Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11

Akashi P.O.V

Jika aku memikirkannya lagi, aku sadar diriku adalah seorang bajingan.

Selama ini, aku tidak menaruh perhatian sedikitpun padanya, aku memandang gadis itu dengan remeh dan menganggapnya sebagai gadis yang menyebalkan.

Namun, di penghujung hidupnya ... aku merasakan yang disebut-sebut sebagai 'penyesalan'.

Mengapa aku harus menjadi laki-laki brengsek?

Mengapa aku terlalu egois-aku tidak menginginkannya yang tidak sempurna?

Aku berlari secepat mungkin, jalanan kota Kyoto sangatlah ramai saat ini. Jika aku tetap memaksakan diri naik mobil pribadi atau naik taksi-akan perlu berjam-jam untuk sampai ke Rumah Sakit Kyoto. Jaraknya tidak begitu jauh lagi, aku bisa sampai di sana hanya dengan berlari. Setidaknya, aku takkan menemui kemacetan jika berlari.

Napasku tersengal-sengal, rasanya sesak-tapi, tentunya tidak sesesak perasaan (Name) yang terus-terusan disakiti olehku.

Aku ingin menangis, tetapi aku tidak boleh terlihat menyedihkan. Aku ingin menemuinya dalam keadaan seperti biasa, lalu meminta maaf padanya dengan tulus. Dibanding rasa sesak ini, aku lebih merasa kesal-kenapa aku sebodoh ini sampai sekarang? Sungguh aku adalah orang yang bodoh.

Hei, diriku yang lain. Apakah kau menganggapku konyol? Apa kau sedang menertawakanku dari sana?

Tidak, tidak sedikitpun.

Jika kau bertanya kenapa, kau tercipta karena aku. Kepribadianmu adalah kepribadianku juga. Kau tahu, 'kan?

Kau ada dari ego yang kupunya. Perasaanku yang berpikir 'aku hanya ingin bersama (Name) yang sempurna, bukan gadis yang sebentar lagi akan mati.' Namun, aku menyudutkan perasaan negatif itu di hatiku, sampai akhirnya terciptalah dirimu.

Kalau begitu, apakah kau membenciku? Sebab, akulah yang membuat hubungan kita dengan (Name) menjadi seperti ini. Aku menyakitinya berkali-kali-menyakiti gadis yang kau cintai.

Dibandingkan membencimu, aku lebih membenci 'aku' sendiri. Aku ini begitu munafik, berkata cinta, tetapi-nyatanya cintaku hanya sebatas itu saja. Waktu itu pun, aku tidak bisa menerimanya, bukan? Aku pernah menyangkal perasaanku padanya karena ia tidak sempurna.

Namun, setelah berdiam diri di sini, aku sadar bahwa dia lebih kuat dari yang kukira. Ia begitu 'sempurna' sebagaimana manusia biasa, ia dipenuhi tekad dan tetap kuat meski kau sakiti.

Meski begitu, aku tidak membencimu. Justru sebaliknya, mungkin aku berterima kasih-sebab, karena kehadiranmu aku tahu, bahwa aku tidak pantas berada di sisi (Name) yang teguh, kuat, dan pantang menyerah itu.

Pada akhirnya, kita adalah orang yang sama. Kita adalah seorang bajingan, Akashi Seijuuro.

Jika Mayuzumi menyebutmu bajingan, maka aku pun sama. Aku adalah bajingan, aku hanyalah sampah yang tak pantas untuk gadis itu.

Haha. Kau benar, kita adalah bajingan.

Namun, setidaknya-kita tidak boleh terus-terusan menjadi bajingan. Kita harus minta maaf padanya, dan ... menjelaskan banyak hal.

Kau sudah semakin manusiawi, Akashi Seijuuro.

Benar. Ayo, kita harus segera menemui (Name) dan menjelaskan semuanya.

***

Napasku tersengal-sengal karena berlari cukup jauh. Aku segera menanyakan ke pusat informasi di mana tempat (Name) berada. Kemudian, aku segera menghampiri tempat yang dimaksud, aku bisa melihat Tetsuya berdiam diri di depan pintu. Aku hendak menyapa, "Tetsu-"

"Untuk apa kau datang ke sini?"

Kedatanganku tidak disambut dengan baik oleh Tetsuya-wajar saja, aku memainkan perasaan adiknya. Kakak macam apa yang tak marah jika adiknya diperlakukan seperti itu? Ia menatapku selayaknya menatap makhluk yang hina-tapi tak apa, aku memang pantas diperlakukan seperti itu.

"Aku ingin bertemu dengan (Name), Tetsuya."

Netra biru milik Tetsuya beradu pandang dengan netra dwiwarna milikku. Ia memandangku dengan tajam, ekspresi benci terlihat jelas terpampang di wajahnya itu.

"Untuk apa? Kau mau menyakiti (Name) lagi? Dia sudah tak sadar sekarang, dia koma." Tetsuya berkata dengan nada dingin, baru kali ini aku melihatnya semarah itu. Ia kembali berkata, "Jika itu Akashi-kun, aku masih akan membiarkannya masuk."

"Tapi, tidak untukmu yang sudah menyakiti adikku. Pergilah."

Rasa sakit kembali terasa di hatiku. Baru kusadari aku terlalu banyak berbuat hal buruk, semua orang memandangku dengan tatapan negatif-mereka membenciku. Mulai dari Chihiro, Tetsuya ... dan aku yakin (Name) juga.

Bagaimanapun juga, kau sudah menyakiti adiknya. Tentu ia marah. Meski begitu ... seharusnya ia juga marah padaku, karena aku pun sama bajingannya.

Jangan terlalu memikirkan yang nanti-nanti. Kurasa (Name) ... akan memaafkan kita.

Aku mengerti.

Aku memandangi Tetsuya sekali lagi. Aku mengingat-ingat semua perlakuan burukku pada dua bersaudara itu. Kemudian aku membawa diriku untuk berlutut di hadapannya. Aku membuang harga diriku-tapi tak masalah. Lalu aku berkata dengan nada lirih, "Maafkan aku ... Tetsuya."

"Aku sudah berbuat bodoh. Aku menyesali segala perbuatanku."

Tak ada reaksi dari Tetsuya, selain ia yang menatapku dengan keterkejutan yang terpampang jelas di wajahnya.

Aku masih merasa ini belum cukup.

Aku meletakkan kedua telapak tanganku di tanah, kemudian menundukkan kepalaku sampai menyentuh tanah. Aku tidak merasa malu-sebab ... aku harus melakukan ini. Bahkan bersujud di hadapan Tetsuya saja masih belum cukup untuk menebus kesalahanku padanya dan (Name).

"Kumohon, Tetsuya ... izinkan aku bertemu dengan (Name). Setidaknya ... izinkan aku yang bajingan ini untuk meminta maaf padanya."

***

Aku dipersilakan masuk ke dalam ruangan (Name) oleh Tetsuya. Oh, gadis itu terlihat sangat tak berdaya, detak jantungnya sudah lemah. Jantungku berdebar-debar tak keruan-rasanya sungguh menyakitkan melihatnya seperti ini.

Aku ... tak bisa melihat senyumnya yang cerah.

Langkahku kuarahkan menuju ke sisinya, kemudian aku duduk di kursi yang tersedia. Aku menyentuh tangan mungilnya, menggenggamnya erat. "(Name) ...."

Ia bergeming di tempatnya, ia terlihat lemah dan tak berdaya. Melihatnya yang seperti ini, lagi-lagi rasa penyesalan menghantuiku. Aku benar-benar merasa berdosa ... bisa-bisanya aku bertingkah layaknya bajingan untuk gadis sebaik ini.

"Kau tahu, (Name)? Aku tidak menyukai Satsuki. Aku baru menyadari, menjadikannya sebagai kekasihku-ternyata hanya pelarian semata."

Aku bercerita padanya. Meski-aku ragu dia bisa mendengarnya atau tidak. Namun, tak apa-apa. Aku hanya ingin berkata jujur tentang isi hatiku padamu, (Name).

Kau sudah melakukan yang terbaik, Akashi Seijuuro. Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri.

Haha, bisa-bisanya aku dihibur oleh diriku sendiri. Tapi-aku menghargai itu, terima kasih, diriku yang lain.

"Aku membohongimu, juga membohongi diriku sendiri. Waktu itu, aku berbohong dengan berpura-pura mencintaimu-dan nyatanya, aku yang berbohong pada diriku sendiri. Aku membohongi perasaanku, memaksakan keegoisan bahwa aku tak ingin mencintaimu dan menjadikan Chihiro sebagai alasanku mencintaimu-untuk memenuhi kesepakatan kami."

Rasanya begitu berat untuk melepasmu, (Name). Aku menguatkan genggaman tanganmu. Aku sungguh-sungguh menyesali perbuatan bodohku ini. Apakah aku boleh berharap supaya kau membuka matamu dan memanggil namaku sekali lagi?

"Kau harus tahu ... aku tidak pernah membencimu. Maafkan aku yang bodoh ini, aku terlambat menyadarinya."

Eh? Kau meneteskan air mata-apakah kau masih bisa mendengarku? Padahal, nyawamu sudah hampir sampai di batasnya. Aku bisa melihat detak jantungmu pada layar itu semakin melemah.

"(Name) .... Kau mendengarkan, ya? Terima kasih masih bersedia mendengarkanku."

Suasananya menjadi agak hening, aku bingung harus mengutarakan apa lagi. Rasanya semua yang ingin kuucapkan tertahan di tenggorokanku, lidahku kelu. Apapun yang kuucapkan padamu sudah terlambat. Mataku terasa panas, air mata mulai turun mengaliri pipiku.

"Aku mau mengucapkan ini padamu ...."

Aku melirik layar itu-semakin lama detak jantungmu semakin lemah, (Name). Apakah kau tidak bisa bertahan? Kau sudah berjuang selama ini ... aku benar-benar kagum padamu. Aku masih mengharapkan ... kau akan membuka mata dan sembuh kembali.

Kudengar dari Tetsuya, dokter sudah menyerah padamu, dan jika memaksakan operasi atau apapun itu, kau hanya akan merasakan sakit lagi.

Rasanya bagaikan mimpi.

Jika ini hanyalah mimpi, aku berharap ketika terbangun nanti-aku akan kembali ke saat-saat di mana aku masih bersamamu.

Kemudian, aku akan memperlakukanmu sebagaimana mestinya, aku akan mencintaimu dengan segenap hati. Ah, bahkan-aku takkan muncul di hadapanmu dan membiarkan diriku yang lain mencintaimu dengan baik.

Aku menarik napas dalam-dalam sebelum mengucapkan kalimat terakhirku. Mataku kupejamkam, bersamaan dengan namamu kuucapkan, "(Name) ..."

Layar detak jantung menunjukkan tanda-tanda kehidupanmu akan segera berakhir. Air mataku semakin mengalir. Aku sungguh tak percaya ini adalah akhirnya.

"... aku mencintaimu."

Garis tanda kehidupan sudah menjadi garis yang lurus. Aku tak bisa berhenti menangis, aku benar-benar bodoh selama ini. Aku menangis dalam diam menghadapi kepergianmu. Apakah perasaanku yang sesungguhnya sudah sampai padamu? Aku tak tahu ... semoga kamu masih bisa mendengarnya saat itu, (Name).

Gadis yang kucintai ... kini sudah tiada.

Kini yang tersisa hanyalah kita yang kehilangan gadis yang kita cintai, benar bukan ... Akashi Seijuuro?

.

.

.

.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro