Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 7

Kegelapan malam masih menyelimuti langit ketika terdengar suara derap kuda yang dipacu menuju gerbang ibu kota. Ketika kuda itu terlihat di depan gerbang, dua puluh orang yang berjaga di pos dekat gerbang segera menghadang kuda itu.

"Tunjukkan identitasmu dan apa tujuanmu datang ke ibu kota."

Seorang wanita bersurai raven dengan kulit putih pucat dan kerutan di pipi segera turun dari kuda dan membungkuk sopan. Wanita itu terlalu tinggi jika dibandingkan dengan wanita pada umum nya. Tinggi wanita itu bahkan menyamai beberapa penjaga pria.

Wanita itu mengeluarkan kartu identitas nya dan segera menatap penjaga yang memegang kartu identitas. Iris onyx nya berubah menjadi crimson dan sharingan telah aktif.

"Aku datang ke ibu kota ini untuk berlibur sekaligus menghadiri pesta rakyat yang akan diadakan lusa depan," ujar wanita itu dengan suara baritone.

Beberapa penjaga tersenyum pada wanita cantik itu. Mereka bahkan tak sadar jika wanita yang sedang berhadapan dengan mereka memiliki suara yang terlalu maskulin dan terpesona dengan wanita itu.

"Namamu Fuyo dan kau berasal dari kota Ame? Bukankah kota itu cukup jauh dari ibu kota?"

"Hn."

"Silahkan masuk, nona cantik. Namaku Kotetsu, nanti malam temuilah aku di gerbang pukul tujuh malam dan kita akan makan malam bersama."

Tak ada jawaban dan para penjaga itu segera mempersilahkan wanita itu untuk masuk. Wanita itu naik ke atas kuda dan melewati gerbang sambil membawa beberapa tas berisi barang-barangnya.

Wanita itu menyeringai sinis ketika telah melewati penjagaan. Ia hampir tertawa mengingat perkataan penjaga gerbang itu. Wanita itu sama sekali bukan seorang nona cantik, ia adalah Uchiha Itachi, buronan yang dicari oleh kerajaan. Penjaga itu sungguh bodoh untuk mudah terjerat dalam hipnotis nya dan membiarkannya masuk ke dalam kota dengan mudah. Atau mungkin ia sendiri memang cantik dengan rambut panjang dan bulu mata yang lentik hingga penjaga itu dapat percaya dengan mudah? Yang jelas Itachi selalu berhasil mengelabui penjaga dan dapat melewati penjagaan tanpa menimbulkan keributan atau pertarungan yang tak berarti.

Tadi malam Itachi meninggalkan markas setelah membawa barang-barang yang dianggap penting dan Obito sama sekali tidak curiga dengan alasan yang diutarakannya. Tentu saja ia tak akan tinggal lama di ibu kota, ia harus meninggalkan ibu kota sebelum Obito tiba di ibu kota sore ini dan ia akan semakin sulit untuk kabur.

Itachi sangat yakin jika Obito tak akan segera menyadari jika ia sudah kabur karena ia mengatakan pada Obito untuk tak bertemu di ibu kota sehingga tak menimbulkan kecurigaan. Ia bahkan menyiapkan clone untuk berjaga-jaga jika Obito mencarinya di ibu kota.

Tujuan pertama pria itu setelah meninggalkan ibu kota adalah kota Ro, kota kecil yang tenang di dekat pegunungan. Di kota itu ia akan melakukan operasi penggantian mata terhadap dirinya sendiri atau dengan bantuan tabib yang merupakan relasi nya di kota Ro jika terpaksa.

Tangan Itachi menyentuh botol tabung berisi bola mata yang diawetkan dengan cairan khusus serta tersenyum sinis. Ketika ia telah mengganti bola mata nya, ia berharap akan mendengar berita mengenai kematian Obito di saat yang sama dan membiarkan Sasuke menemukan dirinya serta bertarung dengan sang adik.

.

.

Sasuke mengetuk pintu kamar Naruto dengan wajah gusar. Matahari baru saja terbit dan ia hendak mengajak Naruto untuk melatih stamina tubuh dengan lari pagi. Namun sejak sepuluh menit yang lalu, Naruto masih belum bangun.

Kesabaran Sasuke menipis dan ia menahan diri untuk tidak menghancurkan pintu kamar Naruto. Sasuke kembali mengetuk pintu dengan keras dan tak lama kemudian pintu itu terbuka. Naruto membuka pintu dengan wajah kusut sambil menguap.

"Ohaayooo, teme."

"Cepat bersihkan wajahmu. Kita akan berlari pagi ini."

"Huh? Berlari?" Naruto menatap Sasuke dengan tatapan bingung. Terlihat jelas jika Naruto masih mengantuk dan ia kini mengucek mata dengan kasar.

Emosi Sasuke benar-benar terkuras. Ia mendorong Naruto dan menutup pintu ruangan.

"Bersihkan wajahmu. Jangan mengulur waktu."

Naruto menghampiri lemari dengan langkah gontai dan mengambil yukata serta berjalan menuju kamar mandi.

"Tunggu sebentar. Aku akan mandi terlebih dahulu."

"Tidak perlu. Cukup bersihkan wajahmu."

Sasuke merebut yukata dari tangan Naruto dengan kasar dan mengembalikan yukata itu ke lemari. Naruto tampak terkejut dan ia benar-benar terjaga sepenuhnya. Ia setengah berlari menuju kamar mandi dan membersihkan wajah serta menyikat gigi secepat yang ia bisa.

Sasuke menatap kearah kamar mandi dan melihat Naruto yang terlihat terburu-buru. Sasuke tak mengerti apa alasannya, namun untuk sesaat ia merasa jika ia telah bersikap sangat kasar. Ia teringat dengan pagi pertamanya yang dihabiskan dengan Itachi setelah pria itu membantai keluarganya dan Itachi membangunkannya dengan kasar setelah ia pingsan di klinik selama satu hari penuh.

Setidaknya cara Sasuke membangunkan Naruto masih cukup manusiawi jika dibandingkan Itachi yang membangunkan Sasuke dengan pukulan dan bentakan, namun Sasuke tak ingin menjadi seperti pria brengsek itu. Di sisi lain, jika Sasuke ingin membuat Naruto menjadi kuat, maka tak ada pilihan selain melatih dengan metode kejam seperti yang pernah dijalaninya.

Naruto keluar dari kamar mandi dengan wajah yang cerah. Ia tampak sudah siap untuk berlari dan menatap Sasuke sambil menyeringai. Hari ini ia tak akan membiarkan Sasuke bersikap semena-mena padanya. Ia akan menunjukkan pada Sasuke jika ia dapat bertahan dari kekejaman pria itu meskipun tangannya terasa pegal setelah memegang pedang berjam-jam dan Naruto diminta untuk mengangkat kaki ke atas selama dua jam dengan alasan memperkuat otot-otot kaki. Kemarin, Sasuke bahkan menambahkan dengan latihan berlari di hutan.

Sasuke dan Naruto keluar dari penginapan dan Sasuke melirik Naruto yang sedang menatapnya.

"Kita akan berlari dua putaran keliling kota dalam waktu tiga puluh menit."

"Tiga puluh menit?"

"Bukankah saat pertama kali tiba di kota kau bisa berlari mengikuti kuda ku? Kemarin kau juga bisa melakukannya."

Naruto mengangguk. Ucapan Sasuke sama sekali tidak salah. Jika kemarin dan dua hari yang lalu ia bisa melakukannya, kenapa saat ini ia tidak bisa? Luka-luka di tubuhnya juga sudah sembuh sepenuhnya.

"Kau benar. Tentu saja aku bisa melakukannya."

Sasuke menyeringai dengan ekspresi meremehkan dan mulai berlari dengan cepat. Naruto berusaha menyusul Sasuke yang semakin lama berlari semakin cepat.

Luka-luka di tubuh Sasuke juga hampir sembuh sepenuhnya. Obat yang diberikan tabib itu sangat berkhasiat dan luka di lengan kanan Sasuke telah mengering ketika kemarin Sasuke mengecek perban nya.

Sasuke berlari melewati beberapa toko yang masih tutup. Terlihat beberapa orang yang menatap Sasuke ketika pria itu berlari, namun mereka segera menyadari jika Sasuke sedang berolahraga.

Naruto mempercepat lari nya dan tak lama kemudian ia telah berada di samping Sasuke. Sasuke mempertahankan kecepatannya untuk menyimpan energi. Masih ada satu putaran dan Sasuke tak ingin mempermalukan dirinya jika ia terengah-engah.

"Teme, tak kusangka kemampuan berlarimu juga cepat."

"Hn."

Naruto mempercepat lari dan kini ia berada di depan Sasuke. Naruto menoleh ke belakang dan menjulurkan lidah.

"Lihatlah, aku lebih cepat darimu."

"Simpan tenagamu, dobe. Masih ada satu setengah putaran."

Naruto tak menghiraukannya dan mempercepat lari nya. Sasuke menambah sedikit kecepatan, namun ia tak terpancing untuk mencoba mengejar Naruto. Ia memilih untuk berlari dengan kecepatan konstan tanpa kehabisan nafas.

Sesuai dugaan Sasuke, perlahan Naruto mulai melambat dan keringat mulai bercucuran di dahi Naruto. Nafas Naruto terengah-engah dan paru-paru nya seolah terbakar. Jantung nya berdebar cepat dan kini Naruto berjalan cepat-cepat agar tak terlalu lelah.

Sasuke kini hampir mengejar Naruto yang menoleh ke belakang serta memaksakan diri untuk mempercepat berlari. Mereka sudah berlari tiga perempat putaran dan Naruto sudah merasa sangat lelah. Kaki Naruto terasa akan patah.

"Kita akan berlari dua putaran? Tidak satu putaran saja?"

"Kau lelah, hn?"

"Ya. Seharusnya aku mendengarkan ucapanmu tadi," ucap Naruto dengan terengah-engah. Seluruh tubuhnya berkeringat.

"Kita tetap berlari dua putaran, dobe."

Naruto merasa kecewa dan kini Sasuke telah melewatinya. Naruto memaksakan diri untuk berlari kecil setelah sebelumnya berjalan cepat. Nafas Naruto benar-benar sesak dan ia merasa hampir mati kehabisan nafas. Ia belum pernah merasa sesak seperti ini. Ia bisa berlari cepat, namun tak pernah berlair mengelilingi kota yang sebetulnya lumayan besar.

Sasuke terus berlari meninggalkan Naruto sambil sesekali menoleh ke belakang. Naruto masih tak mau menyerah meskipun wajahnya kini sudah pucat. Sasuke tersentak saat melewati gerbang masuk kota. Di kejauhan, ia dapat merasakan sebuah chakra yang sangat familiar.

Sasuke berhenti dan memejamkan mata sejenak, memastikan diri jika ia tidak sedang berkhayal. Chakra itu bahkan lebih pekat jika dibandingkan enam tahun lalu, namun ia merasa jika chakra itu sedikit lebih lemah dibandingkan kali terakhir ia merasakannya.

Naruto menghampiri Sasuke dan menepuk bahu pemuda itu.

"Lho? Mengapa kau berhenti berlari? Bukankah kau sendiri yang bilang akan berlari dua putaran?"

"Kembali ke penginapan dan kemaslah barang-barangmu. Aku akan menyusul sebentar lagi."

"Huh? Kita akan pergi sekarang? Mengapa mendadak sekali?"

Emosi Sasuke telah memuncak. Ia segera menatap Naruto dengan tatapan tajam dan ekspresi kemarahan yang terlihat jelas di wajahnya. Naruto melangkah mundur secara refleks, ia tak pernah melihat Sasuke seperti ini dan ia benar-benar takut.

"CEPAT PERGI, DOBE!" bentak Sasuke dengan sangat keras sambil mendorong Naruto.

Bentakan Sasuke menggema di telinga Naruto dan ia merasa seolah tertohok. Ia tak pernah melihat Sasuke benar-benar marah hingga seperti ini. Ia mengajukan pertanyaan yang lebih tidak penting dan pria itu tak membentaknya hingga seperti ini. Naruto lebih memilih jika Sasuke menjawab dengan sinis seperti biasanya.

Naruto segera berbalik tanpa berani mengatakan apapun dan berlari menuju penginapan. Nafas Sasuke sedikit sesak dan ia terengah-engah tepat setelah ia berteriak seperti ini. Sasuke tak pernah membentak sekeras ini pada siapapun, meski Itachi sekalipun. Sasuke merasa tak terbiasa menunjukkan emosi hingga seperti ini.

Sasuke berjalan melewati gerbang kota dan menuju hutan. Ia dapat merasakan chakra itu semakin mendekat. Tak salah lagi, chakra itu adalah chakra milik Itachi, pria yang ingin dibunuhnya.

Sasuke tak tahu apa tujuan Itachi datang ke kota ini. Apakah pria itu sudah mendengar apa yang dilakukannya dan mencoba mencarinya? Chakra Itachi lebih lemah dibandingkan biasanya, namun bukan berarti ia bisa meremehkan pria itu. Bisa saja itu Itachi mengirim clone untuk menjebak Sasuke, namun ia bisa merasakan jika chakra itu terlalu kuat jika hanya sebuah clone. Bagaimanapun, ada kemungkinan jika Itachi dapat menciptakan clone dengan chakra kuat setelah mengembangkan teknik-teknik yang dimilikinya selama enam tahun.

Kepala Sasuke benar-benar sakit. Kondisinya sendiri masih belum pulih seperti semula, namun ia ingin menemui Itachi sekarang juga. Ia yakin jika Itachi pasti berada tak jauh darinya dan jika ia beruntung, Itachi benar-benar dalam kondisi buruk entah karena apa dan chakra yang dirasakannya benar-benar milik pria itu. Jika hanya sekuat itu, Sasuke yakin jika ia dapat mengalahkannya.

Namun Sasuke tak sendirian saat ini. Ia bersama Naruto dan pria licik seperti Itachi bisa saja memakai Naruto sebagai ancaman pada Sasuke. Ia juga berada di dekat kota dan jika mereka bertarung, maka dipastikan akan terjadi keributan besar dan keberadaan Sasuke akan semakin menarik perhatian.

Sasuke tak memiliki pilihan lain saat ini. Ia harus menunggu kesempatan lain untuk bertemu Itachi.

Sasuke segera berjalan cepat memasuki gerbang kota dan ia segera berlari secepat yang ia bisa menuju penginapan.

.

.

Sasuke tampak sangat terburu-buru saat memacu kuda. Pria itu memukul kuda dengan keras dan meninggalkan gerbang kota. Sasuke bahkan membuat pemilik penginapan bingung saat Sasuke mengatakan jika ia tidak akan kembali lagi dan Naruto terpaksa sedikit mengarang penjelasan singkat. Sasuke bahkan telah membayar biaya penginapan selama lima malam dan ia tak mempedulikan uang nya yang terbuang percuma.

Naruto menggendong ransel nya sambil memeluk Sasuke dengan erat. Ia terpaksa melakukannya, ia khawatir akan terjatuh dari kuda jika tak memeluk Sasuke.

Sasuke mulai memperlambat kecepatan laju kuda ketika kuda itu telah melewati desa kecil di dekat jalanan menanjak. Naruto yang sejak tadi merasa takut menghembuskan nafas lega.

"Kita akan tinggal di gunung untuk sementara," ujar Sasuke.

Naruto mendapat kesimpulan jika Sasuke sedang menghindari sesuatu hingga pergi tiba-tiba dan memutuskan untuk pergi ke gunung yang terpencil. Sesuatu pasti telah terjadi, atau mungkin akan terjadi, dan ia merasa penasaran.

"Sasuke, sebenarnya apa yang sedang kau hindari, sih?"

Sasuke mengangkat alis nya, iris onyx nya sedikit membulat. Tumben sekali Naruto cukup pintar hingga menyadarinya meskipun Sasuke tak mengatakan apapun.

"Pembunuh bayaran."

"Pembunuh bayaran? Memangnya seperti apa orang itu hingga kau saja melarikan diri sampai seperti ini?

"Itachi. Mungkin kau pernah mendengarnya."

Naruto menjentikkan jari tanpa sadar. Ia pernah mendengar nama itu dalam pembicaraan ayah nya dengan beberapa rekan ayah nya yang lain. Salah satu rekan ayahnya mengungkapkan kekhawatiran nya terhadap Itachi, putra sulung daimyo yang mengkhianati keluarganya sendiri dan membantai seluruh klan nya. Menurut rumor, orang itu telah bergabung dengan organisasi pembunuh bayaran sebelum membantai keluarganya dan meninggalkan kertas dengan lambang burung gagak hitam setiap menyelesaikan misinya.

Naruto yakin jika orang itu sangat kuat hingga Sasuke yang menurutnya begitu kuat bagaikan dewa dengan teknik-teknik aneh menghindari orang itu.

"Ya, ya. Aku pernah mendengarnya sekali. Apakah orang itu lebih kuat darimu, Sasuke?"

Sasuke menggeleng perlahan. Ia tidak tahu. Dulu pria itu memang lebih kuat darinya, namun ia tidak tahu saat ini.

"Aku tidak tahu, dobe."

"Eh? Mengapa kau kabur kalau kau tidak tahu? Bukankah orang itu pembunuh bayaran terkenal? Siapa tahu kau bisa mengalahkannya, lalu kau bisa menjadi terkenal dan mendapat banyak pekerjaan. Lalu kau akan menjadi kaya raya."

'Benar-benar bocah yang naif'. Batin Sasuke sambil menatap Naruto dengan tajam.

Sasuke tak menginginkan kekayaan. Baginya uang yang banyak tak berarti jika ia tak bisa menikmatinya. Ia hanya bisa menggunakan uang nya untuk membiayai perjalanan, menginap di tempat mewah, membeli barang mahal atau makan di restaurant mewah. Namun itu semua hanya bisa dinikmati sementara, maka tak dapat dikatakan sebagai 'menikmati'. Mungkin lebih tepatnya dikatakan 'merasakan'.

Sasuke juga tak menginginkan popularitas meskipun ia pernah menginginkannya di suatu masa dalam hidupnya. Satu-satunya yang ia inginkan adalah seseorang yang mengakui eksistensinya sebagai Uchiha Sasuke yang masih hidup dan selamat dari pembantaian, meskipun ia tahu itu mustahil.

"Bukankah kau ingin membunuhku, hn? Aku akan memberimu kesempatan untuk melakukannya."

Naruto mengernyitkan dahi dan bergidik mendengar ucapan Sasuke. Memberi kesempatan membunuh? Apa hubungannya dengan pertemuan Sasuke dengan pembunuh bayaran terkenal itu?

"Huh? Apa hubungannya? Maksudmu kau takut jika kau mati sebelum aku berhasil membunuhmu?"

"Tidak. Dan aku juga tak pernah berencana untuk mati di tanganmu," Sasuke tersenyum meremehkan. Itu sudah jelas, tak peduli seberapa hebat kemampuan bela diri atau kemampuan berpedang Naruto, Naruto tak akan bsa membunuh Sasuke. Sekalipun Sasuke mengajarkan ninjutsu, Naruto belum tentu menguasainya. Sekalipun menguasainya, Naruto tetap tak akan bisa mengalahkan Sasuke dengan dojutsu nya.

"Lalu apa maksudmu, sih? Benar-benar sulit dimengerti."

"Jika aku bertemu Itachi, dia akan membunuhmu dan aku tak akan membiarkannya."

Naruto tersanjung dengan ucapan Sasuke yang terkesan begitu ingin melindunginya. Tak seorangpun dari samurai pengikut ayahnya yang pernah mengatakan seperti itu padanya. Semua samurai hanya menjalani tugas yang diperintahkan padanya.

"Akan? Jadi maksudmu Itachi menjadikanku target? Aneh sekali, aku sudah tidak memiliki harta dan aku juga bukan lagi putra daimyo terkenal yang dekat dengan kaisar. Mungkin ia juga tidak tahu jika aku masih hidup," ucap Naruto dengan pelan.

"Orang seperti itu tak akan segan membunuhmu sekalipun kau bukan target nya. Berpikirlah dewasa dan jangan menyusahkanku, dobe."

Tak seperti biasanya Sasuke mengucapkan kalimat panjang. Namun ia dapat merasakan kebencian dibalin intonasi suara Sasuke yang terkesan dingin dan sinis.

"Mengapa kau yakin sekali? Memangnya kau mengenalnya?"

Sasuke tersentak dengan pernyataan Naruto. Ia tak ingin menceritakan kehidupan pribadinya pada Naruto. Tentu saja, suatu saat nanti ia terpaksa bercerita pada Naruto jika ia hendak menemui Itachi dan Naruto masih mengikutinya. Namun ia akan berusaha untuk tak membicarakannya jika memungkinkan.

"Tidak."

Naruto tampak kecewa. Ia yakin jika Sasuke mengenal orang itu meskipun ia tak tahu seperti apa hubungan mereka. Jika diingat-ingat, teman ayah Naruto pernah menceritakan mengenai pria bermata merah gagak yang terlihat tak jauh dari rumah seorang pegawai pemerintahan yang mati secara misterius dan kartu berlambang burung gagak hitam yang tak jauh dari rumah pegawai pemerintahan itu. Sasuke juga memiliki mata merah dan ia melihatnya sendiri, maka bisa saja Sasuke memiliki hubungan kekerabatan dengan pembunuh bayaran yang terkenal itu.

"Malam ini kita akan bermalam di hutan," ujar Sasuke sambil menghentikan laju kuda.

"Bermalam di hutan lagi?"

"Hn."

Seolah mengerti keenganan Naruto, Sasuke segera menambahkan, "Kau tidak mati hanya karena bermalam di hutan."

"Yah, tentu saja aku tidak mati karena itu," ujar Naruto dengan berat hati. Ia segera turun dari kuda setelah Sasuke turun dari kuda terlebih dahulu.

"Aku akan mencari sumber air. Tunggulah disini."

"Tidak, aku ikut saja. Aku akan membantumu, apapun itu."

Sasuke melirik Naruto dengan heran. Tumben sekali Naruto mau menawarkan diri untuk membantu. Biasanya Naruto akan bersungut-sungut atau setidaknya banyak bertanya jika diminta melakukan sesuatu, misalnya memegang pedang selama berjam-jam dan berlari dari hutan menuju desa.

"Apakah tadi kepalamu terbentur sesuatu?"

Naruto mendelik pada Sasuke yang sedang menghina nya saat ini. Naruto sangat yakin jika saat inipun Sasuke sedang meremehkan Naruto.

"Kau menyindirku, teme? Cepat katakan apa yang ingin kau kerjakan. Aku akan melakukannya jauh lebih baik daripada kau."

"Carikan kayu bakar untuk membuat perapian, lalu carilah apapun untuk makan siang dan masaklah untukku."

Naruto meringis. Ia merasa bagaikan seorang pelayan saat ini. Ia memandang sekeliling, sejak tadi ia tak melihat apapun yang bisa dijadikan makanan. Ia melihat burung di langit, namun ia tak memiliki busur dan panah.

"Apapun? Bagaimana jika aku memberimu rumput dan akar pohon? Kau juga mau memakannya?"

"Oh? Kau menyukai makanan semacam itu, hn?" Sasuke tersenyum tipis. Ia sama sekali tak berharap Naruto akan mendapatkan apapun, namun ia menyuruh Naruto melakukannya hanya untuk menguji pria itu.

"Tentu saja aku tidak akan setega itu padamu, teme. Lihatlah, aku akan mencari banyak kayu bakar dan bahan makanan untukmu."

"Itu juga bagian dari latihanmu, dobe."

Naruto tersenyum dan menatap Sasuke lekat-lekat, "Aku pergi sekarang. Jaa ne."

Naruto segera berlari meninggalkan Sasuke dengan penuh semangat. Ia akan menunjukkan pada Sasuke jika ia bukanlah orang yang lemah.

.

.

Naruto memandang sekeliling, tatapannya tertuju pada tumbuhan seperti wortel. Wortel itu tak terlihat menarik, warna nya tak begitu merah dan ukurannya kecil. Ia tak yakin benda itu tak dapat dimakan, namun ia memetik tanaman itu. Ia berusaha berpikir positif jika wortel liar mungkin berbeda dengan wortel yang dijual di pasar.

Naruto tak dapat menemukan hewan buruan apapun. Ia memang sempat melihat monyet yang bergantungan di pohon, namun ia tak bisa memburu monyet itu hanya dengan pedang.

Berburu benar-benar tak semudah yang dibayangkan Naruto. Ia tak bisa menemukan apapun dan memutuskan untuk mencari jamur dan dan sayuran serta buah-buahan yang tumbuh di hutan.

Mencari ranting tak begitu sulit. Berkat latihan yang diberikan Sasuke, ia mulai merasa jika tenaga nya semakin kuat dan ia dapat menemukan ranting-ranting kering untuk dijadikan bakar. Dalam waktu singkat, Naruto bahkan mendapatkan banyak kayu bakar dan mengangkat ranting-ranting serta kembali ke tempat Sasuke mengikat kuda.

Dari kejauhan, Naruto dapat melihat sosok Sasuke yang sedang duduk dengan pakaian yang telah berganti. Terlihat api di kejauhan dan Naruto segera berlari menghampiri Sasuke.

Iris sapphire Naruto tertuju pada Sasuke yang tampak sedang membakar sesuatu dengan benda mirip tombak yang diletakkan tak jauh darinya. Naruto segera menghampiri Sasuke dan meletakkan kayu bakar di tanah.

"Kau mengerjaiku, teme. Untuk apa menyuruhku kalau kau sudah mencari kayu bakar sendiri?!" Naruto bertanya dengan nada jengkel. Ia merasa telah melakukan hal yang sia-sia.

"Kayu bakar itu bisa untuk persediaan nanti malam."

"Gomen ne." Naruto merasa tidak enak telah merasa jengkel pada Sasuke.

"Makanlah," Sasuke menyodorkan ikan yang baru saja dibakarnya kepada Naruto.

"Kau sudah membersihkannya, kan?"

"Hn."

Naruto menerima ikan yang diberikan Sasuke dan Sasuke membakar ikan lain nya. Naruto melirik Sasuke, seharusnya pria itu memakan ikan ini terlebih dahulu.

"Makan saja terlebih dahulu."

"Tidak."

"Eh? Memangnya kau sudah makan?"

"Sudah."

"Itasakimasu."

Naruto segera memakan ikan yang diberikan Sasuke. Tak seperti biasanya, ikan ini tak benar-benar tawar. Rasanya tidak terlalu buruk, setidaknya lebih baik dibandingkan saat hari pertama.

"Kau membakar ikan dengan bumbu apa?"

Sasuke tak menjawab dan mengangkat sebuah kotak kayu kecil dengan cairan aneh. Sasuke segera meletakkan kotak kayu itu dan membalurkan permukaan ikan dengan cairan aneh itu.

"Itu bumbu untuk ikan? Bumbu apa itu?"

"Kecap dengan jahe dan mirin."

Naruto menatap Sasuke dengan takjub. Ia tak pernah mengira jika seorang pria seperti Sasuke juga bisa memasak makanan. Harus ia akui jika masakan Sasuke sebetulnya lumayan lezat meskipun tak bisa menyaingin masakan yang biasa dibuat juru masak di rumah Naruto ataupun restaurant.

"Lho? Kau bisa memasak? Masakanmu lumayan juga."

"Hn."

"Kau belajar memasak darimana?"

Sasuke tak ingin menjawab Naruto. Pertanyaan Naruto membuatnya benci untuk kembali mengingat jika sebetulnya ia mengamati Itachi memasak dan mempelajarinya diam-diam ketika masih bersama pria itu. Bersama dengan Naruto dan mendengarkan pertanyaaan-pertanyaaan pemuda itu membuat Sasuke teringat kembali dengan Itachi meskipun ia berusaha keras untuk tak memikirkannya dan itu sangat menjengkelkan. Belakangan ini ia sering terjaga di tengah malam karena bermimpi tentang Itachi.

"Bukan urusanmu."

Naruto merasa sedikit bersalah telah bertanya terlalu banyak. Ia merasa sangat penasaran dengan kehidupan Sasuke. Apakah Sasuke juga memiliki keluarga? Apakah ia selalu sendirian seperti ini?"

Naruto mengeluarkan wortel dan jamur yang berhasil didapatkannya dan menyerahkannya pada Sasuke.

"Omong-omong aku hanya bisa mendapatkan ini. Gomen."

"Hn."

Sasuke menatap wortel dan jamur yang jumlahnya tak terlalu banyak. Dalam hati ia bersyukur tak sepenuhnya mengandalkan Naruto dan menangkap ikan di sungai dengan tombak yang dibuatnya sendiri.

Ketika aroma harum ikan bakar telah tercium dan ikan itu telah terbakar sempurna, Sasuke segera mengambil ikan itu dan memasukkan ke mulutnya. Ia tak pernah memberi penilaian apapun pada masakan buatannya dan tak peduli seperti apa rasanya selama makanan itu dapat mengganjal perut nya. Namun ia sendiri tak tahu mengapa kemarin ia malah membeli sedikit bumbu masakan.

Sasuke merasa senang dengan pujian terhadap dirinya, pujian yang tidak berkaitan dengan kemampuan membunuhnya yang menakjubkan. Sasuke telah membunuh emosi nya dan bersumpah untuk tak merasakan apapun selain kemarahan dan kebencian yang berkaitan dengan Itachi. Namun semakin ia ingin membunuh emosinya, semakin sulit untuk mengontrol dirinya agar tak merasakan berbagai emosi seperti kesal, khawatir, jengkel, dan sebagainya. Dan ini semua terjadi sejak Naruto ikut bersamanya.

"Sasuke, bolehkah aku bertanya padamu?"

"Hn."

"Apakah sendirian itu menyenangkan? Bagaimana caramu agar terbiasa dengan sendirian?"

Sasuke tersentak dengan pertanyaan Naruto. Sendirian jelas tidak menyenangkan, sekalipun bagi seseorang sepertinya. Ia juga belum terbiasa dengan kesendirian, ia hanya berusaha untuk terbiasa. Dan kini ia membuat Naruto mengalami itu semua. Ia merasa menyesal telah membuat Naruto mengalami kesendirian, dan mungkin seharusnya ia membunuh Naruto saja atau tidak menerima misi membantai keluarga Namikaze.

"Tidak. Aku tidak terbiasa."

Ekspresi datar Sasuke terkesan menyedihkan dan sorot matanya menyiratkan kesepian. Naruto hampir terkejut melihat Sasuke yang berada dihadapannya, naun penglihatannya sama sekali tidak salah. Sasuke terlihat agak rapuh saat ini dan membuat Naruto merasa iba dan ingin merengkuhnya sambil mengucapkan kata-kata yang menenangkan.

Ini tidak boleh terjadi. Naruto tak seharusnya merasa kasihan dengan Sasuke. Sasuke adalah pembunuh dan inilah karma yang harusnya dibayar. Kesendirian adalah hal yang pantas bagi Sasuke.

"Sasuke, kau tidak sendirian sekarang. Setidaknya aku akan bersamamu sampai aku menjadi kuat."

"Aku tahu."

Ekspresi wajah Sasuke masih tetap datar, namun Sasuke merasa lebih baik setelah mendengar ucapan Naruto. Dalam hati Sasuke berharap agar Naruto dapat selalu bersama dengannya meskipun itu sama sekali tak mungkin.

-TBC-

Author's Note:

Berhubung masih libur, author memutuskan lanjut fanfict ini. Apakah Sasuke nya terkesan melankolis banget? Di setiap fict yang ada Sasuke nya, author selalu pengen ngebuat Sasuke jadi karakter yang tsundere. Tapi ga tau kenapa selalu jadi melankolis

Mengenai fanfict May I Love You, fict nya bakal diupdate setelah fict ini.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro