa kabarnya kalau semalam Inara melihat penampilan Dygta yang super seram?

❄️❄️❄️

Bersambung ...

Muba, 29 Juli 2024

Helooo! Sampai di sini duluu, ya, insya Allah besok malam Kisah Elsa, Kasev update lagiii. 🥰🥰🥰🥰🥰

Yang mau koment gimana-gimana habis baca cerita ini, boleh banget. 💅💅

Makasih udah baca sampai siniii. 👣👣👣

Sampai jumpa besok. Sehat selalu kalian semuaa. 😘😘😘




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro