Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 9

Akashi Seijuuro's P.O.V

Entah sudah berapa hari berlalu sejak hubunganku dengan (Name) berakhir. Atau sudah memasuki sebulan? Aku tidak ingat waktu pastinya, toh itu tidak penting.

Gadis itu benar-benar menjauhiku. Tiap kali ia berpapasan denganku, ia memalingkan wajah dan tidak menyapaku sedikitpun.

Tidak apa-apa, memang bukan urusanku.

Namun, meski aku bilang begitu. Rasanya ada yang aneh–terutama ketika aku melihat (Name) bersama Chihiro dengan raut wajah senang dan antusias. Senyumannya yang tadinya diarahkan padaku, kini berganti untuk Chihiro. Aku tidak peduli.

Hanya saja, rasanya seperti ada yang 'hilang'. Selama berbulan-bulan aku selalu bersamanya, jadi ketika ia tidak ada di sisiku, semuanya terasa berbeda.

Aku tidak cemburu. Dia bukanlah siapa-siapa. Dia hanya gadis bodoh yang mencintaiku.

Hahaha, maksudmu, gadis yang 'dulu' mencintaimu? Kau harus ingat, hubungan dengan (Name) sudah selesai. Dia sudah tidak mencintaimu.

Suara sialan ini ...?

Apa maksudmu suara sialan? Suaraku adalah suaramu juga, Akashi Seijuuro.

... Diam.

Kau dan aku itu berbeda, meski sama-sama menyandang nama Akashi Seijuuro. Aku adalah dirimu yang 'sempurna', dan kau tak lebih dari sampah yang kehilangan kesempurnaanmu, karena menyukai gadis itu! Tidak seharusnya kau menyukainya!

Memangnya kau siapa? Berani-beraninya melarangku.

Kau lupa, kalau pemilik asli tubuh ini adalah 'aku'? (Ore)

Tutup mulutmu, pecundang! Akulah pemiliknya yang asli! Hanya 'aku'! (Boku)

Fufu, terserah katamu saja. Kau hanya bisa menyangkal karena akulah Akashi Seijuuro yang sesungguhnya.

Diam kau, sialan! Kau itu–

Sshh, tenanglah. Ada seseorang yang menghampiri 'kita'. Aku akan 'pergi' dulu, Akashi Seijuuro. Sampai nanti.

Sesaat setelah kepribadianku itu berkata demikian, aku kembali menstabilkan emosiku. Aku menarik napas dalam-dalam, dan kemudian melirik ke suatu arah. Netra dwiwarna yang kumiliki mendapati sosok laki-laki berambut biru yang sangat kukenali.

"Tetsuya?"

Kuroko Tetsuya dari SMA Seirin. Mengapa dia ada di sini? Ini di Kyoto–dan lebih tepatnya di SMA Rakuzan. Untuk apa ia datang ke sini?

"Ada perlu apa? Aku tidak ingat kami memiliki jadwal pertandingan dengan SMA Seirin."

Aku beranjak dari kursi taman Rakuzan, menghampiri Tetsuya yang jauh-jauh datang ke sini. Senyuman tipis kupasang di wajahku, beramah-tamah pada salah satu mantan rekanku dari SMP Teikou.

"Memang tidak ada, Akashi-kun." Tetsuya menjawabku dengan nada datar, ekspresinya datarnya pun tetap ia pertahankan. "Aku ke sini hanya untuk mengantarkan buku adikku yang ketinggalan."

"Hee, adik?" tanyaku. Seingatku di Rakuzan tidak ada anak bermarga 'Kuroko' di sini. Aku penasaran siapakah adiknya itu. "Siapa nama adikmu? Aku baru tahu kau memiliki adik."

Tetsuya menatapku datar tanpa ekspresi. Ia membuka mulutnya untuk bersuara, "Adik kembarku. Kuroko (Name)."

Sontak kedua irisku melebar? Apa katanya? Kuroko (Name)? Tidak ada nama itu di SMA Rakuzan. Satu-satunya yang bernama (Name) adalah ...

... gadis itu! (Surname) (Name).

"Kenapa terkejut, Akashi-kun?" Tetsuya bertanya-tanya padaku, tatapannya sedikit menajam. Suaranya terdengar bergetar. Aku bertanya-tanya dalam hati, kenapa dia seperti itu. Ia kembali menyambung kalimatnya, "Kuroko (Name), atau lebih dikenal dengan nama (Surname) (Name). Kau tidak tahu?"

"... Ah, (Name)? Aku tahu," jawabku. Aku memang terkejut mengetahui fakta kalau (Name) adalah adik Tetsuya–tetapi, aku enggan membahas (Name) untuk saat ini.

Hahaha, itulah perbedaan nyata antara kau dan aku. Kau tidak mengetahui ini, Akashi Seijuuro.

Apa maksudmu?

Yah, kau lihat saja reaksi Kuroko setelah ini.

Saat sedang berargumen dengan diriku yang lain, tiba-tiba aku merasakan Tetsuya mencengkram kerah bajuku. Spontan aku menatapnya kembali, dan ia tampak menatapku dengan sangat emosi.

"Kau ... bukan Akashi-kun yang sesungguhnya, benar? Akashi-kun yang sesungguhnya mengetahui kalau (Name) adalah adikku!" Amarah terlihat jelas di bola mata Tetsuya. Aku memaksa lengannya untuk melepas cengkraman pada bajuku, tetapi, ia tak melepaskannya sedikitpun.

"Tetsuya. Lepas."

"Akashi-kun yang asli ... mengetahui identitas (Name), meski (Name) sendiri menyangka kalau tiada seorangpun yang tahu, termasuk kau! Akashi-kun yang asli adalah orang yang sangat peka, sampai-sampai ia bisa mengetahui kebenaran ini!"

Kau lihat? Itulah perbedaanku dengan kau. Kau memang memegang kendali atas tubuhku, dan kau muncul setelah perasaanku pada (Name) benar-benar bersemi.

Tetapi, kau hanya mengetahui kalau (Name) hanyalah gadis biasa dengan tubuh 'lemah', dan kau yang menuntut kesempurnaan ini melarangku untuk mencintainya.

Diam ... diam kau, sialan.

"Katakan padaku ... di mana Akashi Seijuuro yang asli?!"

Aku terdiam. Emosiku bercampur aduk. Ucapan dari Tetsuya, serta 'ejekan' yang dibuat oleh si brengsek yang ada dalam tubuhku ini ....

Brengsek.

"Tetsuya." Aku memasang tatapan tajam pada Tetsuya, entah ini akan mengintimidasinya atau tidak. Ia sedikit gentar kala aku bersuara, dan aku terus menatapnya dengan amarah. "Kau ... berani meninggikan nada bicaramu padaku?"

Begitu mendengar perkataanku barusan, Tetsuya segera melepas cengkraman tangannya di kerah bajuku dan mengambil jarak dariku. Aku ingin segera melayangkan tanganku untuk menghajarnya–ia benar-benar lancang. Terlalu cepat seribu tahun untuk meninggikan suara padaku, seorang 'Akashi Seijuuro'.

Namun, tiba-tiba kepalaku terasa sakit dan nyeri, seolah-olah ada yang menahan tubuhku untuk bergerak.

Ini ... pasti ulahmu kan? 'Akashi Seijuuro' brengsek.

Kendalimu atas tubuhku mulai melemah.

Berisik. Jangan bicara padaku.

Tetsuya sudah menyadarinya, dan setelah kejadian waktu itu, aku rasa (Name) juga sadar kalau 'aku' yang menyakitinya bukanlah aku.

Aku memegang kepalaku yang berdenyut. Tubuhku melemas. Napasku tidak sambil, rasanya sesak kala harus berhadapan dengan situasi ini–aku yang satunya berusaha memberontak. Aku terengah-engah.

"Akashi-kun ...?" Tetsuya memandangku heran, dan ia mulai mendekatiku. Kurasa ia ingin memastikan apa yang terjadi padaku. Ia mengulurkan tangan kanannya, yang langsung kutepis mentah-mentah. "Jangan sentuh aku!"

"Kuroko, pergilah. Jangan pedulikan aku." Aku mengucapkan kalimat ini dengan suaraku.

Eh?

Apa-apaan?! Aku tidak mengatakan apapun.

Aku pinjam kendali atas tubuhku sebentar, biarkan Kuroko pergi. Yah, meski sesungguhnya ini adalah tubuhku, dan kau hanyalah parasit.

Apa yang kau bilang, sialan? Hentikan perbuatanmu–jangan coba-coba mengambil alih tubuhku!

Kepalaku semakin berdenyut seiring waktu berjalan. Aku memegang kepalaku, napasku semakin sesak–aku tak menyangka pemberontakannya akan semenyakitkan ini.

"Akashi-kun ...? Kau Akashi-kun?" Tetsuya menatap 'aku' dengan ekspresi terkejutnya. Aku berusaha mengeluarkan suaraku. Namun, tubuhku–tidak bisa dikendalikan. Kalimat yang mau aku ucapkan tidak keluar, rasa sakit semakin terasa.

Akashi Seijuuro, kembalikan tubuhku!

Tsk, sabarlah. Toh, ini tubuhku. Aku juga tidak bisa lama-lama memegang kendali atas tubuh ini–karena eksistensimu lebih pekat di sini.

Akashi ... Seijuuro! Ugh–sakit. Sesak. Hen–hentikan!

Aku ambil kendali tubuhku. Kau duduk dan tunggu saja, sana.

Berhenti, Akashi Seijuuro!

Hahaha, hanya orang bodoh yang akan mendengarkan perkataanmu. Sudahi dulu perbincangan kita, aku ingin berbicara dengan Kuroko.

Kendali atas tubuh ini, sudah sepenuhnya kupegang. Aku berjalan mendekati Kuroko yang terlihat kebingungan.

"Benar, Kuroko. Ini aku." Aku mengeluarkan senyum tipis pada mantan rekanku itu. Ia masih menatapku heran, dan aku hanya tertawa kecil melihatnya. "Kuroko, pergilah. 'Aku' sedang kalap–kalau kendalinya kembali, mungkin dia bisa menyerangmu."

"Akashi-kun ...."

"Aku minta maaf tidak bisa berada di sisi (Name) ... sebab, diriku yang lain menghalangiku," kataku seraya memalingkan wajah ke arah lain. Kuroko menyimak perkataanku. "Tetapi, kau harus tahu, Kuroko. Kalau Akashi Seijuuro yang asli, akan selalu mencintai (Name). Baik sekarang, di masa depan, hingga selamanya."

"Aku tahu ... kau mencintai adikku. Sangat mengetahuinya, Akashi-kun."

"Tentu saja. Aku mencintai (Name) dengan segenap hatiku," kataku sambil menatap Kuroko dengan netra merahku. Senyuman getir aku ulas di wajahku, sebab kalimat yang kuucapkan bukanlah hiperbola belaka. "Meski tidak bisa kupungkiri, kalau 'aku' memang telah menyakitinya."

Sudah cukup! Kau hanya akan menjadi pecundang jika menaruh cinta pada gadis itu!

Apa urusannya? Cintaku padanya tidak akan membuatku menjadi pecundang, justru aku akan semakin kuat karena mencintai gadis yang teguh sepertinya.

Kau tahu apa?! Jangan mengatakan hal-hal bodoh, Akashi Seijuuro!

Justru kau yang tidak tahu apa-apa. Kau itu–

Sudah cukup main-mainnya. Kembalikan tubuhku!

Aku belum menyelesaikan argumenku dengan dia, tetapi kini kepalaku terasa sakit. Oh sial–cepat sekali dia mengambil kesadarannya. Aku harus segera pergi, atau si bodoh ini akan menyerang Kuroko.

"Ah, dia akan segera kembali. Sampaikan salamku pada (Name), ya, Kuroko."

Aku mulai melangkah untuk pergi sejauh-jauhnya dari tempat Kuroko. Rasa sakit di kepalaku kuhiraukan, Kuroko tidak boleh mengkhawatirkanku. Lalu aku pun mengangkat tangan kananku untuk menyentuh bahunya. Aku berjalan melewatinya dan membisikkan satu kalimat, "Sampai jumpa lagi, Kuroko."

Sebelum 'dia' kembali, aku meninggalkan Kuroko sendirian. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika 'dia' kembali dan melihat Kuroko lagi.

.

.

.

.

TBC

Haloo minggu ini Rashi update! Rencananya harusnya tamat di chapter berikutnya–tapi ternyata pergulatan batin (?) Akashi malah jadi sepanjang ini, cukup buat satu chapter sendiri HAHAHAHA

Jadi chapter berikutnya masih belum tamat yaaa heheee. Maaf :( Maaf juga chapter kali ini isinya–Akashi sama Kuroko doang gak ada (Name), soalnya Rashi pengen bener-bener menunjukkan sikap antara Oreshi dan Bokushi terhadap (Name) tuh bertolakbelakang

Chapter ini jujur agak susah ditulis, Rashi bingung transisi antara Oreshi sama Bokushi gimana. Dan ini cukup jadi beban tersendiri buat Rashi. Tapi ya–Rashi harap reader-tachi gak bingung bacanya :'D Kalau bingung, silakan tanya atau kasih kritik juga boleh banget hshshs tapi jangan galak-galak yaa

Chapter berikutnya akan Rashi up paling lambat dua minggu lagi! Tapi kemungkinan besar bakal lebih cepet–Rashi gak sabar nulis ending cerita ini soalnya heheee

Terima kasih sudah mampir ke book Rashi! Jangan lupa tinggalkan jejak yaa~

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro