Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 2

Ayam jantan berkokok nyaring dan matahari perlahan bangkit dari tidur nya, menggantikan sang rembulan yang telah berkuasa di langit sepanjang malam dan terus memancarkan sinar lembut nya.

Jauh sebelum pagi tiba, Sasuke telah bangun dan berusaha keras agar tak menimbulkan suara sehingga membangunkan Naruto. Ia memanfaatkan penerangan seadanya dari sinar rembulan untuk kembali ke sungai dan berusaha mencari ikan.

Sungguh konyol untuk mencari ikan di saat subuh, namun Sasuke tak memiliki kendala. Ia memiliki penglihatan yang jauh lebih tajam dibandingkan orang lain dan dapat kemampuan nya melihat objek pada malam hari setara dengan serigala.

Sasuke kembali ke pohon tempat nya beristirahat setelah mendapat ikan dan menyalakan perapian serta mulai membakar ikan. Tatapan nya tertuju pada ikan yang sedang dibakar nya, iris onyx nya perlahan berubah menjadi crimson dan ia mengeratkan sentuhan nya pada kayu yang ditusukkan nya pada ikan yang sedang dibakar nya.

Terdengar suara daun yang bergemerisik dan Sasuke segera menatap tajam ke arah sumber suara. Iris crimson nya menangkap sosok Naruto yang menggeliat di tanah, pria itu pasti akan bangun sebentar lagi.

"Pagi," sapa Naruto dengan wajah mengantuk dan suara serak pertanda orang yang baru saja bangun tidur.

Sasuke kembali menatap Naruto. Sudah lama ia tak mendengar sebuah sapaan untuk nya dan ia merindukan sapaan di pagi hari yang ditujukan padanya.

"Kau membakar ikan?" tanya Naruto sambil menatap ikan yang telah matang di satu sisi. Aroma ikan mulai tercium dan perut Naruto mulai menjeritkan rasa lapar.

"Hn."

"Aku lapar."

"Bakarlah sendiri," ujar Sasuke sambil menyerahkan ikan lain nya yang telah ditusuk ke atas batang kayu.

Naruto menatap ikan yang diberikan Sasuke. Pria itu meletakkan ikan di atas tanah begitu saja dan tampak darah yang menetes-netes dari ikan itu. Naruto menatap ikan itu, tubuh nya bergidik ngeri. Sasuke bahkan tidak membersihkan ikan itu terlebih dahulu.

"Kau tidak membersihkan ikan ini terlebih dulu?"

"Tidak."

"Kau jorok sekali. Kau bisa sakit bila memakan makanan yang tidak dicuci dengan baik."

Sasuke terdiam sejenak, otak nya berusaha mencerna kata-kata Naruto. Sejak enam tahun yang lalu, tak seorangpun peduli pada hidup nya. Mereka semua hanya menggunakan jasa nya tanpa berniat terlibat lebih jauh dalam kehidupan pria itu. Lagipula ia juga takkan membiarkan seseorang 'memasuki' kehidupan nya begitu saja meskipun di saat yang sama ia juga haus akan kasih sayang.

Naruto kembali menepuk bibir nya. Bila kata-kata adalah sesuatu yang dapat ditarik kembali, maka ia akan menarik kata-kata nya sendiri. Untuk apa ia peduli pada pembunuh clan nya? Seharusnya akan lebih baik bila pria berambut hitam itu terkena penyakit parah dan menderita hingga mati. Saat itu ia akan bersukacita dan bahkan mengadakan pesta sebagai bentuk syukur.

"Itu bukan urusanmu."

"Kalau begitu aku akan pergi ke sungai. Aku ingin membersihkan ikan yang akan kumakan dan memastikan bila ikan itu cukup higienis."

"Kita harus segera berangkat setelah selesai makan."

Sambil berdecak kesal Sasuke menarik batang kayu yang diambil Naruto. Naruto membelalakan mata nya, ia terkejut dengan Sasuke yang tiba-tiba menarik batang kayu yang sedang dipegang nya begitu saja ketika ia sedang lengah.

Sasuke melepaskan ikan yang ditusukkan ke batang kayu yang dipegang nya dan ia mengeluarkan salah satu pedang yang diselipkan nya di pinggang sebelah kiri. Ia membelah ikan itu dan darah mengucur dengan deras dari ikan itu. Kemudian Sasuke mengguyur ikan itu dengan sedikit air dari botol minum nya.

Naruto melirik botol minum kayu yang dilapisi dengan kulit binatang yang dipegang Sasuke. Dalam hati ia merasa jijik dengan apa yang dilakukan pria itu. Naruto berusaha menekan rasa jijik yang dirasakan nya.

"Bantu aku membelah ikan ini."

Naruto mengambil salah satu batang kayu dan ia melepaskan ikan yang ditusukkan di batang kayu itu. Ia berusaha membelah ikan itu dengan memotong nya menjadi dua menggunakan pedang nya sendiri.

"Perhatikan caraku," desis Sasuke dengan kesal. Ia melepas ikan dari batang kayu dengan cepat dan memperlihatkan cara membelah ikan yang dilakukan nya. Ia membelah ikan itu di bagian perut secara vertical dan menyiram nya dengan air serta menusukkan nya kembali ke batang kayu. Potongan ikan itu begitu sempurna dan tepat di bagian tengah.

Naruto merasa tak ingin kalah, ia berusaha meniru apa yang dilakukan Sasuke dan tampak kesulitan. Ia menusuk terlalu dalam sehingga ujung pedang menembus ikan itu dan ia berusaha membelah bagian tengah ikan itu. Potongan nya terlihat sangat berantakan. Dengan kesal Naruto memberikan ikan itu pada Sasuke.

"Ck... benar-benar bodoh."

"Mungkin pedangmu lebih tajam daripada milikku." Keluh Naruto.

"Berikan pedangmu padaku."

"Tidak mau." Naruto memegang pedang itu dan memeluk nya di depan dada erat-erat. Ia masih cukup pintar untuk tidak memberikan pedang nya sendiri kepada musuh. Ia menganggap pria di hadapannya sebagai seorang musuh.

Menyadari reaksi Naruto, ia segera memberikan pedang sedang dipegang nya kepada Naruto.

"Kita bertukar pedang. Untuk saat ini saja." Sasuke dengan sengaja menekankan kata 'saat ini saja'.

Sasuke menyerahkan pedang nya, begitupun dengan Naruto. Naruto merasa pegal seketika saat tangan nya menyentuh pedang milik Sasuke. Pedang itu jauh lebih berat dibandingkan pedang milik nya sendiri. Bila melihat bentuk pedang itu, sepertinya pedang itu sudah cukup tua. Setidaknya sudah lebih dari dua generasi.

Tatapan Naruto tertuju pada lambang kipas bulat berwarna merah dan putih di bagian pegangan pedang. Rasanya Naruto pernah melihat lambang itu, namun ia tidak mengingat melihat lambang itu kapan dan dimana.

"Berat sekali," gumam Naruto dengan suara yang cukup keras untuk dapat didengar Sasuke.

Bagi Sasuke, pedang Naruto begitu ringan bagaikan sebuah mainan. Pedang itu berkualitas tinggi dan terlihat baru, mungkin pedang itu dibuat dengan teknologi paling mutakhir. Sasuke menggunakan pedang itu dan membelah ikan dengan sempurna.

Naruto melihat apa yang dilakukan Sasuke. Iris sapphire nya membulat, Sasuke dapat menghasilkan irisan yang sama dengan pedang milik Naruto.

"Pedang yang berkualitas tidak akan berguna bila dipakai oleh orang yang tidak bisa memanfaatkan nya."

Naruto merasa jengkel dengan ucapan Sasuke. Pria itu tak memiliki hak untuk menyindir nya setelah apa yang dilakukan nya.

Sasuke melepaskan semua ikan dari batang kayu dengan cepat, kemudian ia membelah nya dan membersihkan dengan air. Setelah selesai, Sasuke kembali menusuk ikan-ikan itu dan membakar nya.

Naruto menatap pedang berat milik Sasuke yang masih dipegang nya. Tampak nya Sasuke menyukai pedang milik Naruto dan sejenak melupakan pedang milik nya sendiri.

"Ini pedangmu."

Sasuke mengembalikan pedang milik Naruto yang telah berlumur dengan darah ikan dan menerima pedang milik nya kembali. Naruto melirik pedang nya sendiri. Ia belum pernah melihat pedang itu terkena darah setetespun.

Naruto mengambil ikan dan membakarnya. Ia merasa bosan memegangi ikan dan semakin merasa jengkel dengan Sasuke yang tengah memakan ikan miliknya yang telah matang dengan satu tangan dan membakar ikan dengan tangan lain.

Ikan Naruto mulai berubah warna dan Naruto tak tahu apakah ikan itu sudah matang atau belum. Kemarin Naruto sangat lelah dan langsung tertidur. Ia bahkan melupakan rasa lapar nya.

Naruto menunggu beberapa saat dan mengambil ikan nya yang mulai sedikit menghitam. Rasa lapar telah membunuh martabatnya sebagai putra daimyo dan ia membuka mulut nya dan mengigit ikan dengan rakus.

Dahi Naruto berkerut dan ia segera memuntahkan ikan dari mulut nya, membuat perhatian pria dihadapan nya tertuju pada nya. Ikan itu belum matang, ia bahkan dapat merasakan sedikit darah ikan yang tersisa di mulut nya. Ikan itu tawar dan tidak enak.

"Tidak enak." Keluh Naruto dengan jengkel.

"Tolol."

"Kau bilang apa, rambut mencuat?!" seru Naruto dengan ketus.

"Tidak. Ambil ini." Sasuke menyerahkan ikan yang sudah dipanggang nya. Ikan itu sudah matang dan Naruto menatap ikan itu dengan ragu.

"Kau memberikan ikan ini padaku?"

"Ya."

"Mengapa? Kau pasti memberikan racun pada ikan itu."

Naruto melirik ikan yang diberikan Sasuke, ia merasa curiga dengan ikan yang diberikan Sasuke. Tidak mungkin Sasuke yang notabene merupakan seorang pembunuh berbaik hati menukar ikan milik Naruto dengan ikan miliknya sendiri.

"Kau pikir aku akan meracuni makananku sendiri?"

"Kalau begitu kenapa kau memberikan ikan ini padaku? Kau pasti memiliki maksud yang buruk, kan?"

"Aku menukarnya agar kau tidak mengeluh. Kau berisik."

Sasuke menatap Naruto dengan kesal. Suara nya terdengar datar, namun dalam hati ia merasa ingin memaki Naruto dan berteriak sekeras mungkin. Ia bukanlah tipe orang yang banyak bicara dan ia juga tidak suka dengan orang yang menurutnya berisik.

"Aku tidak yakin. Makanlah terlebih dahulu."

Sasuke menyentuh ikan itu dan mengambil sedikit potongan ikan dengan tangan nya serta memasukkan ikan itu ke mulut nya. Ikan itu tawar, namun masih lebih baik dibandingkan buatan Naruto.

Naruto menunggu beberapa menit dan memperhatikan Sasuke yang telah mengangkat ikan lain yang sedang dibakar nya, bersiap memakan ikan kedua. Setelah merasa yakin bila tak ada apapun pada ikan itu, Naruto mulai memakan ikan yang tadi diberikan Sasuke.

Rasa ikan itu tawar dan tidak enak. Naruto mulai merindukan makanan yang setiap hari dibuat juru masak di rumah nya. Kini ia mulai menganggap makanan yang setiap hari dikonsumsi nya sebagai suatu kemewahan.

Dengan wajah yang terlihat menderita, Naruto memaksa menghabiskan ikan-ikan itu demi mengisi perut nya dan segera berjalan mengikuti Sasuke setelah selesai sarapan.

.

.

Dua jam telah berlalu dan Naruto serta Sasuke berjalan menyusuri hutan tanpa mengucapkan apapun. Tiba-tiba saja Sasuke berhenti melangkah dan menoleh ke arah Naruto.

"Kita akan sampai di gerbang kota sebentar lagi. Kita berpisah sekarang,"

Naruto menatap Sasuke, dalam hati ia merasa sedikit lega dan takut karena harus berpisah dengan pria itu. Ia merasa lega karena pada akhirnya akan terlepas dari Sasuke, namun juga takut karena ia akan benar-benar sendirian.

"Kau ragu?"

"Ah tidak!" Naruto menggelengkan kepala kuat-kuat. "Selamat tinggal. Kuharap kita akan bertemu lagi dan saat itu aku akan membunuhmu."

Naruto menatap Sasuke dengan tatapan tajam yang dipenuhi amarah, tatapan yang sama dengan tatapan yang ditujukan nya pada seorang pria yang telah menghancurkan kebahagian nya enam tahun yang lalu.

Sasuke tersenyum sinis dan berkata, "Coba saja. Akulah yang akan membunuhmu terlebih dulu."

Naruto mengeratkan sentuhan nya pada pedang yang diselipkan di pinggang nya. Namun sebelum ia sempat mengeluarkan nya, sebuah pedang yang dingin telah berada di atas jari nya dan membuatnya terpaksa membatalkan niat nya untuk mengacungkan pedang pada pria di hadapan nya.

"Jangan beritahukan identitas mu pada siapapun di kota. Sebisa mungkin tinggalkan kota secepat mungkin. Kota terdekat dari kota itu dapat ditempuh dengan tiga hari berjalan kaki melewati hutan."

Naruto bergidik ngeri, tubuh nya bergetar membayangkan ia harus berjalan di hutan selama tiga hari sendirian. Ia sudah cukup takut untuk tidur dalam kegelapan di hutan kemarin, ia pasti akan semakin takut bila ia sendirian.

"Menga-"

"Cukup lakukan seperti yang kukatakan."

Naruto sedang tak ingin berdebat, ia memilih mengangguk. Sedikit rasa penasaran mulai mengusik diri nya, ia membuka mulut nya untuk bertanya.

"Bolehkah aku tahu siapa namamu? Aku harus mengetahui nama seseorang yang telah membunuh keluargaku."

"Akan kuberitahu bila kita bertemu lagi."

Sasuke berbalik dan secepat kilat ia telah meninggalkan Naruto yang masih terpaku di tempat nya berdiri menatap punggung Sasuke yang menjauh. Ia benar-benar sendirian dan merasa tidak nyaman. Ia mulai berpikir untuk meminta bantuan pada keluarga Haruno. Ia bersahabat dengan Sakura, putri dari Kizashi, teman ayah nya yang juga daimyo.

Naruto berjalan dengan santai menuju gerbang kota yang masih merupakan wilayah kekuasaan ayahnya. Ayahnya tak pernah membiarkan Naruto ke kota itu sendirian dengan alasan kota itu berbahaya, namun ia selalu memendam rasa penasaran nya. Ia yakin bila orang-orang tak akan melakukan apapun dengan status nya sebagai putra daimyo.

Gerbang kota mulai terlihat dan Naruto mempercepat langkah nya. Naruto tanpa sengaja menyentuh saku yukata nya dan mengernyitkan dahi. Tangannya menemukan sebuah koin emas bernilai satu oban. Oban adalah mata uang terbesar yang setara dengan sepuluh koban. Satu koban setara dengan seribu sen. Untuk membeli semangkuk mi di kedai makanan yang tidak terlalu mewah hanya sekitar sepuluh sampai dua puluh sen.

Seingat Naruto, ia tak memiliki sepeser uangpun di kantung nya karena ia hanya pergi ke bukit untuk melihat matahari terbenam sehingga tidak membawa uang. Ataukah mungkin uang itu terselip? Memikirkan nya membuat Naruto semakin bingung.

Naruto telah memasuki gerbang kota dan tatapan nya tertuju pada sebuah kedai ramen. Ia menghampiri kedai itu dan segera duduk.

"Paman, aku pesan semangkuk charsiu ramen(*) dan segelas matcha."

"Matcha?"

Beberapa orang melirik ke arah Naruto dan berbisik-bisik. Naruto tak mengerti dengan reaksi mereka dan hanya bisa menatap mereka dengan bingung. Apa yang salah dengan memesan matcha? Biasanya matcha memang dipakai di upacara minum teh, namun ayah dan ibu nya sering meminum matcha ketika tidak ada upacara minum teh.

"Kau memiliki uang untuk memesan matcha?"

Naruto berjengit, ia merasa benar-benar terhina. Ia belum pernah bertemu dengan seseorang yang begitu lancang dengan menanyakan hal seperti itu padanya.

Emosi membakar di hati Naruto dan ia menganggukan kepala dengan serius.

"Tentu saja aku memiliki uang. Memang nya ada apa dengan matcha?"

"Itu adalah teh mahal yang hanya digunakan di upacara minum teh. Aku tidak menjual itu. Kalaupun ada, kau juga takkan mampu membeli nya."

Emosi Naruto benar-benar tersulut. Ia mengeluarkan sekeping uang satu oban yang dimiliki nya dan membuat paman pemilik kedai itu terkejut. Ia membelalakan mata nya dan mencoba menyentuh uang Naruto, memastikan bila uang itu asli. Namun Naruto segera menarik uang nya sebelum paman itu menyentuh nya, khawatir bila paman itu akan mengambil uang nya.

"Darimana kau mendapat uang sebanyak itu? Kau pasti mencuri kan, bocah?" ujar pria paruh baya pemilik kedai itu.

"Tidak. Ini uangku." Naruto memasukkan uang itu ke dalam kantung nya. Ia mulai merasa khawatir dengan tatapan orang di sekeliling nya.

"Aku batal memesan." ucap Naruto dan segera berjalan keluar dari kedai dengan cepat tanpa menoleh ke belakang. Ia merasa kesal dan terhina, apakah paman itu menganggapnya miskin? Seandainya orang tua nya masih hidup, ia akan langsung meminta ayahnya untuk memberikan hukuman pada pemilik kedai kurang ajar itu dengan pajak yang sangat tinggi atau bahkan langsung membeli kedai itu.

Naruto berjalan tanpa arah, ia tak kenal siapapun di kota itu. Ia bahkan tak tahu jalan menuju kota lain yang menurut Sasuke bisa ditempuh dalam waktu tiga hari dengan berjalan kaki. Ia berencana untuk membeli seekor kuda dan bertanya pada penjual kuda itu.

Naruto terus berjalan melewati keramaian dan berusaha mencari tempat penjual kuda. Jantung nya berdebar keras, ia bagaikan sedang mengalami petualangan. Ia merasa begitu bebas untuk pertama kali nya. Ia bahkan berjalan tanpa menoleh ke belakang, tak menyadari bila sejak tadi terdapat tiga orang pria yang terus mengawasi dan mengikuti nya.

.

.

"Kau sudah membakar rumah keluarga Namikaze? Apakah kau sudah membunuh Namikaze Minato serta istri dan anak nya?" ujar seorang pria berusia sekitar empat puluh awal dengan mata sipit dan kulit sedikit coklat akibat terbakar sinar matahari. Pria itu memiliki bekas luka di wajah nya.

"Sudah."

Pria itu tertawa keras dan tersenyum sinis pada Sasuke. Sasuke menatap pria itu dengan ekspresi datar, ia tidak ikut tertawa. Ia tidak begitu suka dengan client nya dan menatap tajam dibalik topeng yang menutupi wajah nya. Sejak awal Sasuke tidak yakin untuk membuat kerja sama dengan pria dihadapannya, namun ia menerima tawaran karena pria itu menjanjikan uang dan informasi mengenai seseorang.

Sasuke berdehem keras sehingga tawa pria itu terhenti. Sasuke berkata dengan suara datar.

"Bagaimana dengan perjanjian kita?"

"Haha... tentu saja aku ingat. Tak kusangka kau mengerjakan pekerjaanmu dengan begitu rapi."

Pria itu kembali tertawa dan membuat Sasuke merasa jijik. Sasuke kembali berdehem dan pria itu berhenti tertawa.

"Sesuai perjanjian, aku akan memberimu informasi mengenai Itachi."

Sasuke tak menjawab dan ia hanya menatap pria itu. Pria itu mengeluarkan sebuah senryobako, sebuah kotak yang penuh berisi uang seribu koban serta meletakkan diatas meja.

"Itachi baru saja membunuh Hyuga Tokuma, sepupu raja. Saat ini sedang terjadi keributan di istana, raja benar-benar marah dan bersumpah untuk menemukan Itachi serta membunuhnya. Informasi ini tidak diketahui masyarakat karena raja masih mengatakan bila Tokuma sedang ditugaskan untuk pergi ke kerajaan aliansi. La-"

Pria itu terdiam, ia menyadari bila mata pria yang berada di hadapan nya telah memerah. Sasuke mengepalkan tangan erat-erat dan tengah mengontrol emosi nya. Ia merasa marah hanya mendengar nama Itachi disebutkan dan ia bahkan tanpa sadar menggunakan sharingan nya. Tak ada seorangpun atau apapun yang pernah membuatnya semarah ini selain Itachi.

"Kau..." Morino Ibiki, pria berambut hitam yang merupakan client Sasuke menundukkan kepala.

Menyadari reaksi Ibiki, Sasuke segera mendeaktivasi sharingan nya, mengubah warna mata nya kembali menjadi normal. Sharingan adalah mata yang turun temurun hanya dimiliki oleh clan Uchiha, mata yang kuat sekaligus berbahaya, bagaikan pedang bermata dua. Jika seorang Uchiha menggunakan kemampuan mata tingkat tinggi terlalu banyak maka akan berakhir dengan kebutaan.

"Lanjutkan saja."

"Harga buronan untuk membunuh Itachi ditingkatkan lima kali lipat. Saat ini raja akan memberikan lima ratus ribu koban jika siapapun berhasil membunuh Itachi. Menurut isu, tujuan utama Itachi ialah membunuh sang raja dan mungkin ia sendiri berniat menjadi raja. Aku tak bisa membayangkan seperti apa kerajaan yang dipimpin seorang pembunuh bayaran."

Sasuke menatap pria dihadapan nya dengan serius. Itachi memang merupakan pria yang mementingkan harta hingga 'menukar' keluarga dan kehidupan pribadi nya yang tenang demi uang. Namun Sasuke tidak yakin bila pria itu akan tertarik dengan tahta.

Uang yang ditawarkan raja memang sangat menggiurkan. Dengan uang lima ratus ribu koban, Sasuke dapat membeli puluhan rumah mewah dan menjalani kehidupan tenang tanpa harus bekerja hingga ia mati. Ia harus bertindak cepat dengan membunuh Itachi lebih dulu sebelum orang lain melakukan nya meskipun ia tak yakin ada yang bisa melakukan nya. Ia tak terlalu peduli dengan uang, yang ia inginkan hanyalah membunuh pria itu dengan tangan nya sendiri dan melumuri pedang nya dengan darah pria itu.

Sasuke kembali mengepalkan tangan nya, berusaha mengendalikan gejolak amarah yang hendak meluap bagaikan air di dalam bak yang telah terisi penuh.

"Ini bayaran untukmu. Terima kasih atas jasanya."

Ibiki memberikan kotak yang telah diletakkan nya diatas meja pada Sasuke. Ia melanjutkan ucapan nya dan berkata dengan sinis, "Pekerjaanmu sama baik nya dengan Itachi. Namun jasa mu lebih murah dibandingkan kakakmu. Bukankah begitu, Uchiha Sasuke?"

Sasuke tersentak, mata nya yang sedang mengaktifkan sharingan untuk melihat isi kotak itu tanpa membukanya terbelalak. Ia tak mengira bila sang client akan mengetahui identitas nya karena ia selalu menggunakan identitas salah satu anggota clan Uchiha yang telah mati dalam pembantaian sebagai identitas nya dan 'menghapus' identitas nya sendiri.

Dengan cepat Sasuke melepas topeng nya, sharingan nya telah aktif dan ia menatap Ibiki. Ibiki menundukkan kepala dengan tubuh bergetar, ia berusaha menghindari tatapan Sasuke.

"S-sa..."

Sasuke dengan kasar menarik wajah Ibiki hingga terdengar suara gemeretak di leher nya yang mendongak paksa. Sasuke mendekatkan wajah nya dan menatap pria itu dengan sharingan nya.

"Bunuhlah dirimu sendiri dengan katana di pinggangmu." ucap Sasuke dengan pelan beberapa kali.

Sharingan memiliki kemampuan untuk meniru gerakan, melihat sesuatu yang bergerak cepat dan juga kemampuan menghipnotis orang-orang yang melihat mata nya. Sasuke menggunakan kemampuan menghipnotis untuk membuat Ibiki membunuh dirinnya sendiri.

Ibiki telah terhipnotis, ia mulai mencabut katana di pinggang nya serta menarik nya keluar. Sasuke membungkus kotak dengan kain secepat mungkin serta berjalan keluar dari ruangan. Sebelum sampai di pintu, ia melihat pria itu mengangkat katana dan bersiap menusuk jantung nya sendiri.

Sasuke menggeser shoji(*) dan berjalan dengan tenang menyusuri pintu keluar kediaman Morino. Beberapa samurai pengikut Morino melirik nya dan Sasuke tak mempedulikan tatapan mereka. Segera setelah Sasuke keluar dari ruangan, Ibiki menusuk jantung nya sendiri dengan katana hingga ujung katana menembus tubuhnya. Darah bercucuran hingga tatami yang semula berwarna coklat pucat menjadi merah dan Ibiki tersungkur di atas tatami dengan mata terbuka.

.

.

Sasuke berjalan dengan cepat melewati kerumunan orang yang menatap nya dengan penuh kekaguman. Sasuke sudah sering menerima tatapan dari para wanita yang penuh hasrat untuk memiliki dan terkesan begitu memuja, hal itu membuat Sasuke merasa risih dan jijik.

Dalam hati Sasuke mengumpat, ia akan memakai topeng jika ia bisa. Namun ia tak bisa, terlalu mencurigakan jika ia mengenakan topeng di kota. Ia menyesal karena klan nya tak memiliki kemampuan teleportasi meskipun ia sempat membaca bila pada jaman dahulu terdapat ninja yang menguasai teknik teleportasi. Kini ia tak bisa mempelajari lebih banyak ninjutsu selain ninjutsu yang memang dimiliki klannya. 

Sasuke mempercepat langkah nya, napasnya memburu dan peluh bercucuran di keningnya. Sasuke harus menemukan Itachi dan membunuh pria itu sebelum orang lain membunuhnya. Ia harus membalaskan dendam nya, juga dendam keluarganya.

Terdengar jeritan kesakitan seorang remaja pria yang cukup familiar baginya. Sasuke berjalan tanpa suara mendekati suara itu, terlihat tiga orang pria yang menyerang seorang remaja laki-laki. Remaja laki-laki itu tersudut di pojok gang buntu yang jarang dilalui orang, tangannya berlumur darah akibat sayatan yang dilakukan salah satu dari ketiga orang itu.

"Cepat serahkan uang itu atau aku akan menebaskan tangan mu sekarang juga, Bocah!" bentak salah seorang pria berpakaian serba hitam.

Sasuke hanya diam di tempatnya, ia memutuskan mengamati orang itu. Ia merasa ingin segera pergi dan meninggalkan kota itu secepat mungkin sebelum orang lain menyadari kejanggalan pada kematian Ibiki dan membuat posisinya menjadi tidak aman. Ia sedang dalam keadaan lemah saat ini, matanya terasa sakit setelah ia menggunakan sharingan. Dua hari yang lalu ia menggunakan amaterasu untuk membakar kediaman Namikaze, ia menggunakan kemampuan itu untuk menandakan bila ia telah menyelesaikan misi nya.

"Jangan! Itu satu-satu nya uangku!" balas remaja berambut pirang itu sambil mengeluarkan pedang dari saku nya dan berusaha melawan ketiga orang itu dengan gerakan asal.

Naruto benar-benar putus asa, ketiga orang itu terlalu kuat untuk nya. Naruto meremehkan ketiga orang itu dan berpikir bila mereka hanyalah orang lemah yang terlihat sangar. Namun ketiga orang itu memiliki teknik berpedang yang hebat. Mungkin ketiga orang ini adalah ronin.

Salah satu dari ketiga orang itu menendang Naruto dengan keras hingga Naruto tersungkur dan mengiris jari Naruto hingga darah mengucur dan pedang terlepas dari tangan Naruto. Pedang itu terjatuh dan menimbulkan suara ketika bersentuhan dengan tanah.

Naruto berusaha bangkit berdiri, namun salah seorang pria itu menendang punggung Naruto dengan sangat keras dan menginjak nya. Ia memejamkan mata, apakah ini akhir bagi nya? Ia baru saja berpisah dengan pria pembantai keluarga nya beberapa jam yang lalu dan ia diserang hingga seperti hampir mati. Ia tidak boleh mati sekarang, ia tak ingin pria yang telah menghancurkan keluarga nya tertawa menjijikan jika melihat jasad nya tergeletak di jalanan kota.

Naruto memaksakan diri bangkit berdiri, namun injakan di punggung nya semakin keras dan ia kembali tersungkur.

"Pedang ini terlihat mahal. Tak kusangka dia benar-benar putra dari keluarga kaya."

"Tidak mungkin seseorang dari keluarga kaya begitu bodoh untuk berjalan-jalan di kota ini tanpa pengawal. Bukankah kota ini terkenal sebagai kota berbahaya?"

Sasuke berjalan mendekat dengan sharingan yang sudah kembali aktif. Tubuh dan pikirannya bertentangan. Pikirannya menyuruhnya untuk pergi dan membiarkan ketiga orang itu membunuh Naruto, namun tubuh nya bergerak melawan pikiran nya untuk mengintervensi ketiga orang itu.

Sasuke tak peduli dengan mata nya yang terasa sakit. Sharingannya tak begitu kuat jika dibandingkan dengan Itachi, kakak nya yang telah membantai keluarga nya. Pria itu jauh lebih kuat darinya, dan Sasuke belum bisa mengalahkan pria itu saat ini. 

Saat kecil, orang tua Sasuke selalu menganggap Itachi sebagai jenius dan mengajarkan teknik-teknik tingkat tinggi hanya kepada Itachi. Ayah Sasuke bahkan hanya melatih Sasuke jika ia sedang sempat dan ingin karena tak menaruh harapan pada Sasuke yang lemah. Sasuke tak sempat mempelajari teknik-teknik tingkat tinggi yang diajarkan ayah nya pada Itachi diam-diam karena Itachi telah membantai seluruh klan nya.

"Siapa kau? Berani-berani nya kau menganggu ka-"

Ketiga orang itu terdiam ketika mata nya bertatapan dengan Sasuke. Mereka bertiga menjatuhkan pedang dan bersiap kabur, mata merah itu membuat mereka takut.

"Magen : Kagesui no Jutsu." gumam Sasuke dengan suara sangat pelan.

Ketiga orang itu terdiam dan mulai terjebak dalam genjutsu Sasuke. Ketiga orang itu mulai menjerit kesakitan, seolah mengalami penyiksaan fisik. Mereka bertiga merasa seolah kehilangan kontrol atas tubuh mereka dan merasakan satu persatu organ dalam tubuh mereka ditarik keluar.

Sasuke menggunakan kesempatan itu dan mengeluarkan pedang yang diselipkan di pinggang nya. Ketika ketiga orang itu berteriak-teriak kesakitan, Sasuke mengarahkan pedang nya ke kepala salah satu dari ketiga orang itu. Dalam satu kali tebasan, tiga buah kepala tertebas dan bergelinding di tanah. Tiga buah tubuh terjatuh dengan darah yang mengucur deras dari leher yang tertebas dan Sasuke segera menjauh agar tak terkena cipratan darah.

Naruto menatap koin satu oban yang terletak di atas genangan darah dengan jijik. Ia merasa bimbang antara mengambil koin itu atau tidak. Sang pembantai keluarga nya telah kembali hanya dalam beberapa jam, dan sesuai perjanjian mereka berdua akan saling membunuh jika bertemu kembali. Naruto sedang dalam keadaan lemah saat ini, meskipun tidak ia juga akan tetap kalah.

"Masih berniat membunuhku, bocah Namikaze?" ucap Sasuke dengan ekspresi dingin dan meremehkan.

Naruto terdiam. Harga diri nya baru saja terinjak-injak untuk kedua kali nya. Ia memaksakan diri untuk bangkit berdiri dan memegang pedang dengan tangan kiri yang bukan merupakan tangan dominan nya.

"Tentu saja. Aku akan membunuhmu, brengsek!" Ucap Naruto sambil menatap tajam, emosi nya kembali mendidih.

Naruto kembali menyerang pria dihadapan nya dengan gerakan membabi buta. Terdapat banyak celah dalam gerakan Naruto dan Sasuke bisa saja menusuk atau bahkan menebas anggota tubuh Naruto dengan pedang nya. Namun Sasuke memilih untuk membuat sedikit luka dengan menusukkan sedikit pedang nya di tangan kanan Naruto.

"Urgh...." Naruto meringis. Darah mengucur di tangan nya, punggung nya juga terasa sakit hingga ia tak bisa berdiri tegak.

"Turunkan pedangmu atau aku akan menebas tanganmu."

Naruto memberanikan diri menatap mata pria dihadapan nya. Mata pria itu telah kembali menjadi hitam.

Tak ada pilihan dan Naruto terpaksa memasukkan pedang nya ke sarung pedang yang diselipkan dibalik yukata. Sasuke menarik pedang nya dan kini mendorong koin oban yang berada di genangan darah ke bagian tanah yang tidak terkena lumuran darah dan mengambil nya.

"Koinmu. Ambil lah."

Naruto menatap koin itu dengan ragu. Dengan terpaksa ia menerima koin itu dan menyelipkan kembali ke kantung di balik pakaiannya.

"Mengapa kau menyelamatkanku?"

Sasuke tak menjawab dan ia berbalik badan serta menoleh ke arah Naruto.

"Itu bukan urusanmu."

Naruto terkejut, di balik ekspresi wajah dan intonasi suara yang dingin, tatapan Sasuke yang ditujukan pada nya terlihat sedikit melembut dibandingkan saat pertemuan pertama mereka.

Tak ada pilihan bagi Naruto, ia tak mungkin sendirian. Ia baru saja berpisah dengan pria itu beberapa jam yang lalu dan diserang dengan begitu parah. Mungkin ia akan mati dalam waktu kurang dari 1 bulan dengan kondisi nya saat ini.

Kepala Naruto tertunduk, ia membuka mulut nya untuk mengucapkan sebuah permintaan yang telah dipikirkan nya dengan serius. Ia akan meminta ikut bersama pria itu dan diam-diam mencuri teknik pria itu serta membalaskan dendam nya.

"Kumohon, biarkan aku ikut bersama denganmu."

Sasuke kembali menoleh dan mendapati Naruto yang membungkuk sembilan puluh derajat sambil menundukkan kepala. Naruto terlihat sangat lemah saat ini dan entah kenapa ia merasa tak tega membiarkan Naruto sendirian. Naruto akan mati jika ia membiarkan nya sendirian.

"Hm."

Naruto mengernyitkan dahi dan tetap menundukkan kepala. Ia tak mengerti dengan maksud ucapan yang terdengar lebih seperti gumaman itu.

Menyadari reaksi Naruto, Sasuke segera menatap Naruto dengan tatapan tak sabar sebelum kembali membalikkan badan nya.

"Cepatlah. Kau membuang waktuku."

Naruto segera mengangkat kepala nya dan berjalan menyusul Sasuke yang telah berjalan menjauh. Sebuah kehidupan baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya telah menanti Naruto. Mulai saat ini, ia akan hidup bersama dengan seorang pembunuh, pembunuh keluarga nya yang sangat dibenci nya.

-Bersambung-

Note :

- Shoji : Pintu kayu geser tradisional

- Charsiu ramen : Ramen babi

Author's Note:

Udah lama author pengen buat fict genre kyk gini & ga pernah kesampean. Seneng rasanya bisa nulis fict kayak gini meskipun peminat nya ga sebanyak fict genre romance biasa.

Thanks udah baca fict ini.. author mengharapkan kritik & saran bwt fict ini..


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro