
King of Sinner - KOS - 1 - Marriage
Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
"Aku tidak mengerti apa gunanya kau menikahiku. Kekuatan perang kami berada di bawahmu," kataku. Tidak gentar meskipun Alaric menatap tajam. Pasalnya seluruh hal ini terlalu absurd. Armada perang yang dimiliki Ginevra di wilayah utara merupa yang terbesar. Tidak ada yang tahu berapa banyak tepatnya jumlah senjata api, yang merupakan barang langka, yang mereka miliki atau pun seberapa banyak tentara mereka yang terlatih untuk menggunakannya.
Intinya, kekuatan bertempur mereka di atas rata-rata dan Alaric, sebagai raja yang suka berperang, tidak takut untuk mengucurkan darah dari para lawannya. Jika ia menginginkan suatu daerah untuk merebut garam yang seharga emas, maka ia akan melakukannya dengan jentikan jari.
Setiap raja lebih memilih menjadikan Ginevra sebagai aliansi alih-alih sebagai musuh. Mereka dengan senang hati memberikan putri untuk dijadikan istri kesekian atau bahkan gundik dari Alaric sebagai bentuk perjanjian mereka. Dan dari kabar burung yang kudengar, Alaric memiliki banyak gundik dan anaknya dapat membentuk kota sendiri. Bukannya ada yang tahu jelasnya berapa banyak gundik dan anak yang raja kejam itu miliki. Tapi itu menjadi kisah tersendiri setelah tangan besinya memerintah.
Kekehan pelan lolos dari bibir pria itu. "Aku tidak mengerti apa yang membuatmu berpikir dapat bertanya padaku. Kakakmu sendiri menyerahkanmu dengan senang hati. Kau mungkin beban bagi mereka sehingga rajamu sendiri tidak memberikan perlawanan." Tangannya menyugar rambut hitam gelap yang menjuntai di sisi wajah hingga seluruhnya tidak lagi menghalangi struktur wajah yang Alaric miliki.
Yang menarik perhatianku adalah bekas luka di atas alis kanan hingga ke bagian pipinya. Bekas lama yang membuatku teringat mengenai kisah Alaric sewaktu menjadi pangeran dan ikut berperang. Alaric adalah cerita seram yang sering didongengkan pengasuhku saat aku nakal dan enggan untuk tidur.
Dan aku tidak pernah membayangkan harus berada di sini. Di depan pria yang menyimpan pedang besar di ikat pinggang baju kerajaannya yang megah.
"Kau mengancam akan membumi hanguskan kerajaan kami!"
Aku tidak peduli. Aku akan menghadapi pria dengan julukan King of Sinner ini. Julukan yang disematkan karena kekejaman dari tentara yang Ginevra miliki. Kisah bagaimana mereka membakar rumah orang-orang bahkan hingga memperkosa para perempuan di sana membuat bulu kudukku meremang ngeri.
Kekehan itu berubah menjadi tawa mengerikan. Seluruh sendiku kehilangan kekuatan dan lututku lemas. Aku memaksakan diri untuk tetap berdiri tegap. Tidak peduli bagaimana mata berwarna hitam yang menatapku dengan tajam seakan siap menguliti itu membuatku takut.
"Kau dan rajamu hidup di dalam gelembung fantasi kalau semuanya akan baik-baik saja. Jika bukan aku yang menyerang kalian, maka kerajaan lain yang akan melakukannya," balasnya tenang. Dan setiap ketenangan yang menguar dari tubuh pria itu justru mengintimidasiku.
"Kami tidak seburuk itu. Kami memang belum sepenuhnya memiliki senjata api, tapi tentara kami cukup untuk berperang."
Senjata api sangat mahal dan dengan sumber daya kami yang lebih banyak dipusatkan untuk membantu orang-orang di tengah krisis pangan saat musim kemarau, otomatis peralatan perang kami tidak dapat dikembangkan secara besar-besaran. Lagi pula Godfrey hidup sesuai namanya, ia lebih menyukai kedamaian. Aku tahu itu tidak mungkin di tengah perang yang Alaric kobarkan seakan ia ingin memiliki seluruh kerajaan.
Aku, yang tidak pernah diizinkan untuk duduk di meja saat mereka membuat strategi, pun tahu kalau ini adalah angan-angan tak masuk akal dari Godfrey. Kedamaian di wilayah kami tidak mungkin dapat dilakukan jika tidak mengobarkan perang di wilayah lain. Di tengah musim kemarau yang berkepanjangan ini, seluruh kerajaan mencari daerah yang memiliki tanah gembur untuk bercocok tanam.
Ada harga untuk setiap kedamaian.
"Kami?" Alaric kembali tertawa. "Kau sudah lupa dengan fakta bahwa kau ditendang keluar dari sana karena mereka ingin menyelamatkan diri mereka sendiri? Kau bukan lagi bagian dari Catalina, Lady Sabina Genevieve. Kau sudah menjadi bagian dari Ginevra setelah kita melakukan pernikahan tadi."
Ini juga yang tidak aku mengerti. Kenapa Alaric menikahiku saat ia menjadikan putri dari kerajaan lain sebagai gundik untuk menghangatkan ranjangnya di malam hari atau melahirkan keturunannya yang mungkin kini menyaingi pasir di laut. Oh, aku tahu itu berlebihan, tapi setiap cerita mengenai Alaric selalu diberikan bumbu dan dibesar-besarkan.
Apa yang dirahasiakan oleh Alaric? Atau ini mengenai pertemuan dadakan yang Godfrey lakukan tiga bulan yang lalu? Apa ada sesuatu di kerajaan kami yang memang berada di pesisir pantai? Garam yang kami hasilkan tidak sebanyak kerajaan lain karena orang-orang lebih memilih menjadi nelayan atau petani untuk mengisi perut. Harga garam yang terlalu tinggi membuat tidak semua orang dapat membelinya dan itu berarti perut yang kosong. Belum lagi dengan risiko pencurian garam yang bukan lagi rahasia.
Mau sebanyak apa pun usaha Godfrey untuk memperkerjakan tentara menjadi petani garam, tetap saja tidak cukup.
Apa Godfrey menemukan sesuatu yang menjadi incaran Alaric? Kalau pun memang benar demikian, Alaric dapat dengan mudah merebutnya alih-alih membentuk aliansi dengan paksaan.
Alaric yang tiba-tiba saja berdiri dari ranjang dengan empat tiang dan tirai yang menjuntai membuat otakku berhenti bekerja dan kakiku otomatis melangkah mundur. Kilasan cerita-cerita buruk mengenai perilaku Alaric menjadi sangat jelas dan ketakutan masuk dari setiap pori-pori tulangku.
"Kau adalah hadiah dari aliansiku dan Godfrey. Ada baiknya kau bertingkah seperti hadiah. Duduk manis di dalam ruanganmu hingga waktunya tiba," kata Alaric lalu keluar dari pintu kamarku.
"Waktuku tiba?" ulangku sambil bertanya-tanya.
14/8/22
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro