❛ ❏ 𝐏𝐥𝐚𝐧𝐧𝐢𝐧𝐠 ¡!•OikIwa•
[ IntrO : New Character ]
Nama : Suguru Daishou
Profesi : Dokter sekaligus Kepala Rumah sakit dan Pemilik dari Nohebi Hospital & Clinic.
Status : Menikah
Hobi : Maenin gunting, bucinin Mika
Alumni : HHS
Desc : Punya sedikit sisi jamet dan tengil, tidak mau mengalah juga. Tetapi baik dan dapat diandalkan.
.
.
.
; 🏥⋆Nohebi Hospital.ೃ࿔┊
.
.
.
.
.
.
.
Di depan ruangan UGD Nohebi Hospital, duduklah Oikawa. Wajahnya muram, peluh keringat membasahi pelipisnya. Tangan-tangannya meremas pelan rambutnya. Meringkuk di atas kursi itu.
Memikirkan bagaimana kondisi Iwa di balik pintu putih dengan beberapa kaca bening di atasnya. Dari kejauhan suara langkah kaki cepat berlarian semakin mendekat ke arahnya.
"Oikawa, gimana kondisi Iwa?!" Moniwa, Semi, Suga, dan Akaashi datang berbarengan.
Oikawa menggeleng "Belom tau, masih diperiksa Daishou di dalem." Moniwa, Suga, Semi dan Akaashi terduduk lemas di bangku.
Mereka berempat langsung melesat ke rumah sakit begitu Oikawa memberitahu mereka di grup. Para suami dan anak tidak ikut karena kerja dan juga sekolah. Kita sedang berada di luar kota bersama Terushima, sedangkan Yaku sedang ke Rusia mengecek beberapa bisnis dengan Lev disana, jadi mereka ga dateng ke rumah sakit. Oikawa bahkan belum memberi kabar ini ke Tobio maupun Kinda.
Ia terlalu shock dan panik dengan kondisi Iwa. "Tenang Oik, Iwa gabakal kenapa-kenapa." Moniwa yang sedari tadi memperhatikan Oikawa pun berusaha menenangkannya.
"Kok bisa sih si Iwak pingsan di kamar mandi?" Suga yang kini bertanya. Oikawa menaikkan bahunya "Itu dia gue juga gangerti, gue bangun tiba-tiba dia udah pingsan dikamar mandi, parahnya gue gatau dia dikamar mandi dari kapan?" Oikawa menjelaskan.
"Smoga semua baik-baik aja." Akaashi menepuk-nepuk bahu Oikawa.
"Pasti, Iwak bukan orang lemah." Semi menarik nafas sambil bersender ke dinding. Melipat tangannya di dada dengan mata terpejam. Berusaha meyakinkan teman dan dirinya sendiri bahwa sahabatnya itu akan baik-baik saja.
"Iyalah."
"By the way, lo gak ke kampus Oik?" Suga melirik jam ditangannya yang menunjukan pukul 7 lewat 15. Oikawa mengusap wajahnya frustasi, "Jam 8 gue ada kelas sampe jam 2."
"Lah yaudah tinggal aja, biar kita yang jagain, jam 2 lo kesini lagi." Saran Semi.
"Gak, gue izin aja kayaknya." Tolak Oikawa, bukannya tidak percaya kepada teman-temannya, Oikawa hanya ingin menjaga istrinya sendiri.
"Gapapa Oik, lu gapercaya ama kita? Nanti begitu kelas lu selesai lu kesini." Timpal Moniwa.
"Iya gapapa Oikawa san." Tambah Akaashi. Sedangkan Suga hanya mengangguk cepat.
Oikawa menghela nafas. "Yaudah kalo kalian maksa, tolong jaga Iwachan, kabarin gue begitu dia sadar." Keempat ibu-ibu itu mengangguk, dan melambaikan tangan ke Oikawa yang sudah pergi dari sana.
"Loh Oik kemana?" Daishou keluar dari ruangan, di ikuti dua perawat di belakangnya. Manik pria bermata sipit dan tajam itu memperhatikan keempat ibu-ibu yang sedang menatapnya juga.
"Suguru! Gimana kondisi Iwak?!" Semi dan Suga berserobot mengerubungi Daishou. Akaashi dan Moniwa sedikit mendekat. "Oikawa ke kampus, nanti jam 2 kesini lagi."
Daishou mengangguk, "Iwaizumi sejauh ini baik-baik aja. Hanya saja Ia sedikit mengalami tidak sadarkan diri atau pingsan sesaat karena suhu badan dan emosinya yang tidak selaras menyebabkan hal ini terjadi, makanya pasien juga sedikit demam." Jelasnya panjang lebar.
"Gak koma kan Dok?" Daishou menggeleng. Baik Suga, Semi, Akaashi maupun Moniwa menghela nafas lega.
"Iwak udah sadar?" Daishou menggeleng, "Perkiraan saya pasien sebentar lagi bangun, ditunggu saja ya."
"Makasih Dok."
"Saya permisi, kalo ada apa-apa tolong segera pencet tombol urgent di dekat kepala ranjang ya." Keempat emak-emak itu mengangguk sigap.
Iwaizumi POV
Semua gelap, aku tidak bisa melihat apapun disini. Baik tubuhku, otakku, maupun hatiku tidak ada yang ingin bekerja sama. Semua tidak bisa terasa jelas disini hingga samar-samar kudengar ada seseorang, tidak.
Ada beberapa orang yang memanggilku, siapa?
"Iwaizumi!"
"Iwak!"
"IWAK-!"
Aku mengerutkan keningku, berusaha untuk memfokuskan fungsi gendang telingaku untuk dapat mendengar lebih jelas suara apa itu.
"Iwak bangun! Jangan mati, anak lo kesian woy."
"Cemen lo wak masa pingsan."
"Lu masih ada janji buat shopping bareng wak, bangun!"
"Iwak peyek bangun!"
Aku merasa suara itu kian lama kian membesar, dan hidungku mencium beberapa aroma menyengat khas minyak kayu putih atau minyak angin lainnya, aku tidak begitu yakin minyak apa itu.
Seketika aku merasa aku sudah kembali kepada tubuhku, pelan-pelan aku mencoba membuka kedua mataku. Dan betapa terkejutnya aku melihat keempat sahabatku disini. Dan, apa?! Aku ada dimana?!
Iwaizumi POV end.
Author POV
"Gue ada ide!" Semi berseru semangat. Akaashi, Suga dan Moniwa menatapnya bingung. "Lu mau ngapain?" Semi tersenyum.
"Gue pernah nonton di pilem, kalo orang gak sadarkan diri itu bukan berarti mereka bener-bener gak sadar." Semi menjelaskan.
Moniwa memiringkan kepalanya, tidak mengerti. Suga dan Akaashi hanya mengangguk. "Itumah Koma kali." Celetuk Akaashi.
"Tapi ini kan laen bege, Iwak gak koma tapi pingsan!" Imbuh Suga.
"Ya coba aja!"
"Terus kita musti gimana?" Moniwa yang sudah mengerti pun mendekati kasur Iwa. Iwa masih tertidur lelap disana. Matanya terpejam, wajahnya damai.
"Gua ada minyak angin nih kalo mau." Akaashi mengeluarkan minyak cap kaki uler dari dalam tas kecilnya.
"Nah pas banget! Lo yang pegangin minyak dan gue, Suga sama Moniwa yang panggil-panggil Iwa." Mereka semua mengangguk.
"Satu." Semi memberikan aba-aba.
"Dua."
"Tiga!" Akaashi mulai mengoleskan minyak ke lubang hidung Iwa. Sedangkan Suga, Moniwa dan Semi mulai meneriakki sesuatu ke telinga Iwa. Berharap Ia akan segera bangun.
"Iwaizumi!"
"Iwak!"
"IWAK-!"
Hening, dilihatnya tubuh Iwa yang tidak kunjung bergerak. "Gak berhasil?" Tanya Akaashi ragu.
"Kurang kenceng kali?" Tanya Moniwa. Semi dan Suga mengangguk, "Heh ini dirumah sakit jangan berisik." Ingat Akaashi.
"Ohya gue lupa." Semi memegang keningnya.
"Volumenya kayak tadi, cuman katanya agak panjang aja kali?" Usul Moniwa. Mereka pun mengangguk setuju. Sumpah ini emak-emak pada rempong amat🌝, enaknya punya temen kompaknya naujubillah, satu jatuh ya jatuh semua, satu naik, manjat semua<— abaikan suara author ini.
"Iwak bangun! Jangan mati, anak lo kesian woy." Sembur Semi.
"Cemen lo wak masa pingsan." Ini Suga.
"Lu masih ada janji buat shopping bareng wak, bangun!" Lalu Akaashi.
"Iwak peyek bangun!" Terakhir Moniwa.
"Kesempatan datang pada siapapun yang berusaha, dan kadang keajaiban juga terjadi karena doa-doa yang kuat." -Author.
Iwa membuka matanya. Ia berkedip-kedip sebentar, berusaha untuk memperjelas kerja retinanya. "Kalian? Gu-gue dimana?" Iwa bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk.
"IWAAAAAAAAAAAAAA-!" Keempatnya pun memeluk tubuh Iwa bersamaan. Tanpa disadari segelinang air asin sudah lolos jatuh dari kelopak mata mereka.
"GUE TAKUT ELU GAK BANGUN YA GOBLOK!" Semi bertolak pinggang, bibirnya manyun sembilan senti .gx
"TAU ANJER GUA UDAH KHAWATIR BANGET, SYUKURLAH." Suga menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
"LU NGAPAIN SIH SAMPE BISA KAYAK GINI?! SETRESS LU PINGSAN DI KAMAR MANDI HA?" Moniwa juga ikut mengomeli Iwa sambil membuang wajahnya ke arah lain, malu karena ikut menangis.
"KALO ADA MASALAH TUH CERITA, JANGAN JADI GILA KAYAK GINI." Akaashi menarik Iwa ke dalam pelukannya lagi, lalu duduk di sampingnya.
Seketika Iwa merasakan hangat dan bahagia dihatinya, Ia bersyukur karena masih punya teman-teman yang benar-benar peduli padanya, dalam kondisi apapun itu.
"Sorry, gue cuma gak bisa nahan amarah gue kemaren. Gue kesel banget, gue kalut dan gak sengaja ngehukum diri gue sendiri karena itu." Iwa tersenyum miris.
"Bilang, cerita semuanya, sekarang!" Dengan kompak mereka berseru, dan Iwa tidak bisa membantah perintah yang satu itu.
Iwa pun menjelaskan keseluruhnya, Ia tidak bermaksud menjelek-jelekan Oikawa kepada teman-temannya, tapi Iwa berniat untuk mendapatkan solusi terbaik agar Ia bisa pula mendapatkan Jawaban yang memuaskan dari semua ini.
"Dan mungkin gue mau pisah, tapi gue masih mikir." Iwa tertunduk lesu.
"ANJING OIKAWA ANJING!" Semi menggebrak nakas. "Heh ssshhh kecilin suara lu." Akaashi mengingatkan.
"Sumpah gila banget laki lu Wak." Moniwa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Belagak gila ya si Oik, udah tua masih aja anjir!" Suga tak habis pikir.
"Hmm gw mau nanya bentar, terakhir kali kalian silaturahmi kelamin kapan?" Akaashi bertanya dengan tenangnya, seakan tidak memiliki dosa.
"Errr, 2 minggu yang lalu? Apa tiga minggu ya? Au deh lupa, kenapa Kash?" Iwa mengangkat bahunya acuh.
"Njir udah lama."
"Lama banget itu mah!"
"Hmm pantes aja." Akaashi mengangguk, mengerti sesuatu.
"Maksud lo apa?" Semi yang kini malah lebih penasaran dari pada si pemilik masalah.
"Gw gaada maksud bela Oik, gw juga gatau sejauh mana hubungan kalian, karena tiap orang punya kisah unik, romantis, sedih, menderitanya sendiri. Dan gw cuma gamau lu nyesel karena udah salah sangka duluan." Jelas Akaashi panjang lebar.
"Jadi maksud lu Oik ga salah?" Kini Suga yang ingin protes.
Akaashi menggeleng keras. "Gw gak ada bilang kalo Oikawa san gak salah."
"Dengerin Akaashi dulu." Moniwa menenangkan. Ia tau tidak mungkin ada orang di dunia ini yang tidak marah bila suami atau istri mereka selingkuh dan main belakang bukan?
Dan Moniwa tau, Akaashi memahami itu, hanya saja dengan cara yang berbeda.
"Gini, bukti itu belum kuat. Ini hubungan pernikahan, bukan pacaran yang kalo bosen atau gimana bisa langsung putus, ada anak, dan dua keluarga yang saling terikat jadi satu, ibarat satu tubuh, nadi, hati, dan otak." Iwa terdiam, mencoba meresapi dan mencerna apa yang ingin disampaikan oleh Akaashi.
"Kan gak lucu kalo lu salah sangka trus salah kaprah, ujungnya lu lu juga yang nyesel, anak lu yang gatau apa-apa jadi ikut kena."
"Jadi?" Iwa bertanya.
"Jadi gw gamau lu ngejudge dia sebelum lu punya bukti yang lebih nyata dan mutusin buat pisah gitu aja." Semua terdiam. Memang benar Iwa belum tau siapa wanita itu?, dari mana tanda kemerahan itu berasal? Dan bagaimana semua itu bisa terjadi?
"Oke gue ngerti maksud Akaashi." Semi mengangguk, Suga dan Moniwa juga. "Dan gue ada sedikit saran."
"Lo tadi ada bilang 'apa mungkin dia bosen sama lu? Terus nyari yang laen kan?'" Suga bertanya.
"Lu nyalon ke Moniwa aja, perawatan, spa gitu." Usulnya.
"Nah boleh tuh, sekalian lu make deh pakean seksoy gitu, nanti gue pesenin gampang!" Sambung Semi.
"Cari suasana yang pas juga buat into mood, terus soal parfume lu bisa nanya ke Yaku." Akaashi menambahkan.
"Intinya lu manjain dan kasih perhatian lebih ke dia, bikin dia berpaling lagi ke lu!" Moniwa mengangguk, meyakinkan.
Iwa nampak berpikir sejenak, lalu menggeleng keras. "Gak gak gak, bukan gue banget itu!"
"Jadi beda sesekali, buat kebaikan gaada salahnya kali."
"Lo mau kalah ama tuh cewek?"
"Udah coba aja, percaya sama kita."
Iwa menghela nafasnya. Membayangkannya saja Ia sudah geli bukan kepayang, apalagi mempraktikannya? Bukan geli pada suaminya, hanya saja Iwa bukan type Uke yang menye-menye cute like the other's dia Uke nyali baja.
"Dan satu lagi!" Semi tersenyum licik, "Gue ada ide buat lu nyelidikin suami lu, dan memberantas si cewek tengik itu. Gimana?" Iwa menelan ludah, ini bagian yang paling Ia nanti-nantikan.
Dan apakah itu?
(Bonus)
ーーーーーーーーーーーーーーーーーーー
TBC!
Next Chapter
(Masih Dirahasiakan)
Selamat malam people-!💓✨
Ujan gak? Dingin banget;( stay safe ya kalian!
║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║
©️ Ello'rawsky , 2O21
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro