Season 2 : Part 14
Angin malam yang berhembus di padang pasir terasa begitu dingin. Para pasukan Yashamaru duduk berkumpul di sekeliling perapian, membentuk lingkaran-lingkaran kecil. Mayoritas para pasukan itu duduk sambil memeluk lutut mereka dan menenggak alkohol yang mereka bawa dari kota yang sebelumnya mereka kunjungi.
Malam ini Yashamaru meminta mereka semua untuk beristirahat di padang pasir sebelum tiba di kota yang sebetulnya bisa ditempuh dalam beberapa jam. Yashamaru khawatir jika pasukannya tidak siap jika seandainya harus bertarung di kota.
Naruto menenggak seteguk alkohol yang menghangatkan tubuhnya dan sesekali menatap kearah Sasuke. Terkadang keduanya saling bertemu pandang dan menatap sejenak serta bertukar senyum sebelum mengalihkan pandangan, kembali sibuk dengan rekan masing-masing.
"Uwaahh! aku semakin mengagumimu, Ruki-sama! Kau bahkan jauh lebih muda dariku, namun kau bisa melawan pasukan yang mengejar kita seorang diri," ucap salah seorang bawahan Naruto yang tampaknya agak mabuk.
"Benar. Kau bahkan bisa mengeluarkan api dari mulutmu, sama seperti kedua pengawal Yashamaru-sama itu. Sebetulnya dimana kalian belajar teknik seperti itu?"
Seorang bawahan Naruto segera menimpali, "Aku juga penasaran. Pantas saja Yashamaru-sama meminta lelaki berambut panjang itu untuk menjadi pengawalnya. Kukira dia hanya bisa memasak saja. Aku jadi ingin tahu dimana dia belajar mengeluarkan tengkorak raksasa yang mengerikan namun keren itu."
Naruto tertawa pelan, Dalam hati ia juga merasa penasaran dan berniat menanyakan pada Sasuke nanti.
"Aku juga penasaran. Tak kusangka ternyata teknik semacam itu juga ada. Kalau saja aku kenal dengannya, pasti akan kutanyakan dimana dia belajar ilmu seperti itu. Atau aku berguru padanya saja, ya?"
Naruto mengakhiri kalimatnya dengan senyuman. Sebetulnya ia memang penasaran, namun mustahil jika Itachi akan memberitahu mengenai teknik rahasianya itu pada Naruto sekalipun Naruto bertanya. Ia sudah tahu betapa mengerikannya lelaki yang hendak membunuh Sasuke dan hampir membunuhnya itu.
"Dia sungguh mengerikan. T-tapi... tadi pagi aku menyaksikan hal yang lebih mengerikan lagi," ucap seorang pengawal Yashamaru yang tampaknya hanya seusia Sasuke.
Lelaki itu menatap sekeliling dan berbicara dengan suara yang agak pelan. Ia tak menghiraukan rekan-rekannya yang seketika menunjukkan reaksi penasaran dan tak sabar menunggu ucapan lelaki itu.
"Kau juga lihat, kan, Yamada-san?" ucap lelaki itu dengan suara pelan yang dibalas dengan anggukan oleh lelaki yang disebut Yamada itu.
Wajah lelaki itu dan Yamada tampak ketakutan. Mereka mendadak bimbang mengatakannya.
"Apa yang ingin kau bilang, sih? Cepat katakan."
Yamada menyahut, "Pelankan suara kalian. Tolong jangan katakan pada siapapun, ya?"
Naruto menatap lelaki bernama Yamada itu dengan rasa penasaran memenuhi dirinya. Ia segera menganggukan kepala, "Tentu saja. Kau bisa percaya padaku, kok."
Beberapa bawahan Naruto lainnya serempak mengiyakan ucapan Naruto. Mereka semua menganggukan kepala dan menatap Yamada serta lelaki muda yang awalnya memulai pembicaraan.
"Semalam aku dan Kaizawa-san kalah taruhan dan terpaksa berjaga. Malam itu kami benar-benar mengantuk. Di tengah malam Saburo-san pergi keluar dan kami langsung mengiyakan saja. Lalu tak lama kemudian si lelaki yang tadi juga mengeluarkan api itu menyusul Saburo-"
Salah seorang bawahan Naruto memotong ucapan Yamada dan berkata, "Hah? Bukankah katanya Saburo meninggalkan kita karena berkhianat? Kupikir Saburo mungkin saja bergabung dengan pasukan kerajaan yang tadi menyerang kita."
"Tidak," sahut Kaizawa dengan suara bergetar dan jantung yang berdebar keras. "A-aku melihatnya s-sendiri. Saat itu Taiko-san meninggalkan gerbang kota dan menyusul Saburo-san. L-lalu t-tak lama kemudian, dia-"
Ucapan Kaizawa terputus. Dia merasa sangat was-was, khawatir jika entah bagaimana Taiko mengetahui jika dirinya dan Yamada membocorkan hal ini dan ia harus kehilangan nyawanya. Kini ia merutuki dirinya yang dengan bodoh membocorkan hal yang terjadi semalam pada orang lain yang entah bisa dipercaya atau tidak.
"A-aku.. m-melihat dia dengan santai membawa jasad Saburo di punggung nya sementara tangannya membawa potongan kepala Saburo. Lalu pagi ini aku sama sekali tak menemukan jasadnya. Mungkinkah dia berteman dengan lelaki yang menggunakan api hitam itu dan lelaki itu membantunya membakar jasad Saburo hingga menjadi abu?"
"Benar. Aku belum pernah melihat hal semengerikan itu meski sudah lima tahun menjadi petugas kerajaan," timpal Yamada.
Naruto agak terkejut dengan ucapan bawahannya. Ia tak sempat bersama dengan Sasuke dan ia merasa sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Sasuke pasti tak sadar jika hal yang ia anggap biasa saja malah menimbulkan ketakutan bagi orang lain. Tubuh Yamada dan Kaizawa benar-benar bergetar dan mereka terlihat ketakutan.
Naruto menoleh kearah Sasuke dan kali ini lelaki itupun menoleh kearahnya. Ia segera mengerakkan jarinya, membentuk kode khusus yang hanya dipahami mereka berdua. Dan Sasuke membalasnya dengan anggukan kepala.
.
.
Api unggun masih tetap menyala di malam hari, namun tak seorangpun masih terjaga selain Sasuke dan Naruto. Malam ini Sasuke dengan sengaja menawarkan diri untuk berjaga sendirian dan membiarkan semua orang beristirahat tanpa menyadari jika sebetulnya ada seseorang yang terjaga.
Sasuke sedikit melonggarkan kewaspadaannya hingga tak menyadari jika Itachi yang awalnya mengatakan pada Yashamaru untuk beristirahat lebih awal kini mendadak terjaga ketika mendengar suara langkah kaki Naruto dan Sasuke yang berjalan menjauhi tempat pasukan Yashamaru beristirahat.
Naruto berhenti melangkah ketika ia berada cukup jauh dari tempat pasukan Yashamaru beristirahat dan segera mendudukkan diri diatas pasir nan dingin. Ia menoleh pada Sasuke sejenak sebelum menatap rembulan yang entah kenapa tampak berbeda di padang pasir.
Sasuke segera mendudukkan dirinya disamping Naruto dan menepuk bahu kekasihnya, "Kau merindukanku, dobe?"
Naruto terdiam sesaat. Ia memang merindukan Sasuke yang tak sempat diajaknya berbicara sepanjang hari ini. Namun di sisi lain setidaknya ia merasa puas hanya dengan bertukar pandang dengan Sasuke dan dapat bersama dengan lelaki itu meski tanpa interaksi sekalipun.
Naruto mengendikkan bahu nya, Ia tak bisa menjawab antara ya atau tidak, "Aku bersama denganmu setiap hari dan bisa menatapmu. Itu saja sudah cukup bagiku."
Sasuke mendudukkan diri diatas pasir dan menatap kearah rembulan yang terkesan berbeda di padang pasir. Naruto ikut duduk di samping Sasuke dan menatap rembulan yang memantul di iris onyx sang kekasih.
Cuaca di tengah malam seolah memiliki aroma tertentu. Angin yang bertiup terasa dingin, namun juga menyegarkan. Sasuke menyukai tengah malam, dan ia lebih menyukai tengah malam yang kini dihabiskannya bersama Naruto.
Sasuke mengalihkan pandangan dan menatap Naruto serta mengelus kepala lelaki itu dengan lembut. Ia masih ingat dengan apa yang dilakukan Naruto siang tadi dan ia merasa benar-benar bangga pada kekasihnya.
"Aku tak mengira kau bisa menggunakan ninjutsu yang kuajarkan dengan baik saat bertarung tadi. Aku bangga padamu."
Naruto terdiam sesaat. Ia tidak salah dengar, kan? Sasuke baru saja mengatakan jika ilelaki itu bangga padanya.
"Kau... bangga padaku? Aku tidak salah dengar, kan?"
"Tidak,dobe," Ujar Sasuke sambil menepuk kepala Naruto.
"Aku benar-benar tidak sebanding denganmu ataupun Itachi. Kurasa pujianmu berlebihan, teme," sangkal Naruto. "Lagipula aku hanya refleks melakukannya karena tak memiliki pilihan lain. Rasanya aku belum menguasainya dengan baik."
Sasuke menatap Naruto lekat-lekat. Ia mengerti kekhawatiran yang dirasakan Naruto karena ia pernah mengalami hal yang sama. Ia masih ingat ketika pertama kali ia mencoba teknik itu, hanya ada api kecil yang keluar. Pada percobaan kedua, bahkan hanya ada asap yang muncul.
"Percayalah pada dirimu. Jangan ragu. Kau pasti bisa melakukannya dengan baik, dobe."
"Arigato, teme," ucap Naruto. "Terima kasih telah mengajariku."
Sasuke mengangguk. Sebetulnya teknik yang ia ajarkan adalah ninjutsu untuk pemula. Ia sendiri mempelajari teknik mengeluarkan api itu ketika ia masih berumur enam atau tujuh tahun.
"Kalau boleh, aku ingn kau mengajariku ninjutsu yang lebih hebat. Terutama teknik yang mengeluarkan tengkorak berpedang seperti tadi siang itu."
Sasuke tak dapat menahan diri untuk tidak tertawa mendengar pendeskripsian Naruto. Untuk mengeluarkan teknik Susanoo diperlukan kedua mata yang telah membangkitkan mangekyo sharingan. Ia sendiri berhasil membangkitkan mangekyo sharingan setelah melakukan transplantasi mata di kedua matanya. Sehingga mustahil jika Naruto bisa menguasainya.
"Kau harus memiliki mata sepertiku untuk menguasainya teknik yang kau lihat tadi siang itu, dobe," sahut Sasuke sambil tersenyum tipis dan merangkul kekasihnya.
Naruto menatap mata sang kekasih lekat-lekat. Rasanya ia agak iri dengan mata yang keren dan menawan itu. Namun ia bisa mempelajari teknik lainnya dari Sasuke yang tak mengharuskan dirinya untuk memiliki mata seperti milik kekasihnya.
"Kau pasti juga bisa melakukan teknik seperti yang diperlihatkan tadi siang itu, kan? Aku penasaran ingin melihat milikmu."
Sasuke terdiam sejenak. Ia yakin Itachi pasti akan menyadarinya jika ia mendadak menggunakan teknik itu. Bajingan itu sama seperti dirinya yang mudah terjaga karena hal sekecil apapun.
Namun di sisi lain Sasuke ingin menjawab rasa penasaran kekasihnya. Ia khawatir jika tak ada lagi kesempatan untuk memenuhi rasa penasaran Naruto. Makai a memutuskan untuk mengambil resiko dengan memperlihatkan Susanoo miliknya pada Naruto.
"Perhatikan baik-baik. Aku hanya akan memperlihatkan sebentar saja."
Sasuke segera mengaktifkan mangekyo sharingan miliknya dan memperlihatkan Susanoo dengan bentuk yang sama seperti yang diperlihatkan Itachi tadi siang, namun dengan warna ungu gelap dan senjata berupa pedang. Sebetulnya Susanoo memiliki berbagai bentuk, dan bentuk paling sempurna ialah berbentuk seperti manusi dengan senjata dan sayap. Sasuke bisa menggunakan bentuk sempurna, tapi ia tak ingin memperlihatkannya.
Sasuke memperlihatkannya selama beberapa detik sebelum ia menonaktifkan mangekyo sharingan nya dan Susanoo miliknya menghilang.
Naruto menatap dengan takjub. Untuk sesaat ia bahkan terdiam sebelum akhirnya berkata, "Wah! Tapi kenapa milikmu berbeda warna nya?"
Sasuke tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum setiap kali ia mendengar reaksi polos seperti itu dari kekasihnya. Ia hampir tak pernah menemukan reaksi yang begitu polos dan jujur dari orang-orang yang rutin ia kenal selain kekasihnya ataupun anak-anak di panti asuhan yang ia kunjungi.
"Bentuk dan warnanya bervariasi untuk setiap orang," sahut Sasuke.
Sasuke menatap kekasihnya dan entah mengapa ia ingin mngubah persepsi kekasihnya yang selama ini selalu mengagumi tekniknya ataupun teknik milik bajingan itu yang terlihat mengagumkan di matanya, "Semakin hebat suatu teknik, semakin mahal harga yang harus kau bayar, dobe."
Naruto menatap Sasuke lekat-lekat. Ucapan sang kekasih benar-benar menarik atensinya. Ia ingin tahu apa yang telah dilakukan kekasihnya demi mendapatkan teknik hebat seperti itu.
Sasuke menyadari atensi kekasihnya dan segera menjawab dengan panjang lebar, "Tubuhku terasa sakit hingga keseluruh sel tubuhku setiap menggunakan susanoo. Semakin sempurna Susanoo yang kutunjukkan, tubuhku semakin sakit dan menguras tenaga. Ketika menampilkan api hitam, mata seseorang bisa saja berdarah dan perlahan kehilangan penglihatan. Untuk mendapatkan sharingan, seseorang harus melalui pengalaman yang membuatnya merasa trauma. Semakin hebat teknik mata yang dimiliki seseorang, semakin gelap masa lalu orang itu."
Naruto terkejut. Meski belakangan ini kekasihnya sudah lebih banyak bicara dibanding sebelumnya, tetap saja agak jarang mendapati Sasuke memberikan penjelasan panjang lebar.
Naruto sudah mengetahui kegelapan masa lalu sang kekasih, juga sisi gelap lelaki itu. Dan kegelapan itulah yang membuat sang kekasih memiliki teknik mata yang menurutnya menakjubkan.
Rasa kasihan pada sang kekasih membuat Naruto begitu ingin merengkuhnya. Jika dipikir-pikir, kehidupannya masih lebih baik daripada Sasuke. Setidaknya ia tidak dikhianati oleh seseorang yang begitu dipercayainya, dan bukan orang itu pula yang merenggut keluarganya sendiri. Dan ia juga masih memiliki Sasuke yang menjaganya, namun tak ada seorangpun yang menjaga Sasuke, setidaknya untuk waktu yang lama.
Sebetulnya tujuan utama Naruto menemui kekasihnya malam ini ialah untuk menanyakan kebenaran mengenai rumor Saburo yang telah mati dalam kondisi mengenaskan di tangan Sasuke. Namun entah kenapa ia merasa tidak enak untuk bertanya.
Naruto mendadak memeluk kekasihnya dengan erat dan berkata, "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak memintamu menunjukkan teknikmu jika aku tahu hal itu akan menyakitimu. Seharusnya kau menolak permintaanku saja, tidak apa-apa."
Sasuke membalas pelukan Naruto dan merasa tidak enak. Ia pasti telah memberi penjelasan dengan kata-kata yang salah hingga Naruto salah paham dan mengira jika ia mengeluh kesakitan ketika menunjukkan Susanoo pada Naruto. Ia sering kesulitan mengungkapkan apa yang sebetulnya ingin ia ekspresikan menggunakan kata-kata, dan hal itu masih terjadi meski ia berusaha keras untuk lebih banyak bicara agar orang-orang disekitarnya lebih memahami apa maksudnya.
"Tidak perlu minta maaf. Yang tadi sama sekali tidak menyakitkan, dobe."
"Benarkah? Kupikir aku membuatmu kesakitan karena permintaanku, teme."
Kedua lelaki itu terdiam. Mereka berdua saling berpelukan tanpa mengucapkan apapun, menikmati sensasi kulit keduanya yang saling bersentuhan, juga kehangatan yang terbagi pada tubuh masing-masing.
"Teme," Naruto memanggil tanpa sadar. Ia begitu penasaran hingga hampir menanyakan kebenaran rumor mengenai Saburo pada Sasuke. Namun ia langsung terdiam tanpa melanjutkan ucapannya.
"Hn?"
Naruto segera tersenyum, "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin memanggilmu saja."
Sasuke segera melepaskan pelukannya dan mendekatkan wajahnya pada Naruto serta menatap iris sapphire itu lekat-lekat. Namun iris sapphire itu berpendar-pendar, seolah ingin menghindar dari tatapannya.
"Ada sesuatu yang ingin kau tanyakan, dobe?"
Naruto terkejut setengah mati. Sasuke bagaikan cenayang yang bisa membaca pikirannya.
"Ah? Bagaimana kau tahu?"
Sasuke menyeringai dan menepuk kepala Naruto, "Rasa penasaranmu terlihat jelas di wajah dan matamu, dobe."
Naruto terkekeh pelan. Ah, ia benar-benar berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Sasuke. Sasuke sendiri sejatinya adalah orang yang dingin, misterius dan agak sulit dipahami, bagaikan bulan. Sementara Naruto bagaikan sebuah buku yang terbuka lebar dan dapat dibaca dengan mudah, juga cukup hangat bagaikan matahari.
"Terlihat, ya?" ucap Naruto terkekeh pelan. Ia meneguk ludah dan mempersiapkan dirinya untuk mengajukan pertanyaan yang entah kenapa membuatnya merasa tidak enak.
"Rumor mengenai kau yang membunuh Saburo sudah tersebar di kalangan pasukanku. Seseorang melihatmu membawa kepala Saburo yang terpisah dari tubuhnya, dan katanya kau mungkin bekerja sama dengan Itachi untuk memusnahkan tubuh Saburo. Apakah itu benar?"
Sasuke berdecih kesal, merasa jengkel pada penjaga yang menurutnya terlalu banyak bicara itu. Namun orang-orang semacam penjaga itu begitu banyak di dunia ini. Jika tidak, tidak mungkin nama Itachi maupun dirinya begitu populer di dunia bawah, juga di dunia atas.
"Rahasiakan ini. Aku memergoki Saburo yang berniat memberikan informasi pada pihak musuh. Aku memberi pilihan dan dia memintaku membunuhnya dengan cepat. Aku begitu ceroboh dengan membawa jasad Saburo secara terang-terangan melewati gerbang kota. Namun bajingan itu membantuku memusnahkan jasad Saburo dengan api hitamnya dan membersihkan darah yang tersisa di jalanan."
Naruto benar-benar terkejut. Ia tidak salah dengar, kan? Bagaimana bisa orang yang sebelumnya berniat membunuh Sasuke kini malah membantunya? Apakah itu karena Itachi juga terikat perjanjian dengan Yashamaru?
"Yashamaru juga sudah mengijinkan untuk memusnahkan pengkhianat selama tak menimbulkan keributan."
Naruto merasa agak khawatir dengan persepsi mengenai Sasuke di kalangan pasukan Yashamaru. Ia mendadak terpikir akan suatu hal dan segera berkata, "Bagaimana jika aku membantumu menutupi masalah ini? Akan kukatakan jika aku sempat melihat Saburo diantara pasukan kerajaan yang kini sudah terbakar hingga menjadi abu."
"Arigatou."
Naruto tersenyum dan Sasuke merangkulnya. Rasanya ia tak ingin berpisah dengan Sasuke malam ini.
Sasuke membiarkan Naruto menyandarkan kepala ke bahunya dan merangkulnya dengan erat seolah tak ingin melepaskannya. Lelaki itu pasti tak ingin berpisah dengannya, begitupun dengan dirinya yang tak ingin kembali terpisah dengan sang kekasih.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro