Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Season 2 Part 9

Sasuke memicingkan matanya seraya menatap tebing-tebing yang mengelilingi kota. Cahaya matahari yang terik dan menyilaukan ditambah dengan temperatur yang panas di siang hari serta udara yang kering membuatnya merasa lebih cepat lelah dibandingkan biasanya.

Kerajaan Suna terletak di daerah yang memiliki tanah tandus. Bahkan terdapat gurun-gurun pasir di beberapa bagian. Kondisi ekonomi rakyat di kerajaan Suna sepertinya tidak terlalu bagus, terlihat dari pakaian dan kondisi kota. Cukup banyak rumah penduduk terbuat dari kayu dengan atap jerami yang dibuat dengan sederhana dan tampak tidak terlalu kokoh. Bahkan beberapa anak-anak terlihat sangat kurus.

Sejak tadi Sasuke terus menerus menatap sekeliling, memastikan jika tak ada orang yang mengawasi mereka. Ia merasa perlu ekstra berhati-hati setiap melewati daerah miskin.

Naruto meringis ketika ia melewati jalanan yang dibangun dengan baik, namun para penduduknya hidup dalam kemiskinan. Sudah tak terhitung berapa kali Naruto berpapasan dengan orang berpakaian lusuh atau anak-anak bertubuh sangat kurus hingga menyisakan kulit dan tulang.

"Kota macam apa ini?" bisik Naruto dengan suara pelan.

Sasuke mengendikkan bahunya. Ia benar-benar tak habis pikir, harga emas sangat tinggi di kerajaan lain. Seharusnya kerajaan Suna yang memiliki wilayah penghasil emas akan menjadi kerajaan yang makmur. Namun anehnya rata-rata penduduk yang ditemui Sasuke tampaknya hidup dibawah garis kemiskinan

Yang lebih mengherankan, tampaknya mayoritas penduduk di kota ini adalah anak-anak yang belum melalui masa puber, orang tua dan wanita. Satu-satunya pria dewasa yang ditemui Naruto dan Sasuke di kota ini adalah para prajurit.

Iris onyx Sasuke terbelalak ketika ia mendapati seorang wanita berambut acak-acakan dengan pakaian lusuh berlari menghampirinya dengan membawa sebongkah batu yang dipeluknya bagaikan memeluk bayi.

Sasuke meletakkan tangannya di pegangan pedangnya, bersiap menyerang wanita itu. Namun wanita itu langsung menjerit, "Suamiku! Aku merindukanmu."

"T-teme?" Naruto mengernyitkan dahi dan menatap Sasuke dan wanita itu dengan tatapan bergantian. Mustahil jika Sasuke adalah suami wanita itu.

"A-"

Sasuke membelalakan mata saat wanita itu tiba-tiba memeluknya dengan erat hingga ia hampir terjungkal dan menangis tersedu-sedu di dadanya.

"Aku bukan suamimu," ujar Sasuke pada wanita itu. Bulu kuduknya merinding, ia merasa risih dengan wanita itu.

Namun wanita itu seolah tidak mendengarkan ucapan Sasuke dan kini mulai meracau tidak jelas.

Wanita itu tiba-tiba berlutut dihadapan Sasuke sambil menangis dan menyentuh kaki Sasuke, "Suamiku, maafkan aku. Ketika kau pergi, para tentara bajingan itu mencabuliku. Kumohon, jangan tinggalkan aku lagi."

Sasuke kembali berpandangan dengan Naruto. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan wanita yang sepertinya kurang waras ini. Namun sepertinya wanita itu kehilangan suaminya dan menjadi korban pemerkosaan hingga menjadi gila.

Seorang petugas yang kebetulan berpatroli di wilayah tempat Sasuke berada kebetulan melintas dan berhenti sejenak dan memperhatikan Sasuke. Ketika menyadari wanita itu kurang waras dan Sasuke tampak terganggu, petugas itu tanpa ragu menghampiri wanita itu dan langsung menusukkan pedang ke punggung wanita itu hingga menembus tubuhnya dan wanita itu menjerit kesakitan.

Kejadian itu terjadi begitu cepat dan Sasuke serta Naruto hanya tercengang. Petugas itu mengumpat kesal, "Sial. Kurasa daerah ini benar-benar terkutuk hingga terdapat begitu banyak sampah masyarakat."

"Apa yang kau lakukan?!" ucap Naruto dengan suara meninggi. Ia masih tak habis pikir bagaimana bisa seseorang membunuh orang lain dengan begitu mudahnya.

Naruto tampak marah, namun Sasuke segera mencengkram tangan Naruto erat-erat. Matanya menatap kearah wanita kurang waras itu yang berusaha menarik pedang sambil menjerit dan menangis kesakitan, namun petugas itu segera menarik pedang yang tertusuk di tubuh wanita itu hingga darah bermuncratan keluar dan mengalir deras. Wanita itu tersungkur di lantai tanpa bergerak.

"Maaf atas ketidaknyamanan andai," sahut petugas itu. Petugas itu menyerahkan amplop dan berkata dengan suara pelan, "Terimalah ini sebagai kompensasi. Jangan katakan ini pada siapapun."

Sasuke benar-benar terkejut. Ia tak sempat mengucapkan terima kasih ketika petugas itu segera kembali ke kudanya dan meninggalkan Sasuke dan Naruto.

Naruto menatap nanar kearah petugas yang kini telah pergi. Ia masih tak habis pikir, apakah orang itu benar-benar petugas sungguhan? Mana mungkin ada petugas yang membunuh warga sipil meski warga tersebut kurang waras sekalipun? Jangan-jangan petugas itu juga sebetulnya tidak waras, bahkan jauh lebih parah dari wanita gila ini.

Sasuke menatap wanita yang masih tak bergerak dengan tubuh bersimbah darah itu. Sasuke sangat ingin mengecek keadaan wanita itu, namun ia merasa takut jika darah wanita itu meninggalkan jejak pada sandalnya dan ia malah dikira sebagai pembunuh wanita itu. Ia tak ingin membuat masalah di kerajaan lain.

Sasuke menatap sekeliling, ia menyadari beberapa penduduk yang sebelumnya berpura-pura sibuk melakukan sesuatu kini memberanikan diri menatap kearah wanita yang tersungkur dengan tubuh bersimbah darah tu dengan tatapan takut.

Seorang gadis berumur sekitar sepuluh tahun berjalan kearah wanita yang tersungkur di tanah dengan darah yang menggenang disekitarnya itu. Gadis itu berhenti melangkah ketika berjarak cukup jauh dan menjatuhkan lututnya ke tanah sambil meneteskan air mata.

"Mungkin... kita berada di pihak yang benar," gumam Sasuke dengan suara yang sangat pelan.

Tubuh Sasuke seolah bergerak sendiri ketika ia menghampiri gadis yang kini menangis sambil menggumamkan kata 'okaa-san' dan 'maafkan aku' berulang kali.

Sasuke tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia menatap amplop di tangannya yang tampaknya berisi uang itu. Dibandingkan dirinya, gadis itu jelas lebih membutuhkan uang kompensasi.

"Untukmu."

Gadis bertubuh kurus itu menatap amplop yang diberikan Sasuke. Ia menatap segel surat yang terbuat dari wax dengan stempel lambang kerajaan itu dan segera berkata dengan suara parau dan terbata-bata, "B-bukankah... itu uang k-kompensasi yang anda terima?"

Sasuke terkejut. Bagaimana bisa gadis kecil itu mengetahui perihal uang kompensasi itu ketika tak ada apapun yang tertulis di amplop itu?

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku pernah menerimanya," jawab gadis itu dengan suara yang parau dan tak lagi terbata-bata.

Sasuke mengepalkan tangan. Ia mampu menarik kesimpulan jika apa yang disaksikannya hari ini bukanlah hal yang tak lazim di kota ini. Jangan-jangan petugas yang ditemui Sasuke tadi hanya menjalankan perintah yang diberikan kerajaan padanya. Jika tidak, bagaimana bisa petugas itu membunuh orang seenaknya di tengah jalan dan menggunakan lambang kerajaan pada segel surat?

"Ambil ini," ucap Sasuke dengan setengah memaksa. Ia menyerahkan amplop itu menepuk-nepuk puncak kepala gadis itu serta mengelusnya sebagai bentuk empati. Ia pernah memiliki pengalaman yang serupa dengan gadis itu dan ia sadar jika kalimat penghiburan apapun tak akan bisa membangkitkan kembali orang yang telah kehilangan nyawanya.

Emosi benar-benar mengambil alih logika Sasuke sepenuhnya ketika ia berlutut di lantai dan memeluk gadis itu dengan erat serta membiarkan gadis kecil itu menangis di pelukannya tanpa mempedulikan orang-orang yang menatapnya dengan heran.


.

.


Sasuke memutuskan untuk menemui Yashamaru keesokan siang setelah terlebih dahulu menginap di salah satu penginapan terbaik di kota yang jauh lebih baik daripada dugaana Sasuke.

Sasuke tak memiliki pilihan untuk segera memberitahukan Yashamaru jika ia sudah tiba. Sesuke yakin jika keberadaannya akan menarik perhatian setelah apa yang dilakukannya pada gadis kecil itu.

Kemarin Sasuke memutuskan untuk menemani gadis kecil itu dan pergi makan bersama serta mengantar gadis itu pulang. Naruto banyak bertanya pada gadis itu dan ia mengetahui dari gadis kecil itu jika ayahnya beserta laki-laki lainnya pergi ke ibu kota untuk direkrut sebagai tentara secara paksa. Dan ketika tentara yang ditugaskan menjaga perbatasan tiba di kota, mereka mulai memilih wanita berparas cantik untuk dijadikan budak seks. Ibu gadis kecil itu merupakan salah satu yang terpilih dan diperkosa secara bergilir hingga akhirnya depresi dan memiliki gangguan mental. Tak ada yang bisa dilakukan gadis itu selain merawat ibunya sendirian dan berusaha mencari uang dengan bekerja sebagai tukang bersih-bersih di tempat tinggal para petugas yang berjaga di kota.

Jika memungkinkan, Sasuke berniat membawa gadis kecil itu ke salah satu panti asuhan yang cukup rutin dikunjunginya. Jika gadis kecil itu dibiarkan sendirian, mungkin saja ia akan bernasib sama dengan sang ibu. Karena itulah Sasuke berharap agar dirinya maupun gadis kecil itu akan tetap bertahan hidup hingga kudeta berakhir.

"Bagaimana perjalanan kalian? Tak kuduga kalian tiba lebih cepat dari waktu yang kutentukan," Yashamaru membuka percakapan seraya mempersilahkan Naruto dan Sasuke duduk.

"Baik-baik saja,"

"Kalian sudah melihat-lihat kota ini? Bagaimana pendapat kalian?"

Sasuke menyadari jika pertanyaan Yashamaru tak seharusnya dijawab secara eksplisit. Ia harus mengorek informasi dari Yashamaru tanpa disadari oleh lelaki itu sendiri, namun Naruto begitu gegabah akibat emosi, membuat Sasuke langsung menepuk lengan Naruto sebagai kode untuk diam setelahnya.

"Mengerikan," sahut Naruto.

Yashamaru menyeringai tipis. Reaksi Ruki sungguh diluar dugaan. Ia memang menyadari jika lelaki itu jauh lebih polos dan gegabah dibandingkan Taiko yang sangat berhati-hati dan mengingatkannya akan Itachi yang ditemuinya beberapa hari sebelumnya. Namun ia tak menduga jika Ruki akan sepolos ini.

"Apa yang membuatmu berpendapat begitu, Ruki?"

Naruto menoleh kearah Sasuke, namun Sasuke tak mengucapkan apapun. Ia tahu jika ia baru saja bertindak gegabah setelah Sasuke menepuk lengannya, karena itulah ia berharap agar Sasuke saja yang menjawabnya.

"Aku tak menemukan satupun lelaki dewasa selain petugas. Dan rata-rata penduduk yang kutemui terlihat sangat kurus."

Yashamaru menatap kearah Sasuke yang meliriknya sejenak. Ia tak tahu apa yang sedang dipikirkan lelaki itu, namun ia ingin berusaha meyakinkan kedua orang dihadapannya dengan fakta yang sangat menyentuh hati agar kedua orang itu bertarung dengan sepenuh hati.

Yashamaru telah menggunakan cara yang sama untuk mempersuasi banyak orang untuk berada di pihaknya. Sekilas ia terkesan seperti membela kepentingan rakyat, namun sebetulnya ia hanya peduli dengan tahta yang akan ia dapatkan jika berhasil menggulingkan calon raja.

"Seperti yang kalian ketahui, kerajaan Suna adalah kerajaan kaya yang memiliki banyak emas yang dapat diekspor ke kerajaan lain. Namun pemerintah lebih memilih untuk menggunakan uang dengan memperkuat militer, membangun infrastruktur hanya di ibu kota dan kota-kota lain yang berbatasan dengan kerajaan lain. Orang-orang yang hidup dengan nyaman hanyalah orang yang bekerja di militer, pemerintahan, raja serta raja dan keluarganya. Beberapa tahun lalu, raja mewajibkan semua laki-laki dewasa, terkecuali yang berpenyakit, untuk pergi ke ibu kota dan menjalani latihan militer untuk dijadikan tentara. Para lelaki yang dianggap terlalu lemah untuk menjadi tentara dijadikan pekerja di tambang emas."

Yashamaru berhenti sejenak dan menatap kearah dua lelaki dihadapannya. Kedua pendengarnya tampak mendengarkan dengan seksama, dan Taiko bahkan tampaknya tak berkedip sedetikpun.

"Kota-kota dijaga oleh para tentara yang tinggal di kota untuk sementara. Dan raja bahkan memiliki pasukan khusus serta mengeluarkan aturan yang mengijinkan para pasukan khusus membunuh gelandangan, orang kurang waras, atau orang berpenyakit yang mereka temui di jalan. Setelahnya mayat-mayat itu dibakar secara massal di lokasi yang sudah ditentukan. Bisakah kalian bayangkan bagaimana tersiksanya rakyat yang hidup dalam situasi seperti ini?"

"Mengerikan," desis Naruto. "Benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa ada raja semacam itu?"

Sasuke terdiam, ia bahkan tak sanggup mengucapkan apapun. Ia telah melihat sendiri apa yang terjadi sehingga ia percaya dengan penjelasan yang diberikan Yashamaru. Sepanjang hidupnya, Sasuke belum pernah melihat hal yang lebih mengerikan dibanding situasi di kota tempatnya berada saat ini.

"Kini putra bungsunya yang berusia enam belas tahun akan menggantikannya. Buah akan jatuh tak jauh dari pohonnya. Sebelum anak itu menjadi raja, aku harus menghentikannya dan menjadi raja demi memperbaiki kehidupan rakyat."

Entah kenapa Sasuke merasa curiga jika lelaki dihadapannya sedang berusaha memprovokasi mereka berdua. Ia tahu jika keadaan di kota tempatnya berada memang buruk, namun ucapan lelaki itu menyiratkan jika lelaki itu begitu berambisi menjadi raja. Jangan-jangan lelaki itu hanya memanfaatkan situasi untuk memenuhi ambisinya.

"Hn. Bagaimana dengan persiapan perang?"

"Persiapan sudah mencapai tahap delapan puluh persen. Menurut rencanaku, kita akan membuat kerusuhan di kota yang terletak di empat penjuru dari ibu kota dan terus menjalar hingga mencapai ibu kota."

"Dengan mengorbankan penduduk?" Sasuke berusaha menanggapi dengan ekspresi dan intonasi yang terdengar tak peduli meski sebetulnya ia merasa sangat khawatir.

Yashamaru menggeleng. Ia sudah mendengar rumor-rumor aneh yang sangat sulit dipercaya mengenai Taiko, misalnya saja rumor mengenai lelaki itu yang memberikan sumbangan ke panti asuhan atau panti jompo. Yashamaru tak ingin percaya hingga kemarin ia mendengar dari salah satu informannya mengenai keberadaan lelaki asing yang menjadi bahan pembicaraan penduduk akibat memeluk dan memberikan uang pada gadis kecil yang kehilangan ibunya akibat dibunuh oleh petugas kerajaan. Yashamaru mencurigai jika lelaki asing itu adalah orang yang kini berada dihadapannya.

Tampaknya Taiko mempedulikan penduduk hingga bertanya seperti itu. Yashamaru harus berpura-pura peduli pada penduduk untuk memastikan agar Taiko tidak meninggalkannya.

"Kita akan mengusahakan korban seminimal mungkin. Sebentar lagi kita akan menyebarkan pamfletpada penduduk dan meminta mereka mendukung kita dalam usaha pemberontakan. Mungkin saja beberapa orang yang masih cukup kuat dapat dijadikan tentara tambahan untuk melawan petugas. Kita tidak bisa meremehkan kekuatan wanita masa kini. Lagipula semakin banyak orang yang bergabung, semakin tinggi tingkat keberhasilan kita."

Sasuke semakin yakin jika Yashamaru hanya memanfaatkan keadan untuk menjadi raja. Tidak menjamin jika Yashamaru akan menjadi raja yang lebih baik dari raja sebelumnya, bisa jadi malah lebih parah. Sama halnya dengan pengganti raja yang sebenarnya, belum tentu akan menjadi raja yang buruk seperti raja sebelumnya.

Sasuke memilih mengiyakan rencana Yashamaru. Ia tak ingin menentang rencana lelaki itu dan menjadi musuh yang harus disingkirkan setelah dimanfaatkan. Ia harus berhati-hati dengan lelaki itu dan sebisa mungkin akan menghindari memakan bekal yang diberikan oleh lelaki itu. Atau jika terpaksa, ia akan menggunakan mangkuk dan peralatan makan perak yang sudah ia persiapkan sebelumnya.

"Sekadar saran, di dalam pertarungan nanti usahakan untuk tidak memakai kekuatan matamu jika tidak diperlukan. Kau juga bisa berada di barisan para penunggang kuda atau bahkan di barisan yang sama dengan jenderal perang jika kau mau."

"Tempatkan aku di barisan manapun, asalkan aku berada di barisan yang sama dengan Ruki."

Naruto terperanjat, begitupun dengan Yashamaru. Naruto tak menduga jika di dalam perang sekalipun Sasuke masih memikirkan keselamatannya. Ia khawatir Sasuke malah tidak bisa bertarung dengan baik.

"Tidak perlu. Tempatkan aku dimanapun sesuai dengan rencana awalmu."

Yashamaru terdiam sejenak. Rencana awalnya ialah menjadikan Taiko sebagai jenderal perang, sementara Ruki ditempatkan di baris depan. Namun Taiko tampaknya begitu protektif terhadap Ruki hingga meminta ditempatkan di barisan yang sama.

"Setidaknya, tempatkan aku di tempat dimana aku bisa memantau Ruki."

Yashamaru mengangguk. Ia akan menuruti permintaan Taiko.


.

.


Darah Sasuke seolah mendidih ketika ia meninggalkan kediaman sementara Yashamaru dan merasakan chakra kuat yang sangat tidak asing. Ia mengepalkan tangan erat-erat dan mengaktifkan sharingan nya, menatap kearah Itachi yang berada di kejauhan dengan tatapan membunuh.

Sasuke tak mengerti kesialan macam apa yang dialaminya hingga bisa bertemu dengan lelaki bajingan itu di saat yang sangat tidak diharapkannya. Tak ada jalan lain untuk kembali ke penginapan selain melalui jalan yang sama dengan yang digunakannya saat pergi dan berpapasan dengan Itachi.

Naruto merasa khawatir. Ia menoleh kearah Sasuke dan segera menunduk begitu menyadari mata merah lelaki itu serta memegang tangan Sasuke.

"Apa yang kau lihat, teme?"

"Bajingan itu," gumam Sasuke dengan suara berat dan pelan.

Naruto menatap Sasuke dengan khawatir. Ia cepat-cepat berkata, "Kendalikan emosimu, teme. Ingat dengan perjanjian dalam pekerjaan kita?"

Sasuke mengangguk. Ia segera mengnonaktifkan sharingan nya dan segera berjalan sambil meletakkan satu tangan di bahu Naruto. Ia sadar jika saat ini ia harus memprioritaskan pekerjaan dan tak membiarkan emosi mengambilalih dirinya.

Naruto hanya berjalan diam tanpa mengatakan apapun. Matanya hanya terus menatap ke depan, memperhatikan sosok yang berjalan kearah mereka di kejauhan.

Penampilan Itachi tak berbeda dibandingkan biasanya. Lelaki itu memakai jubah hitam panjang tanpa memasukkan tangannya sendiri ke bagian tangan untuk jubah. Bahkan gaya rambut lelaki itu masih belum berubah, lelaki itu masih mengikat rambutnya dengan ikatan rambut berwarna merah yang mengingatkan Sasuke akan darah kedua orang tuanya yang mati setelah dibantai oleh lelaki bajingan itu. Tampaknya Itachi menyadari kehadiran Sasuke, namun berpura-pura tidak menyadarinya hingga jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah.

"Hisashiburi, otouto, Ruki-san."

Naruto terperanjat. Ia tak menduga jika Itachi bahkan mengetahui nama yang ia gunakan di dunia bawah. Sasuke menatap Itachi dengan tatapan tajam seolah ingin membunuh lelaki itu.

Naruto merasa takut dengan lelaki yang lebih kuat dibandingkan Sasuke. Ia bahkan masih mengingat kengerian yang dilihatnya ketika Itachi melukai Sasuke di hutan. Namun entah kenapa ia malah merasa marah mengingat apa yang dilakukan lelaki itu pada Sasuke.

Sasuke tak menjawab. Ia berhenti melangkah dan menatap Itachi dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan waspada, "Apa alasanmu mengajukan syarat bekerja sama dengan seluruh orang-orang Yashamaru tanpa boleh membunuh mereka?"

Itachi menatap sinis kearah Sasuke dan menjawab dengan intonasi dan ekspresi wajah datar, "Aku ingin menjadi satu-satunya orang yang bisa membunuhmu, baka otouto."

Itachi dengan sengaja mengarahkan dua jarinya ke kening Sasuke, hal yang sering dilakukannya dulu pada Sasuke dan akan membuat Sasuke merasa senang. Ia sengaja memancing emosi Sasuke.

Belum sempat kedua jari itu menyentuh Sasuke, Sasuke dengan kasar mendorong kedua jari Itachi. Ia menahan diri untuk tak meremas kedua jari itu dan mematahkannya.

"Pastikan kau selamat dalam perang. Setelah itu mari bertarung sampai mati."

Naruto terperanjat mendengar ucapan Sasuke. Ia tak tahu apakah Sasuke bertambah kuat. Yang jelas, Itachi bukanlah lawan yang bisa diremehkan kemampuannya. Dulu Sasuke bahkan terluka parah ketika berniat membunuhnya.

"Hn."

Sasuke segera menarik tangan Naruto dan melangkah. Ketika ia melewati Itachi dan berada tepat di samping lelaki itu, ia segera berkata, "Akan kupastikan jika aku berhasil menghabisimu kali ini."


-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro