King of Sinner - KOS - 2 - Ground Testing
Jangan lupa vote, komen, share cerita ini, dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.
Thank you :)
🌟
Aku tidak dapat tidur sepanjang malam. Keheningan di ruanganku terlalu mencekam dan aku tidak lagi memiliki belati yang selalu berada di balik gaun. Para pelayan menemukannya ketika melucuti pakaianku untuk mempersiapkan pernikahan.
Setiap ada langkah yang terdengar di depan pintu ruanganku, aku langsung membuka mata lebar-lebar, seakan menunggu sesuatu datang. Atau seseorang. Tidak adanya belati yang selalu kubawa tidur dan selipkan di balik bantal membuatku tidak tenang.
Satu-satunya pencahayaan adalah dari sinar bulan di sela-sela tirai yang tidak tertutup. Aku sedikit berharap ada suara burung hantu atau apa pun, tetapi kamarku yang berada di atas dan menghadap langsung ke labirin dari tanaman, membuat sunyi saja yang menemani.
Dan sekarang aku kelelahan sendiri di pagi hari ketika pelayan pribadiku datang dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Kemarin dia memperkenalkan diri sebagai Helga dan dari tingkahnya yang kikuk dan sembrono, aku tahu dia baru bekerja di sini. Aku tidak tahu apakah itu lebih baik atau lebih buruk ketimbang memiliki pelayan yang sudah berpengalaman dan tiba-tiba saja menjadi mata-matamu.
Tidak ada yang dapat kau percayai 100% di dalam istana. Tidak juga dengan saudara kandungmu.
"Lady Sabina, air hangat untuk mandinya sudah siap," kata Helga. Matanya menatap lantai batu yang berwarna hitam pekat. Tubuhnya yang mungil membungkuk 45 derajat.
Aku mengesah. Aku merindukan pelayan pribadiku di Catalina. Dia tidak diizinkan ikut oleh Alaric dengan alasan yang tidak disebutkan. Tapi penjagaan ketat di gerbang untuk memasuki daerah kerajaan Alaric membuatku paham. Tidak sembarang orang dapat menjejakkan kaki di tempat ini. Alaric membangun benteng tinggi yang mengelilingi wilayahnya. Memastikan tidak ada mata yang dapat melihat jika tidak ingin ditebas.
Akhirnya aku dapat keluar dari baju pengantin yang sejak kemarin belum terlepas dari tubuhku. Setelah Alaric keluar, aku tidak berniat memanggil Helga dan memilih untuk merebahkan diri meskipun amat sangat tidak nyaman. Perjalanan ke Ginevre dari Catalina memerlukan satu hari penuh dengan kereta kuda. Aku sama sekali tidak dapat duduk tenang karena Alaric duduk berhadapan denganku. Dan begitu tiba, pria itu langsung menikahiku.
Helga sudah menyiapkan gaun berwarna lavender untuk kukenakan. Menggunakan itu berarti aku harus menggunakan korset yang sesak dan juga bagian roknya yang berat akan membuatku susah ketika harus bergerak cepat.
"Apa tidak ada kirtle saja?" Aku menyebutkan pakain seperti tunik tapi panjang hingga ke mata kaki. Tidak ada jahitan di pinggangnya sehingga dapat membuatku bernapas lega. Dan keuntungannya adalah talinya berada di depan sehingga aku dapat membukanya sendiri. "Aku mau kirtle, undertunic dan ikat pinggang. Oh, dan bawakan pattens yang nyaman untuk berjalan-jalan juga." Aku tidak menunggu untuk Helga berhenti dari keterkejutannya dengan mulut yang terbuka lebar.
Aku perlu berkeliling tempat ini untuk mengetahui beberapa hal dan gaun yang dibawakan Helga tadi sama sekali tidak membantu. Tujuanku pertama adalah istana ini. Alaric tidak memberikan perintah bahwa aku tidak bisa ke mana-mana dan aku akan menggunakan kesempatan itu sebelum ditarik dan dikurung di tempat ini.
Helga kembali dan membantuku mengenakan pakaianku. Kirtle berwarna ungu dan pattens atau sepatu yang sangat nyaman untuk berjalan. Terakhir aku mengenakan ikat pinggang dan siap pergi dari tempat ini jika saja Helga tidak menghentikanku.
"Lady Sabina," panggilnya ragu-ragu. Masih tidak berani menatapku. "Saya diperintahkan untuk mengikuti ke mana pun anda pergi."
"Bagus. Aku sudah memiliki mata-mata sekarang," kesahku yang membuat Helga membungkukkan dirinya lebih dalam. "Aku hanya akan berkeliling istana. Mungkin kau bisa menunjukkan padaku beberapa tempat. Misalnya perpustakaan atau taman. Atau ada tempat yang tidak boleh aku datangi?" Karena aku semakin berniat untuk mendatanginya jika tidak diizinkan.
Helga mengangguk. Tujuan pertama kami adalah perpustakaan besar dengan ratusan...tidak, tidak. Aku yakin ini berisi ribuan buku. Lemari besar yang tingginya menyentuh langit-langit berada di setiap sisi. Sofa berwarna merah sangat kontras di antara lemari yang berwarna cokelat tua dan dinding serta lantai berwarna hitam dari batu. Jendela besar yang ada di setiap sisi terbuka lebar sehingga udara segar dapat masuk bersamaan dengan sinar matahari yang hangat di pagi hari.
Aroma dari kertas yang menguning memenuhi ruangan ini dan membuatku merasa jauh lebih tenang. Seperti pulang.
Aku berkeliling untuk melihat-lihat koleksi, sementara Helga berdiri dekat pintu.
Banyak buku yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Buku-buku strategi dan berperang memenuhi hampir seluruh lemari dan aku bertanya-tanya apakah seluruh buku ini sudah dibaca oleh Alaric? Atau penasihat atau siapa pun di dalam istana ini.
Aku mengambil salah satu buku mengenai raja-raja Persia dan duduk di lantai, di bawah jendela besar dengan banyak sinar matahari. Lampu-lampu yang menggantung di langit-langit sama sekali tidak membantu untuk membaca.
Membaca adalah satu-satunya alatku belajar mengenai kerajaan dan strategi karena Godfrey tidak mengizinkan para putri untuk belajar hal selain membaca, menulis, etiket, dan bagaimana cara memuaskan pasangannya nanti. Koleksi di perpustakaan istana pun tidak bertambah banyak sehingga aku mulai kehabisan bacaan.
Aku larut dalam setiap kata. Membiarkan rangkaian silabel itu membuatku lupa akan sekitar dan bagaimana hidupku seperti terjun bebas dari tebing tinggi. Menikmati otakku membayangkan setiap hal di masa lalu hingga tidak menyadari sekitar dan baru berhenti ketika leherku kaku lantaran terlalu lama membungkuk.
Saat kepalaku terangkat, aku baru menyadari kalau aku tidak hanya berdua bersama Helga lagi.
Mata berwarna hitam dengan rambut yang kini diikat setengah di belakang kepalanya dan tunik berwarna hitam dengan benang emas di setiap sisinya, lalu surcoat yang juga berwarna hitam berdiri empat langkah dariku. Kedua tangannya berada di belakang tubuh. Hanya berdiri diam seperti sekarang saja aura mencekam menguar dari setiap pori-pori Alaric.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pria itu. "Dan pakaian apa yang kau kenakan?"
15/8/22
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro