Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

✏The End✏

Kamu pergi tanpa pesan
Tanpa mengatakan selamat jalan.....
Tanpa mengatakan kata terakhir...
Menyisakan diriku yang menangisi mu.

✒✒✒

Akhir dari cerita, kelabu senja.

Hari ini cerah sepanjang hari. Tidak ada awan hitam di langit, yang seharusnya membawa pertanda baik.

Michael masih bingung dengan Gisel yang tiba-tiba membawanya ke mobil, bahkan berulang kali Micha bertanya pada Gisel kemana ia akan membawanya pergi. Gisel hanya bungkam dan fokus membelah jalanan sore itu.

Michael masih lengkap memakai seragam putih abu-abunya ketika diruangan seni Gisel menarik dirinya untuk ikut bersamanya.

Mobil berhenti, disebuah tempat yang menurut Michael menyeramkan. Dan menyedihkan karena ia jadi teringat ayahnya.

Gisel berjalan meninggalkan mobil juga Michael yang masih bingung.

Beberapa detik ia sadar Gisel tidak lagi disampingnya Micha akhirnya keluar dari mobil.

Ia melihat Gisel berada diantara beberapa orang berpakaian hitam. Gisel menangis disamping sebuah makam baru yang banyak ditaburi bunga.

Dengan langkah yang dia paksakan Michael mendekati kerumunan tersebut.

Tubuhnya menegang tak kala membaca nama di nisan itu.

Rangga Wijaya.

Lututnya lemas dan tidak mampu menopang tubuhnya lagi, Michael terduduk di samping gundukan tanah segar itu.

"Apakah kamu sangat membenciku? Mengapa kamu meninggalkan aku?" Air mata perlahan jatuh membasahi pipinya.

"Tak apa kamu marah, dan tidak apa kamu mendiamkanku..., t-tapi jangan pergi dengan cara seperti ini.

Kamu boleh menghina keanehanku, aku lebih suka itu daripada ini."

Hatinya hancur bersama  air mata yang membasahi wajahnya. Persis sama ketika dirinya ditinggalkan oleh ayahnya, namun saat itu masih ada Rangga yang meringankan kesedihannya.

Masih ada hangat pelukannya, usapan lembut dipipinya saat menghapus air matanya.

Gisel melihat itu, melihat betapa terpukulnya Michael saat ini.
Gisel mendekati Micha.

"Ada satu hal yang perlu kamu ketahui Mika, dan mungkin ini juga penjelasan tentang Rangga untuk mu," Gisel menyentuh pundak Mikha.

"Rahasia kecil yang dia sembunyikan dari kamu," Gisel menghela nafas menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum kembali berujar.

"Rangga selama ini mengidap penyakit kanker otak."

Michael kembali dihantam fakta yang semakin menyesakkan dadanya.

"Itu sebabnya selama ini ia bertingkah aneh, itu alasannya mengapa ia menjauhi kamu. Dia ingin kamu bisa menjadi Michael yang dapat berdiri tegak.

Seperti kamu. Ia juga selama ini menanggung sakit hati ketika harus berpura-pura mendiamkanmu, berpura-pura marah pada orang yang teramat dia sayang.

Ia tidak ingin penyakitnya melemahkanmu nantinya, ia kamu tetap semangat melukis."

Michael tersenyum getir. Begitu banyak yang ia tak ketahui selama ini, begitu banyak kebohongan yang ia terima.

Michael mengusap lembut nisan itu. Michael terdiam menatap nama indah yang terukir disana.

Tiada isakan tangis Michael, masih hangat Michael rasakan bekas genggaman Rangga sebelumnya.

Rasa tak rela masih menggerogoti setiap sudut hatinya. Ia masih terus berharap ini hanyalah mimpi buruknya, dan menunggu seseorang akan membangunkannya dari mimpi itu.

Tapi tersadar akan kenyataan didepan mata. Michael tidak dapat mengelak lagi.

Kenyataan tidak harus dihindari melainkan diterima.

Dengan senyuman yang tulus dan wajah yang masih dibasahi air mata. Bersama mentari senja yang hendak terbenam di ufuk barat.

Gadis itu itu berujar.

"Terima kasih....,Terima kasih atas semua..., Aku sayang kamu Rangga."


«the end»

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro