Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pangeran Air

Happy Reading Guys!!!

Maaf jika ada typo karena gak sempat ngerevisi ^_^

Okedeh Cek it dot ehehee

______________________________

Kerajaan Air

Raja Dafnas bersiap-siap untuk pengangkatan sang bayinya sebagai Putra Mahkota.

Tadi ia sempat panik karena tak menemukan istrinya beserta bayinya, Tabib Yomi memberitahukan jika Permaisuri Delita sedang menyembunyikan bayinya takut ada penyusup yang masuk membahayakan bayinya. Awalnya Raja Dafnas percaya dan membiarkan saja, tapi beberapa jam kemudian ia menjadi kalang kabut karena istrinya tak kunjung kembali.

Namun, sebentar ini barusaja ia sudah dapat melihat wujud bayinya beserta istrinya.

"Kau bersembunyi dimana istriku Delita?"

"Di suatu tempat, Yang Mulia."

"Kenapa kau tidak memberitahuku jika ada penyusup?"

"Aku tidak menduganya Yang Mulia, aku pergi untuk menyelamatkan bayi kita," jawab Delita, dan diangguki oleh Raja Dafnas.

"Aku ingin menggendongnya," ucap Raja Dafnas yang sejak tadi hanya melihat bayinya di pangkuan istrinya.

"Silahkan Yang Mulia."

Permaisuri Delita memberikan bayi itu kepada suaminya. Dengan hati-hati Raja Dafnas mengambil alih ke pangkuannya.

Raja Dafnas sangat bahagia karena mendapatkan keturunan berjenis kelamin laki-laki. Bayi ini bisa menjadi penerusnya di masa depan.

Raja Dafnas mendekatkan mukanya ke dahi bayi itu, lalu menciumnya menyalurkan rasa kasih sayangnya, namun tiba-tiba Raja Dafnas menarik bibirnya dari dahi bayi tersebut, Delita menatap heran, lalu bertanya."Apa yang terjadi, Yang Mulia?"

Raja Dafnas tak menjawab ia langsung memberikan bayi itu kepada istrinya kembali, setelah itu Raja Dafnas mengusap-ngusap bibirnya yang terasa panas dan terbakar.

"Kenapa dahi bayi itu sangat panas sekali? Bibirku hampir saja melapuh dibuatnya," tanya Raja Dafnas heran.

Permaisuri Delita terkejut mendengarnya lalu ia meletakkan punggung tangannya ke dahi bayi itu.

"Aku tidak merasakan panas Yang Mulia, suhunya biasa saja," ucap Delita setelah mencobanya.

"Tidak mungkin, aku merasakan panasnya dahi bayi itu."

"Silahkan coba lagi Yang Mulia, dahinya terasa biasa saja," ucap Delita meletakkan punggung tangannya kembali, ia tak merasakan panas seperti yang dikatakan suaminya itu.

Penasaran, Raja Dafnas mencoba meletakkan punggung tangannya ke dahi bayi itu, tak sampai satu detik Raja Dafnas menarik kembali tangannya dengam cepat.

"Auwhh," ringis Raja Dafnas meniup niup tangannya yang terasa terbakar oleh api.

Permaisuri Delita akhirnya paham, sepertinya bayi itu bertolak belakang dengan air, dan bayi itu melakukan penyerangan. Jiwa kerajaan Van Vuur sudah melekat ke bayi itu yang sangat membenci kerajaan Van Water.

"Apa mungkin dia seperti itu karena belum aku bawa ke dasar laut?" tanya Raja Dafnas.

"Baiklah, sekarang juga aku akan meresmikan kau putraku," ucap Raja Dafnas mengambil alih bayi itu kembali.

Raja Dafnas akan membawa putranya ke bawah laut tempat peresmian dan pengangkatan Putra Mahkota. Tradisi ini selalu dilakukan keluarga Kerajaan Van Water turun temurun.

"Istriku Delita, aku pamit ke dasar laut membawa putra kita," izin Raja Dafnas.

Permaisuri Delita menatap ragu, bayi ini adalah bayi kerajaan Van Vuur, ia meragukan jika bayi itu bisa bernafas di dalam air.

"Mohon ampun Yang Mulia, apakah tidak bisa ditunda dahulu? Bayi ini baru saja lahir."

"Istriku Delita, bukannya memang seharusnya bayi baru lahir dibawa ke sana?" Raja Dafnas menatap heran, ada yang aneh dengan istrinya.

"Mohon ampun Yang Mulia, aku serahkan kepadamu," ucap Delita menyerah, ia takut jika Raja Dafnas mengetahui rahasianya.

"Baiklah, aku akan berangkat sekarang!"

Permaisuri Delita menundukkan badannya menghormati suaminya itu, ia hanya berdoa semoga bayi itu baik-baik saja di dasar laut.

Raja Dafnas menuruni anak  tangga yang bisa tembus ke dasar laut, dan sekarang ia sudah masuk ke dalam air. Raja Dafnas menggendong bayinya, putranya itu tampak terlelap dengan tenang.

Setelah turun sampai ke bawah, Raja Dafnas menuju sumbu untuk melakukan peresmian bayinya.

Sumbu itu berlambang VW yang artinya Van Water, dan di tengah-tengah huruf itu terdapat bundaran.

V ● W

Raja Dafnas menidurkan bayinya ke bundaran itu. Setiap anak Kerajaan Van Water yang baru lahir wajib diletakkan di sana untuk menguji kekuatannya. Jika ia memang berhak menjadi Putra atau Putri Mahkota maka lambang V dan W tadi akan mengeluarkan gelembung.

Semakin besar gelembung yang dihasilkan maka sebesar itulah kekuatan yang ada pada bayi itu.

Tak ada reaksi apa-apa. Raja Dafnas mengubah letak bayinya, mungkin saja ia salah letak.

Raja Dafnas memutar bayinya ke kanan, namun tetap tak bereaksi apa-apa, lalu ia mencoba memiringkan ke kiri, tetap sama saja.

Raja Dafnas dibuat bingung, biasanya jika bayi diletakkan di sana langsung bereaksi, tapi kenapa bayinya tidak bereaksi?

Lama memutar otak, akhirnya Raja Dafnas menegakkan bayi mungil itu supaya berdiri, kaki bayi itu menyentuh bundaran, tangis pangeran kecil itu pecah.

Raja Dafnas terkejut dan segera menarik bayinya dari bundaran itu. Raja Dafnas melongo bagaimana mungkin ini terjadi?

Lambang V dan W terbakar mengeluarkan cahaya yang begitu terang di dalam air. Bagaimana bisa lambang itu terbakar di dalam air?

"Putraku, apa yang telah kau lakukan?" tanya Raja Dafnas kebingungan.

Tak lama kemudian, Permaisuri datang dan mengambil alih bayi itu dari pangkuan suaminya.

"Delita, lihat! Apa yang telah diperbuat putra kita!" Raja Dafnas menunjuk lambang V dan W yang masih berapi.

Permaisuri sudah menduga ini akan terjadi, sekarang ia dapat merasakan panasnya badan bayi itu, bahkan tangannya tak mampu untuk menahannya.

"Yang Mulia, berikan setetes air ke dalam mulut putra kita sekarang!" suruh Permaisuri Delita.

"Untuk apa?"

"Lakukan saja!" suruh Delita lagi. Ia sudah diberi petunjuk oleh Empu Eyang.

Raja Dafnas menitikkan air dari ibu jarinya ke dalam mulut bayi itu yang masih menganga karena menangis.

Satu tetesan air itu mampu meredakan panasnya badan bayi laki-laki itu. Permaisuri Delita menghela nafas lega, perlahan badan bayi itu bersuhu normal.

Lalu, Permaisuri Delita melangkah mendekati lambang V dan W yang masih terbakar. Delita menidurkan bayi itu ke bundaran tadi.

Api yang tadi menyala membakar lambang V dan W langsung padam, membuat Raja Dafnas menganga tak percaya. Apa ia salah teknik tadi makanya terbakar? Batin Raja Dafnas bertanya-tanya.

Perlahan muncul gelembung gelembung dari lambang tersebut, dan gelembung yang keluar semakin lama semakin membesar.

Permaisuri Delita menatap takjub, bayi Kerajaan Van Vuur itu sangat hebat, mampu menghidupkan api di dalam air, suatu kekuatan besar.

"Wah gelembung putra kita besar sekali, istriku!" puji Raja Dafnas berdecak kagum.

"Iya Yang Mulia."

"Bayi ini aku beri nama Pangeran Dafta Van Water!"

"Aku setuju."

"Ayo kita ke istana sekarang!" ajak Raja Dafnas diangguki Permaisuri Delita.

***

Sesampainya di istana Raja Dafnas segera menuju ruangannya untuk mengganti pakaiannya yang basah. Putranya sudah dibawa oleh istrinya ke ruangan yang aman. Betapa terkejutnya ia melihat adanya Empu Eyang di ruangannya yang tengah berdiri di hadapannya sekarang.

"Yang Terhormat Empu Eyang!" salam Raja Dafnas membungkukkan bdannya.

"Selamat Dafnas, putramu aku angkat menjadi Putra Mahkota Lugland."

Raja Dafnas terpaku sekian detik mencerna ucapan Empu Eyang dengan cermat, ia tak menyangka putranya diangkat menjadi Putra Mahkota Lugland oleh Empu Eyang. Yang artinya adalah Putra Mahkota negara Air.

"Apakah Yang Terhormat Empu Eyang bersungguh sungguh?" tanya Raja Dafnas memastikan.

Empu Eyang memberikan sebuah kotak persegi empat berwarna emas kecoklatan kepada Raja Dafnas.

"Ini sebagai tanda jika bayimu sudah resmi menjadi Pangeran Air Lugland!" ujar Empu Eyang.

Raja Dafnas mengambil kotak itu dengan ragu, sebuah kotak yang terkunci dan bergembok tidak bisa dibuka.

"Biarkan Pangeran Air yang mencari kunci untuk membukak gembok itu," ucap Empu Eyang menjawab keheranan Raja Dafnas.

"Terima kasih Yang Terhormat Empu Eyang!"

***

"Ayahanda, apakah Pangeran Kerajaan Van Vuur itu bisa bertahan di sini?" tanya Delita kepada Empu Eyang.

"Tetesan air dari Raja Dafnas sudah menutup kekuatan asli Pangeran Air, jadi kau tak usah khawatir Putriku Delita."

"Apakah sekarang bayi ini resmi menjadi Pangeran Air seutuhnya, Ayahnda?"

"Benar Putriku Delita, anak itu akan mendapatkan kekuatan aslinya kembali pada saat dia berumur 17 tahun."

"Baiklah Ayahanda."

"Tugas kau, rawat bayi itu, besarkan seperti anak sendiri!"

"Hamba siap menjalankan perintah, Ayahanda!"

Permaisuri Delita mencium dahi pangeran kecil itu sangat lama. Ia berjanji akan menyayangi bayi itu seperti anak sendiri.

"Selamat datang putraku."

______________________________

Di sebuah tempat, jauh dari istana. Seseorang tengah tersenyum sinis, dengan perasaan penuh dendam. Matanya menatap tajam giginya menggertak.

"Berbahagialah sekarang, sampai tiba saatnya kalian menderita."

"Tuan, bayi itu merupakan seorang pangeran yang akan menjadi raja di masa depan, apakah kita mampu melenyapkannya?"

"Kau lihat saja, dia akan aku lenyapkan dengan tanganku sendiri."

"Bersiaplah, sebelum kita memulainya."

"Aku kembali Raja Dafnas!"

****

Haii Guyss!!!

Sampai di sini dulu yaaaah!!!!!

Makasih yang udah mau bacaa, maaf jika ada kesalahan atau kekurangan, karena ini cerita fantasi pertamaku, masih mencoba dan belajar hehe ^_^

Semoga kalian sukaa yaaa!!!!

Jangan lupa vote and commentnyaa🖤

Thanks

~Amalia Ulan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro