Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1

Sama seperti biasanya, hari ini, kau pun menungguku pulang sekolah, Akashi-kun. Kulihat kau sedang menyilangkan tanganmu dan bersandar di pintu gerbang sekolah kita. Sambil berjalan dengan agak cepat, aku pun menghampirimu.

"Akashi-kun."

Kau pun menoleh ke arahku, dan menatapku datar seperti biasanya. "Hm? Kenapa?"

"Tidak kok. Maaf kalau aku membuatmu menunggu lama," kataku sambil tersenyum canggung.

Kau menghela napas pelan, "Tidak apa, (Name)." Kemudian kau menghampiriku dan segera menarik tanganku, "Ayo kita pulang. Aku akan mengantarmu."

Percakapan yang sama selalu terulang setiap kali kita pulang. Tapi entah kenapa aku tak pernah bosan, walau hari-hariku terkesan klise dan datar.

Tak jarang pula aku berpikir kalau hubunganku denganmu tak layak disebut sebagai sepasang kekasih, mengingat kau jarang memperhatikanku.

Oh, ayolah. Aku tahu kau sibuk, Akashi-kun. Tapi, apa kau sama sekali tak punya waktu bersamaku di luar jam sekolah?

"Ada apa, (Name)? Kenapa kau melamun?" Perkataanmu membuatku sedikit terkejut.

Lagi-lagi, aku hanya menjawab pertanyaannya dengan canggung. "Aku tidak apa-apa kok. Tenang saja."

"Jangan berbohong, (Name)." Kau berkata dengan nada agak meninggi, "Aku tahu kau sedang berbohong."

Ahh...sepertinya ini adalah nasib memiliki kekasih sepertinya. Aku sama sekali tak bisa berbohong dan membantah semua perkataannya.

"Aku hanya ingin bertanya satu hal padamu." Aku menjeda sebentar perkataanku. "Tapi, berjanjilah kau takkan marah ya, Akashi-kun."

"Hmh, iya."

"Se-sebenarnya...apa kau benar-benar menyukaiku, Akashi-kun?" Dengan agak takut, aku menanyakan itu.

Kembali menghela napas, kau langsung menggandeng tanganku tiba-tiba. "Apa aku perlu mengulangnya? Aku menyukaimu, (Name). Aku tak berbohong."

Aku tersenyum mendengarnya. "Iya, aku percaya padamu, Akashi-kun."

"Baguslah," katamu singkat. "Kalau begitu, ayo jalan." Dan kau langsung melepas tanganku yang tadi berada dalam genggamanmu.

Sudah ketiga kalinya aku bertanya tentang ini, namun jawabanmu selalu sama. Tak pernah berubah sedikit pun.

Untungnya...aku percaya padamu. Kau pasti benar-benar menyukaiku kan, Akashi-kun. Aku percaya. Kau pasti takkan berbohong kan?

Kau rela pulang jalan kaki menemaniku, padahal kau bisa langsung pulang dengan mobil mewahmu.

Kau rela menemaniku makan siang, bahkan kau tak makan bersama dengan senior-seniormu di klub basket.

Kau juga mau mengajariku pelajaran yang tak kukuasai di saat jam kosong.

Bukankah itu merupakan sebuah pencapaian yang baik? Itu berarti Akashi-kun tulus menyukaiku kan?

Iya kan?

Aku percaya itu.

Sepertinya...

.

.

Jujur saja, aku memang agak ragu.

.

.

"Sudah sampai di rumah, (Name)."

"Terimakasih sudah mau mengantarku, Akashi-kun." Aku tersenyum padanya. "Kau mau mampir dulu?"

Kau menggeleng pelan. "Maaf, aku sibuk."

"Begitu ya?" kataku dengan nada kecewa, berharap kau menyadari kekecewaanku dan langsung berubah pikiran.

"Maaf, (Name). Mungkin lain kali."

Nyatanya, kau sama sekali tak menyadarinya. Walau aku sudah biasa diabaikan seperti ini, entah kenapa kali ini rasanya sangat sakit.

"Aku pergi dulu. Sampai jumpa besok." Dan kau langsung pergi meninggalkanku, tanpa basa-basi sedikit pun. Kejam memang, tapi aku tak bisa protes.

Aku harus menerima semua itu, jika masih ingin bersamanya.

Tentunya, aku ingin tetap bersamanya. Setidaknya, aku bisa berada di sisinya bukan? Itu saja sudah cukup.

.

.

Ya, aku memang egois. Tapi, aku tulus menyukainya.

.

.

"(Name)-chan." Suara mistis menyapa indera pendengaranku.

Aku menoleh ke sumber suara, dan langsung terkejut ketika melihat kakak kembarku ini muncul tiba-tiba. "Tetsu-nii, kau mengejutkanku."

"Maaf karena membuatmu terkejut, (Name)-chan."

Aku ini adalah adik dari Kuroko Tetsuya. Kami kembar, walau aku dan dia tak sepenuhnya mirip. Warna rambutku tidak biru muda seperti Tetsu-nii. Rambutku berwarna coklat kemerahan, turunan ayahku. Satu-satunya yang mirip dari kami adalah warna mata kami yang sama-sama biru.

Berkat ini, tak ada yang tahu kalau aku dan Tetsu-nii kembar.

Bahkan, Akashi-kun juga tidak tahu.

Aku sengaja menyembunyikannya karena satu alasan.

"(Name)-chan?"

Aku tersadar dari lamunan karena suara Tetsu-nii barusan. "Ah, maaf. Kenapa, Tetsu-nii?"

"Apa kau masih sering pulang bersama dengan Akashi-kun?"

Aku terdiam. Tetsu-nii selalu saja bertanya seperti itu. Pasti. Setiap dua minggu sekali dia pergi ke sini, dan hal pertama yang ditanyakan pasti hal yang sama.

"(Name)-chan, aku tahu kau suka pada Akashi-kun. Tapi, kalau begini terus apa kau senang?"

"Kau memang memiliki gelar sebagai kekasihnya, tapi, apa dia memperlakukanmu sebagai kekasih? Coba kau pikir lagi, (Name)-chan."

Ah sial. Kenapa Tetsu-nii jadi menceramahiku? Oh, ayolah, Tetsu-nii. Tidakkah kau tahu kalau adik perempuanmu ini sedang malas membicarakannya?

"Tetsu-nii, tadi kau kapan sampai?" tanyaku, berusaha mengalihkan pembicaraan.

Aku melirik Tetsu-nii, dia menghela napas. Sepertinya, dia tahu kalau aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Aku tadi baru saja sampai, (Name)-chan." Tetsu-nii menjeda sebentar perkataannya. "Tolong jangan mengalihkan pembicaraan."

Pura-pura tak mendengarnya, aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. "Oh ya, Tetsu-nii. Bagaimana kabar tim basket Seirin?"

Lagi-lagi Tetsu-nii menghela napas. Jika dia memiliki sifat seperti Kagami-kun atau Aomine-kun, aku jamin dia akan marah karena aku terus mengalihkan pembicaraan.

Aku bersyukur karena sifat Tetsu-nii tidak seperti mereka.

"Tim basket Seirin baik-baik saja, (Name). Namun, karena akhirnya kau memutuskan pindah ke Rakuzan, anggota yang lain kecewa, terutama kantoku."

"Riko-senpai...dia tak berubah ya." Aku tertawa kecil.

Ahh...aku jadi ingat waktu aku masih sekolah di Seirin, banyak kejadian-kejadian di sana. Tapi, demi mengejar Akashi-kun, seminggu setelah masuk Seirin, aku memilih pindah ke Rakuzan agar bisa selalu melihatnya.

"Begitulah, (Name)-chan."

Sepertinya Tetsu-nii menyerah untuk 'memaksa'-ku menjawab pertanyaannya tadi.

"Kalau begitu, aku akan pergi ke kamarku ya, Tetsu-nii. Sampai nanti~"

"Hm, baiklah. Sampai nanti."

.

.

.

.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro