Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Season 2 : Part 16

Seorang lelaki berlutut dengn penuh hormat pada lelaki muda berambut merah yang mengenakan pakaian kebesaran berupa jubah berwarna burgundy dengan motif delapan ekor naga yang dijaht dengan benang emas.

"Yang Mulia, hamba datang membawakan pesan dari keluarga Matsumoto," ujar pengantar itu seraya mengeluarkan sebuah gulungan dari balik yukata yang dikenakannya.

Seorang kasim segera berjalan setelah sang Raja memberikan gesture yang merupakan perintah baginya untuk segera mengambil gulungan itu dan membawanya kepada Raja.

Sang Raja menerima surat itu dan segera membaca isinya. Lagi-lagi surat itu memiliki topik yang sama dengan surat-surat yang sebelumnya ia terima. Surat itu berisi pemberitahuan mengenai penaklukan kota yang dilakukan oleh warga sipil dan tentara yang memberontak. Dan aksi pemberontakan kali ini ditenggarai oleh Yashamaru yang merupakan mantan Jenderal Besar –pangkat tertinggi yang bisa diraih dalam militer- kerajaan Suna.

Menurut surat yang diberikan oleh kepala keluarga Matsumoto, seorang mata-mata yang seharusnya memberikan informasi mengenai pergerakan Yashmaru tidak pernah kembali sehingga ia memutuskan mengirim hampir seluruh tentara di kota untuk pergi ke padang gurun dan menyerang tentara Yashamaru, namun tentara itu juga tidak kembali.

Dan tampaknya ada pula beberapa tentara kerajaan yang berkhianat. Kota Yoroi kini telah dikuasai Yashamaru sehingga kelurga Matsumoto terpaksa melarikan diri ke kota terdekat bersama beberapa tentara kota yang mengawalnya.

Gaara menghembuskan nafas dalam-dalam ketika membaca surat itu. Sebegitu parahkah kepemimpinan sang ayah hingga begitu banyak tentara yang memberontak ataupun berkhianat? Ia sudah menerima begitu banyak laporan mengenai hal yang sama.

Tak hanya itu, Gaara juga menerima begitu banyak petisi dari para pejabat, bangsawan maupun beberapa keluarga berpengaruh yang mendukungnya. Petisi itu berisi kekhawatiran mengenai pemberontakan serta permintaan agar raja segera mengambil langkah yang tegas untuk menghentikan pemberontakan yang semakin luas.

Petisi dan laporan yang diterima Gaara begitu banyak hingga ia tak sanggup membacanya dan meminta kedua kakaknya yang menjadi penasihat pribadi kepercayaannya untuk membacanya dan memberitahukan isinya secara garis besar.

Gaara tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Ia tak begitu berniat mempertahankan kerajaan karena ia memang tak berniat menjadi raja sejak awal. Ia bahkan tak keberatan jika sang paman memang berniat menjadi raja.

"Tolong ambilkan meja tulis dan alat tulis untukku," seru Gaara pada kasim yang berada tak jauh darinya.

Kasim itu segera meninggalkan tempatnya dan bergegas mengambil meja tulis kecil dan alat tulis berupa kuas dan tinta untuk sang Raja serta membawakan meja itu kepada sang Raja dengn tergopoh-gopoh.

Gaara segera mengambil sebuah gulungan yang dipersiapkan baginya dan menggerus tinta sendiri. Sejak dulu ia selalu memilih menggerus tinta sendiri dan menolak bantuan dari para kasim dan dayang yang hendak membantunya menggerus tinta sehingga mereka tak lagi menawarkan diri untuk menggerus tinta.

Setelah selesai, Gaara mulai mengangkat kuas dan berniat menuliskan kata pertama. Namun ia terdiam dan berusaha memikirkan jawaban apa yang sebaiknya ia berikan. Tinta di ujung kuas tanpa sengaja jatuh keatas gulungan dan ia cepat-cepat memindahkan kuas yang dipegangnya, namun tetesan tinta kembali menetes di sisi lain gulungan.

Hitam ialah warna tinta. Dan tinta digunakan untuk membentuk tulisan. Memikirkan hal ini membuat Gaara mendadak teringat dengan isi gulungan-gulungan berupa informasi serta petisi-petisi yang ia baca. Dan sebuah ide mengenai strategi yang seharusnya ia ambil muncul secara tiba-tiba.

Gaara segera mengambil kuas dan menuliskan pesan balasan pada kepala keluarga Matsumoto, meminta mereka pergi sejauh mungkin dari tempatnya berada dan pergi ke kota di dekat ibu kota.

Setelahnya ia menunggu tinta kering dan melipat gulungan itu. Sudut bibirnya terangkat sedikit. Ia yakin rencananya akan berhasil dengan korban yang lumayan banyak. Namun ia tak peduli, baginya korban memang diperlukan untuk tujuan yang lebih besar.

.

.

"Bergantianlah denganku," ujar Sasuke pada Itachi dengan sinis.

Itachi agak terkejut dengan ucapan Sasuke. Orang lain mungkin tak memahami ucapan Sasuke yang terdengar seperti kalimat yang tidak lengkap, namun anehnya ia bisa memahami maksud Sasuke dengan jelas.

"Simpanlah chakramu untuk pertarungan kita, otouto."

Sasuke menatap Yashamaru dan berharap jika lelaki itu tidak mendengar ucapannya. Sebetulnya ia merasa jijik mendengar panggilan otouto dari Itachi. Ia bahkan mengajak lelaki itu berbicara karena terpaksa. Ia tak ingin Yashamaru menganggapnya bermalas-malasan karena ia hampir tak pernah menggunakan sharingannya untuk memberi petunjuk jalan atau kondisi di kejauhan pada Yashamaru.

Ia mulai merasa curiga dengan Itachi. Apakah lelaki itu memilik chakra yang tidak terbatas hingga membuang-buang chakra nya begitu saja? Atau mungkin setidaknya ia memiliki chakra yang sangat banyak sehingga tidak akan habis jika hanya dipakai sedikit? Atau bisa juga chakra lelaki itu memiliki kemampuan regenerasi yang sangat cepat.

"Hn? Berapa banyak chakra yang kau miliki hingga kau menghamburkannya seperti ini?"

"Apakah menurutmu ada orang di dunia ini yang akan memberitahukan rahasianya pada musuh?"

Sasuke tertohok seketika. Ia merasa tolol mengajukan pertanyaan semacam itu pada seseorang, terlebih jika orang itu adalah Itachi. Sasuke tahu jika pertanyaan yang ia ajukan tidak mungkin mendapat jawaban, namun ia memutuskan bertanya hampir tanpa berpikir.

"Dan apakah menurutmu ada orang yang mau terus menerus melakukan sesuatu yang melelahkan meski dapat digantikan oleh orang lain? Kurasa tidak ada, kecuali jika orang itu idiot," balas Sasuke dengan maksud memprovokasi Itachi agar lelaki itu merasa terpovokasi dan memberikan informasi yang diminta Sasuke.

Itachi tahu kemana arah pembicaraan Sasuke. Ia tahu jika Sasuke berniat mendapatkan informasi mengenai kelebihan dan kelemahannya. Namun ia tak akan memberikan lebih banyak informasi pada Sasuke meski ia berniat kalah dalam pertarungan ini. Karena itulah ia memutuskan untuk membuat dirinya tak memiliki chakra sebanyak yang seharusnya dengan terus menerus menggunakan doujutsu meski Sasuke bisa menggantikannya.

"Bagaimana jika orang yang kau kira idiot sebetulnya memiliki seribu rencana dan senjata rahasia untuk menghancurkanmu?"

Sasuke mengumpat dalam hati. Brengsek! Ia tetap kalah lihai dibandingkan bajingan itu. Bajingan itu memahami kemana arah bicara nya dan bahkan berniat menggertak nya.

Yashamaru sejak tadi mendengar tanpa sengaja percakapan kedua orang itu. Ia menyembunyikan keterkejutannya ketika ia mendengar kata 'otouto' yang terselip dari mulut Itachi. Ia bahkan mendengar rencana pertarungan kedua kakak adik itu dan percakapan yang pasti terdengar membingungkan bagi orang-orang pada umumnya.

Yashamaru memutuskan untuk berpura-pura tak mendengarnya. Ia tak peduli apa yang akan dilakukan Itachi dan sang adik setelah menyelesaikan pekerjaan mereka selama tidak menyangkut dirinya. Lagipula ia juga sudah menyaksikan sendiri kekuatan kedua kakak beradik itu dan ia tak ingin menjadi batu kerikil yang menghadang jalan seorang raksasa.

"Bagaimana kondisi kota yang akan kita kunjungi? Bisakah kau melihatnya, Itachi-san?"

"Aneh," ucap Itachi dengan serius. "Penjagaan di kota itu benar-benar longgar. Aku tak meliihat satupun tentara disana. Pintu bahkan terbuka lebar-lebar, seperti sudah ditinggalkan."

Yashamaru merasa terkejut, namun ia berusaha menahan diri untuk tak menampilkan ekspresi apapun. Namun sebetulnya ia merasa kalut. Ia khawatir jika Gaara telah merencanakan sesuatu untuk menjebaknya.

"Ini jebakan," gumam Yashamaru.

Yashamaru menatap ke depan, memperhatikan satu persatu anggota pasukannya. Para pasukannya yang sempat bertarung dengan tentara kerajaan di kota pasti merasa kelelahan dan tidak dalam kondisi sempurna untuk bertarung.

Menurut buku strategi perang yang pernah dibaca Yashamaru, seorang ahli siasat terkenal pernah melakukan sebuah siasat perang yang cukup gila. Sang ahli siasat terkenal itu melakukan strategi kota kosong untuk mengecoh musuh. Ketika musuh terkecoh, maka musuh akan memilih melarikan diri.

Dan dalam menghadapi situasi seperti ini, ia harus memiliki pasukan yang dalam kondisi sempurna untuk bertarung. Ia tak tahu pasti berapa jumlah pasukan yang ada di kota. Jika ia memilih menyerang sekarang, bisa saja ia akan kalah jika jumlah pasukan musuh lebih banyak.

Yashamaru bisa saja mengandalkan Itachi dan Sasuke untuk melakukan serangan fatal dengan teknik tak lazim mereka. Namun tampaknya Itachi memerlukan istirahat yang cukup banyak untuk mengembalikan energi lelaki itu. Wajahnya bahkan tampak agak pucat sejak dua hari yang lalu.

"Beristirahatlah satu hari lagi di kota Yoroi. Tidurlah yang cukup jika kalian mau. Pergilah membeli makanan ke restoran untuk makan malam kalau kalian mau. Dan jika kalian kurang sehat, segeralah pergi ke tabib," ucap Yashamaru dengan suara keras dengan maksud agar didengar para pasukan yang berada disekelilingnya untuk disampaikan pada setiap anggota pasukan.

Sasuke agak heran dengan maksud dibalik perintah Yashamaru, namun ia segera menghampiri Naruto yang berada tak jauh darinya dan meminta sang kekasih menyampaikannya pada anggota pasukannya. Ia juga menyampaikannya pada beberapa pemimpin pasukan lainnya dan meminta mereka untuk memberitahukan pada setiap anggota pasukan mereka.

.

.

Naruto memilih pergi melewati gerbang luar kota bersama Sasuke setelah berkuda untuk memutari seluruh kota Yoroi dan mempelajari geografis kota ini dengan baik.

Saat ini Yashamaru beserta anggota pasukannya yang lain baru saja selesai menikmati makan malam dan berkumpul. Sasuke dan Naruto meminta izin untuk pergi dengan alasan untuk berlatih bersama diluar gerbang kota.

Naruto mendapati sepuluh orang penjaga di gerbang yang menyadari keberadaan Sasuke dan Naruto. Mereka semua memberi hormat pada kedua lelaki itu.

"Kemana kalian akan pergi?" ujar salah seorang penjaga gerbang. Mereka tampak agak terkejut karena Sasuke dan Naruto ternyata saling mengenal.

"Kami akan keluar untuk berlatih. Sudah mendapat ijin dari Yashamaru-sama juga," sahut Naruto sambil menyerahkan sepotong kertas dari Yashamaru.

Tanpa mengatakan apa-apa, beberapa penjaga segera membukakan pintu kota yang cukup berat itu sehingga Sasuke dan Naruto bisa melintas. Namun sesuatu menangkap indra penglihatan Sasuke. Ia melihat sesuatu yang bergerak-gerak di semak-semak di kejauhan.

Pergerakan di semak-semak itu cukup besar dan terasa aneh. Angin malam ini tidak begitu kencang sehingga seharusnya tidak mungkin semak-semak itu bergerak dengan kuat. Lagipula rumput dan tanaman lain bahkan tidak ada yang bergerak sedikitpun.

Sasuke segera mengaktifkan sharingan nya dan mendapati seorang pria yang kini sedang bersembunyi di semak-semak.

"Kau melihat sesuatu yang bergerak-gerak, teme?" tanya Naruto dengan suara yang sangat pelan.

Sasuke merasa sedikit bangga pada Naruto. Belakangan ini lelaki itu jauh lebih memperhatikan kondisi sekitar dan meningkatkan kewaspadaan dimanapun ia berada secara otomatis, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Sasuke.

"Tidak, tuh. Mungkin hanya angin, dobe," jawab Sasuke dengan suara yang sengaja agak dikeraskan.

Naruto merasa heran. Padahal jelas-jelas tadi ia melihat semak-semak yang bergerak dengan mencurigakan. Tapi mengapa Sasuke sama sekali tidak melihatnya? Atau jangan-jangan ia sedang berhalusinasi.

"Kau benar-benar tidak melihatnya, teme?"

"Tidak. Kau mungkin salah lihat."

Naruto terdiam. Ia pasti benar-benar berhalusinasi. Ia tak berkata apapun dan menunggang kuda mengikuti Sasuke yang menunggang kuda dengan kecepatan lebih pelan daripada biasanya.

Sebetulnya Sasuke dengan sengaja mengeraskan suara agar siapapun yang bersembunyi di semak-semak mendengar ucapannya. Orang itu mungkin saja bisa kabur dengan cepat, karena itulah Sasuke ingin mencegah orang itu kabur dengan berpura-pura tidak mengetahui keberadaan orang itu. Seharusnya orang itu tak akan kabur dan memilih tetap bersembunyi jika mengetahui orang lain yang tak mengetahui keberadaannya akan melintas.

Ketika Sasuke semakin dekat dengan semak-semak tempat tentara itu bersembunyi, ia menoleh sejenak dan ia bahkan bisa melihat dada tentara itu yang menegang karena menahan nafas. Sharingan Sasuke kini lebih kuat dibandingkan sebelumnya sehingga ia bisa melihat hal-hal yang semula tak terlihat dengan jelas.

Sasuke segera berhenti di dekat semak-semak tempat tentara itu bersembunyi dan turun dari kuda nya, membuat Naruto kebingungan. Ia tak menghiraukan pertanyaan Naruto mengenai tujuannya mendadak berhenti di tengah jalan.

"Keluarlah. Aku tahu kau sedang bersembunyi di semak-semak," ujar Sasuke dengan lantang.

Ia bisa melihat jika tentara itu tampak semakin ketakutan. Ia tak membuat pergerakan apapun, namun sebetulnya ia merasa agak sesak nafas. Ia bahkan membuka sedikit lubang hidungnya yang semula ia tekan rapat-rapat menggunakan tangannya.

Sasuke segera mendekati semak-semak tempat tentara itu meringkuk untuk bersembunyi. Ia segera mengeluarkan pedangnya dan berniat memukulkan ujung pedangnya ke kepala laki-laki itu, namun mendadak sebuah pedang terjulur dari balik semak-semak dan mengarah pada kakinya.

Untunglah Sasuke menghindar secara refleks sehingga mata pedang itu tak sampai mengenai kakinya.

"Akhirnya menampakkan diri, hn?" gumam Sasuke dengan suara yang pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Orang yang bersembunyi di semak-semak itu segera bangkit berdiri dan berlari dengan cepat tanpa mengatakan apapun. Sasuke memutuskan untuk berdiri diam tanpa mengejarnya, namun mulutnya menggumamkan nama jurus dengan sangat pelan dan seketika api hitam dalam jumlah yang banyak mengejar lelaki itu.

Tentara itu mempercepat larinya tanpa menatap ke belakang. Ia merasakan sesuatu yang sangat panas dibelakangnya dan menyadari ada sesuatu yang berwarna hitam seperti api dalam jumlah banyak yang mengejarnya.

Nafas lelaki itu tersengal-sengal dan keringat bercucuran. Sudah jelas jika lelaki berkuda itu telah menjebaknya dan ia jatuh ke dalam perangkap lelaki itu.

"Aargh..." lelaki itu memekik ketika sebuah panah yang entah darimana asalnya menembus tulang bahu kanan nya. Ia segera menoleh dan mendapati lelaki berkuda yang berbeda dengan sebelumnya telah melepaskan anak panah yang kini bersarang di tubuhnya dan kini bersiap melepaskan anak panah kedua.

Tanpa mengatakan apapun, ia segera mencabut anak panah yang bersarang di bahunya sambil tetap berlari. Namun anak panah kedua melesat dan mengenai telapak tangan yang ia gunakan untuk melepaskan anak panah dan membuatnya memekik kesakitan.

Belum sempat ia melepas anak panah kedua, anak panah ketiga telah melesat dan mengenai bagian bawah punggungnya sehingga ia tak bisa lagi berlari.

Tentara itu jatuh berlutut dengan nafas yang tersengal-sengal hingga tak sanggup lagi bicara. Naruto segera turun dari kudanya dan menghampiri tentara itu, begitupun dengan Sasuke yang juga menyusul dari belakang.

"Siapa yang memerintahkanmu memata-matai kota ini?" tanya Sasuke seraya memberikan tatapan tajam.

Tentara itu mengangkat kepala dan terkejut mendapati mata berwarna semerah crimson yang menatapnya. Tentara itu segera tertunduk tanpa mengatakan apapun. Ia tak bisa mengkhianati kerajaan, namun ia juga tak ingin mati.

"Kumohon... biarkan aku hidup," ucap tentara itu dengan memelas meski nafasnya tersengal-sengal. Ia bahkan memaksakan diri bersujud meski punggung dan tangannya terus mengeluarkan darah. Pakaiannya bahkan sudah terkena bercak darah dan tanah yang ditekannya sudah terkena darah.

"Mengapa kau malah mendukung raja yang lalim? Kau pasti memiliki alasan untuk mendukungnya, kan? Apa alasanmu?" tanya Naruto dengan nada yang lebih bersahabat ketimbang Sasuke.

"Do-" ucapan Sasuke yang hendak mengajukan protes terputus. Naruto segera menempelkan jari telunjuk di bibirnya.

Reaksi tentara itu malah membuat Sasuke dan Naruto terkejut. Tentara itu menangis hingga mengeluarkan suara dan punggungnya berguncang-guncang.

Tentara itu merasa ketakutan. Ia menyadari jika ia mungkin akan mati malam ini, dan ia menangis bukan karena ia takut mati. Ia merasa takut membayangkan perasaan adik perempuannya yang terus menanti kepulangannya. Bagaimana perasaan gadis kecil itu jika mengetahui bahwa kakaknya tidak akan pernah kembali? Gadis itu tak memiliki siapapun lagi di dunia ini.

"Kau kenapa, Tuan Tentara?" tanya Naruto yang lagi-lagi tak mendapat jawaban.

Sasuke mulai merasa jengah. Ia segera menggunakan tekniknya dan berjongkok serta menyentuh kening tentara itu dengan kedua jarinya serta memejamkan mata untuk melihat memori yang dimiliki tentara itu dan mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

Ia mendapati sosok lelaki paruh baya yang dipanggil 'Matsumoto-sama' memerintahkannya untuk mencari informasi mengenai pergerakan Yashamaru. Dan lelaki itu juga merupakan orang yang mengirimkan tentara ke padang pasir. Kini lelaki itu berada di kota yang sebelumnya diamati Itachi dan tampaknya bersiap untuk pergi meninggalkan kota di tengah malam.

Naruto merasa khawatir dengan darah yang terus mengucur. Jika ia mencabut panah yang menusuk, darah pasti akan mengucur semakin deras.

"Teme, hentikan. Kurasa kita harus membawa orang ini ke tabib dan menginterogasinya nanti," ucap Naruto seraya mengguncang tubuh Sasuke.

Konsentrasi Sasuke yang sedikit terganggu karena Naruto yang mengguncang tubuhnya membuat Sasuke menghentikan apa yang ia lakukan. Lagipula ia juga sudah cukup mendapatkan informasi dari lelaki itu dan ia bahkan mulai melihat informasi yang tidak penting mengenai latar belakang lelaki itu karena merasa penasaran dengan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Naruto.

Sasuke menatap darah yang mengucur semakin deras itu. Jika dilihat, lelaki itu takkan bertahan hingga mendapat perawatan dari tabib. Serangan panah dari Naruto mengenai titik-titik yang vital.

"Ka... ori... Go-men.." ucap tentara itu dengan sangat pelan. Akhir kalimatnya bahkan tidak terdengar sama sekali, hanya bibirnya saja yang bergerak.

Mata lelaki itu terpejam dan air mata terakhir mengalir dari pelupuk mata lelaki itu. Denyut nadinya berhenti, begitupun dengan nafasnya. Lelaki itu mati akibat kehabisan darah.

"Teme, dia-" Naruto memutus ucapannya.

Sasuke mengangguk, "Dia mati. Tapi aku berhasil mendapatkan semua informasi yang kubutuhkan, juga jawaban atas pertanyaanmu."

Naruto sudah tak peduli dengan jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada tentara yang mati di tangannya itu. Namun Sasuke masih mengatakannya, "Dia memiliki seorang adik yang ingin dilindunginya. Karena itulah dia memutuskan setia pada raja agar tak mendapat masalah dan menaruh sedikit harapan pada raja baru itu."

Naruto terdiam tanpa bisa mengatakan apapun. Ia merasa bersalah karena membuat seseorang kehilangan keluarganya. Matanya memang sudah terbiasa dengan kegelapan malam, namun bukan berarti ia bisa menembakkan panah dengan kalkulasi yang sempurna. Ia menembakkan panah dengan maksud agar mengenai bagian yang tidak vital, namun panah yang pertama yang dilepaskannya malah mengenai titik vital.

Sasuke mendadak berpikir jika adik tentara itu cukup beruntung memiliki kakak yang masih menyayangi dan memikirkannya hingga nafas terakhirnya. Bukan berarti ia emosional, hanya saja mendadak pemikiran seperti itu terlintas di kepalanya.

"Ayo kembali, dobe. Aku akan melaporkan informasi yang kudapat pada Yashamaru."

Naruto menganggukan kepala. Ia segera melepaskan anak panah yang menancap d tubuh tentara itu dan menangkupkn kedua tangan di depan dada sambil memejamkan mata sebelum meninggalkan jasad tentara itu, berharap jika rasa bersalahnya dapat sedikit menghilang dengan cara yang ia lakukan.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro