Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5

"Derap langkahku semakin dalam, tapi semakin dalam maka mereka akan pulang"
•••

Sebuah gedung beratapan cokelat. Dengan lampu hias tertata rapi di atasnya. Menambah kesan menawan akan ruangan yang saat ini di penuhi oleh para murid. Mereka saling sibuk satu sama lain, untuk mengisi kekosongan waktu setelah mereka tadi harus berpisah dengan kedua orang tua mereka.

Balutan sedih masih jelas terukir di wajah mereka. Namun, mereka berusaha biasa saja. Karena mereka akan mendapatkan hal yang baru di sini.

Lain halnya dengan Viska yang berdiri di samping kedua orang tuanya, yang seharusnya Niko dan Lusie sudah pulang terlebih dahulu. Di karena kan kejadian yang menimpa Viska. Kedua orang tuanya memutuskan untuk meminta izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah untuk menemani Viska sampai acara ini selesai.

Jam besar di hadapan mereka sudah menunjukkan pukul 15.30. Dibarengi sebuah alunan piano menggema sampai ke seluruh manusia yang berada di ruangan Fotia.

Ruangan Fotio adalah, sebuah ruangan tamu, atau tempat acara-acara khusus yang akan di gunakan bila mana akan di hadiri oleh banyak orang. Seperti saat ini.

Tirai besar berwarna merah marun terbuka secara perlahan. Hingga menampakkan seorang pria berpakaian rapi memainkan piano secara indah memunggungi para murid. Banyak dari mereka yang menikmati secara memejamkan mata. Seperti Viska saat ini.

Matanya terpejam, senyum tipis terukir di wajahnya. Ia merasakan setiap melodi yang keluar dari ketukan jari pria yang berada di atas panggung.

"Viska ....”

"Viska ....”

Seketika bisikan-bisikan samar mengusir melodi yang tadi mengisi telinganya. Viska membuka matanya, ia menatap ke sekeliling. Karin yang berada di sampingnya masih berdiri terkagum melihat pria yang sedang memainkan piano, tatapannya sendu, bulu letiknya itu tanpa menjulang dengan lihai.

Tapi yang Viska bingung, suara tadi, bisikan itu yang menggema di telinganya sungguh aneh. Seperti ada yang memanggil namanya, tapi siapa?

Perlahan suara melodi piano kian memelan, di gantikan dengan suara musik klasim yang  asing di telinga Viska. Ketika musik itu berbunyi semua murid tiba-tiba diam. Tak ada suara selain musik yang cukup mengganggu telinga Viska yang saat ini terdengar.

"Sudah mau mulai," ucap pelan Lusie.

Visa mengangguk, kemudian ia melihat ke arah ke depan, yang sudah terlihat seseorang yang berdiri di sana.

Seorang pria paruh baya dengan kacamata  yang terpasang di matanya, yang saat ini memegang mik, kemudian berucap.

"Selamat sore!”

"Sore!” Sahut para murid.

"Sebelumnya terima kasih, sudah berada di sini, tak banyak penjelasan dari saya sendiri. Jika sudah setelah ini kalian akan pergi ke tempat asrama kalian masing-masing. Dan untuk pembagiannya, setiap kamar di huni oleh 3 orang, pria dan wanita pastinya terpisah. Untuk pembagiannya sudah ada di kertas yang kalian terima. Lalu ada 4 pembagian gedung asrama yang terdiri dari asrama Blouza, asrama Gennaios, asrama Pistevo, dan terakhir adalah asrama Igetis. Mungkin itu saja, terima kasih."

Pria paruh baya itu pun melangkah menjauhi dari panggung dan menghilang di balik dinding di seberang sana.

Semua murid secara bersama langsung mengambil kertas di saku mereka masing-masing yang mereka terima sebelum masuk ke ruangan ini.

"Gennaios 03C ?" ucap Viska dan Karin secara bersama.

"Blouza 01C."

"Pistevo 08C."

"Blouza 05C."

"Gennaios 07C."

"Igetis 010C."

"Pistevo 04C."

"Blouza 02C."

"Blouza 09C."

"Igetis 01C."

"Pistevo 03C."

"Gennaios 08C."

"Igetis 06C."

"Gennaios 06C."

.
.
.
.
Semua murid serentak mengucapkan Kata dan nomor yang tertera di kertas putih yang mereka genggam.

Kata pertama yang tertera di kertas tersebut adalah nama gedung asrama yang akan mereka tinggali. Untuk nomor di sampingnya adalah nomor kamar mereka serta angka C adalah tingkatan pertama dan akan turun ke B ketika naik tingkat atau bisa di sebut naik kelas, dan begitu pun menuju ke A, yaitu tingkatan 3. Setiap gedung Asrama terdiri atas tiga lantai, dimana lantai pertama untuk tingkatan ke-1 yaitu C, lantai ke dua tingkatan ke -2 yaitu B dan lantai teratas untuk tingkatan ke-3 yaitu A.

Karin dan Viska menatap satu sama lain. Mereka memang sudah di beritahu oleh Niko Ayah Viska, bahwa mereka akan satu kamar. Namun, setiap kamar akan di huni 3 orang, sedangkan Karin dan Viska baru berdua? Lantas satunya lagi siapa?

"Silakan semua murid menuju ke gedung asrama masing-masing untuk memberesi kamar masing-masing."

Suara seseorang memenuhi seisi ruangan. Semua murid pun saling mencari asal suara itu. Sepertinya berasal dari pengeras suara yang terpasang di pojok atas ruangan.

Akhirnya semua murid ke luar ruangan dan terlebih dahulu mengambil segala keperluan yang mereka bawa tadi, yang masih tertinggal di lapangan hitam lalu menuju ke gedung asrama mereka masing-masing.

......

Semua murid berjalan kaki untuk menuju ke asrama mereka, lebih masuk ke dalam sekolah, melewati aspal hitam sebagai pijakan.

Hutan hijau nan rindang penjadi pemandangan di sebelah kanan, lain halnya di sebelah kiri, terdapat berbagai gedung dan bangunan sekolah yang tersusun rapi, serta terlihat pilar berwarna putih yang menjulang tinggi ke atas langit.

Viska menatap kagum apa yang ia lihat. Sungguh senang ia bisa melihat sesuatu secara luas, tanpa ke halang dinding atau pagar  seperti di rumahnya.

Viska menarik nafas secara dalam kemudian melepasnya secara luas.Karin yang berada di sampingnya masih terdiam tanpa berucap. kain sepertinya sedang terbalut dalam pikiran yang memenuhi kepalanya. Tatapannya kosong.

Sebuah gedung berwarna putih berlantai 4 di sebelah kanan menjadi pandangan yang asing. Mereka murid baru berjalan begitu saja, melewati gedung yang sedang di tepati murid tingkat 2 dan 3 yang sedang belajar.

Viska pun menatap sekilas para kakak kelasnya. Lalu secara tak sengaja matanya beradu ke murid laki-laki yang berada di lantai dua di ujung kanan, tatapannya dingin, tapi menusuk. Viska memalingkan wajahnya berusaha memutuskan kontak matanya.

Hawanya dingin sekali, menjadi satu di tubuh murid laki-laki itu. Viska belum mengerti di balik hawa yang ia rasakan. Ia kembali menatap ke depan, dan terdapat 4 jalan dengan jembatan melengkung di bawahnya ada aliran suangi yang jernih di sana. Sebuah plang besar berwarna hitam, dan terdapat tulisan dan arah setiap asrama para murid. Di mana setiap warna jembatan melambangkan asrama yang di tuju. Yaitu Blouza berwarna merah, Pistevo berwarna silver, Igetis berwarna biru dan terakhir Gennaios berwarna hitam.

Viska dan Karin pun melangkah menuju jembatan berwarna hitam untuk menuju ke asrama Gennaios. Para murid yang lain pun sama, sama-sama melangkah menuju gedung asrama mereka masing-masing.

"Viska."

Viska terhenti dari langkahnya, ia menatap Lusie yang berada di sampingnya.

"Ibu dan Ayah sepertinya harus pulang sekarang," ucap pelan Lusie.

Viska sedikit aneh mendengar ucapan dari Ibunya sendiri. Baru pertama kali ia mendengar kata 'pulang'. Pulang yang du maksud dari Ibunya, mungkin pergi meninggalkannya dalam kurungan yang lebih besar ini. Viska hanya tersenyum tipis. Selama hidupnya di rumah, ia sungguh sungkan ingin terlalu asik atau sekadar bergurau ria bersama Ayah dan Bundanya.

"Sekarang?" tanya Viska.

"Ia sayang, udah mulai sore, Ayah perhatikan kamu sudah membaik bukan? Kalo gitu Ibu sama Ayah pulang ya," ucap Niko.

Lusie berjalan mendekati putrinya, ia memeluk badan putrinya secara pelan. Air mata turun secara perlahan membasahi pipis tirus Lusie, sedangkan Viska? Ia hanya terdiam, merasakan sensasi pelukan yang belum pernah ia rasakan.

'Nyaman'

Viska memeluk balik Lusie secara erat, merasakan pelukan yang belum pernah ia rasakan. Niko pun melangkah memeluk mereka berdua secara bersama. Sedangkan Karin? Ia hanya menatap dengan senyum terukir di pipinya. Melihat satu keluarga sedang berpelukan satu sama lain. Seperti hal yang tadi ia lakukan, tentunya dengan Ayah dan Ibunya.

#See u

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro