Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛ ❏ 𝐅𝐫𝐮𝐬𝐭𝐫𝐚𝐭𝐞 ¡!•OikIwa•

Saran : bacanya sambil dengerin lagu Afgan ft Raisa yang Percayalah dari awal sampe abis diulang", gw nulisnya sambil dengerin dan gatau knp mata gw kelilepan😂. Tapi kalo gamau jg gapapa kok🤣
Ok abaikan, happy reading-!🌼
ーーーーーーーーーーーーーーーーーーー

Dua hari berlalu...

Semua sudah kembali normal, tidak sepenuhnya normal. Iwa sudah boleh pulang ke rumah setelah menjalani beberapa pengecekan pada seluruh tubuhnya dan memastikan bahwa tubuhnya memang baik-baik saja.

Iwa pun memutuskan untuk tidak menanyai atau membahas apapun mengenai masalah kemarin dengan suaminya, Ia harus menunda hal tersebut. Walaupun harus mengorbankan rasa penasarannya.

Setidaknya sampai Ia menemukan kebenaran dengan kedua mata kepalanya sendiri, Ia harus menggali bukti yang sedang dikuburkan suaminya tersebut.

Sesuai dengan arahan teman-temannya kemarin, Iwa sudah membulatkan tekatnya, bahwa Ia akan mencoba beberapa saran dari mereka. Dengan antisipasi, bila rencana pertama gagal maka Ia sudah memiliki rencana kedua.

Tanpa sepengetahuan Oikawa, ada sekitar 6 paket yang sampai ke kediaman minimalisnya. Pesanan Iwa? Tentu saja semua dari Mom's Squad.
1. Sepuluh bucket bunga mawar dan lily dari Akaashi
2. Tiga kotak parfume dari Yaku
3. Sekotak perlengkapan isi bondage, lingerie, stocking & pakaian dalam lainnya dari Semi
4. Sebotol anggur merah high class dari Kita
5. Sepaket setelan berisi baju cosplay kucing dan kelinci dari Suga
6. Alat bdsm (pecut, vibrator, borgol, dll) & sekotak permen spesial dari Moniwa
Iwa menyimpan ke enam paket berbahaya itu di bawah kolong ranjang, Ia tidak ingin salah satu anak ataupun Suaminya menemukannya.

Iwa tidak akan menggunakan semua itu dalam satu waktu, Ia sudah menyusun rencana serapih mungkin. Ia sudah amat cukup berterimakasih kepada sahabatnya, jadi sekarang, semuanya ada ditangannya. Dan Ia akan mengeksekusi Oikawa dengan kasih sayangnya.

Sudah 2 hari ini pun Oikawa tidak lagi pulang larut, Ia pulang seperti biasa yaitu jam 6 sore. Dan Iwa menganggap itu hanyalah karena dirinya yang kemarin masuk rumah sakit, tapi Ia tidak yakin Oikawa akan kembali melakukan apa yang dilakukannya seminggu belakangan itu atau tidak.

📌Percobaan Pertama-!

Semua berawal dari pagi hari, awalan yang sangat bagus untuk memulai segalanya. Iwa melirik jam beker berwarna putih di atas nakasnya, di samping kanan dan kiri jam beker itu ada sebingkai foto berisi dirinya, Oikawa, Kinda dan juga Tobio yang saling memeluk dan tertawa bersama.

Tertera pukul 05.15, Iwa melirik suaminya yang masih terpejam damai dalam tidurnya. Dengan selalu mengingat tiga hal di kepalanya yaitu, 'Tidak ada kata kasar, berikan perhatian ekstra, dan menjadi super sabar." Iwa tidak menambahkan kata 'akan selalu tersenyum' karena Ia tidak akan bisa menahan yang satu itu.

Di cubit pelan pipi kanan Oikawa, "Bangun bangun."
Oikawa tidak bergeming, Iwa menghela nafas, kalau bukan karena rencana sialan itu Iwa bersumpah akan menendang Oikawa seperti biasa agar terjatuh dari ranjang lalu bangun. Namun, Ia harus menahannya.

Iwa pun mencari akal, bagaimana caranya supaya bisa membangunkan Oikawa tanpa kekerasan. Iwa memencet kedua lubang hidung Oikawa, dan menahan jalannya oksigen masuk ke dalam hidungnya.
Oikawa bangun? Tidak.

Ia malah membuka mulutnya dan tetap mendapat pasokan Oksigen dari sana, seperempat garis melengkung sudah ada di dahi Iwa. Ia memang mudah kesal. Dengan berat hati Iwa menghela nafasnya lagi, menghadapi Oikawa memang tidak bisa menggunakan kelembekan.

Iwa pun bangkit dan menyibak selimutnya, Ia berjalan ke kamar mandi dan mengambil gayung yang sudah di isi air setengahnya. Mendekati Oikawa lalu menyiprat-nyipratkannya tepat di wajah.

"Ujan-ujan... Iwachan bocorr!" Oikawa menutupi wajahnya dengan bantal di kepalanya. "Rumah dikalangan elit kok bocor!" Oikawa misuh-misuh dengan mata terpejam, lalu kembali tidur.

Iwa sudah mencapai batas kesabarannya, Ia pun menarik bantal itu lalu mengguyur Oikawa tepat di wajah. "E anjir bocornya makin parah!" Oikawa pun sadar, dan gelagepan.

"Uhuk uhuk!" Lalu terbatuk-batuk karena ada beberapa air yang masuk ke dalam mulut, hidung serta telingnya. Sebagian seprey itu sudah basah, rambut dan selimut serta babydol yang dipakainya juga sudah basah.

Oikawa pun bangkit dan melirik Iwa yang bertolak pinggang dengan gayung di tangan kanannya, siap memukul pantat tepos Oikawa kapan saja. Wajahnya sudah kesal bukan main. "E-eh Iwachan?"

"Jangan pukul aku!" Oikawa segera bangkit dan lari tunggang langgang masuk ke dalam kamar mandi lalu menguncinya.

Gagal. Langkah pertamanya gagal, niatnya ingin membangunkan Oikawa dengan manis lalu memberi morning kiss namun, gagal. Namun Iwa tidak menyerah, walaupun langkah awalnya gagal, Ia masih mempunyai segudang cara untuk membuat Oikawa kembali.

📌 Percobaan Kedua-!

Malam itu, Oikawa sedang mandi. Ia baru saja pulang dan langsung berendam dalam bak mandi karena penat di kepalanya. Iwa tentu tidak membuang kesempatan besar itu, Ia segera mengambil tiga buah permen spesial rasa anggur dan menaruhnya diatas nakas. Tidak lupa sebotol berisi minyak pelumas yang biasa mereka gunakan.

Ceklek!

Oikawa sudah selesai dari acara mandinya, keluar dengan hanya memakai boxer. Tangannya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk sambil berkaca. Iwa buru-buru masuk ke dalam kamar mandi untuk mempersiapkan diri.

Tidak sampai 10 menit Iwa keluar, hanya mengenakan handuk di tubuhnya, berjalan mendekati kaca dan memakai parfume pemberian Yaku. Lalu berbalik, mendekati Oikawa pelan-pelan dengan langkah erotis. Ia mencoba meniru beberapa gerakan dari film yang sempat Ia tonton, dimana si penggoda menggoda yang di goda.

"Ayah." Panggilnya pelan. Tangannya mengelus pelan selimut yang menyelimuti Oikawa, tidak ada jawaban. Iwa memiringkan kepalanya sedikit, dan...

Zonk!

Oikawa sudah mendengkur dan tertidur pulas.
Rencana keduanya juga gagal.

📌 Percobaan Ketiga-!

      Sore hari, sekitar pukul 16.50 Iwa berkutat dengan perlatan dapurnya. Mulai dari merebus pasta, menumis daging yang sudah di cincang dengan bawang bombay sampai meracik saus tomat yang dicampur saus pasta lalu menuangkan anggur merah high class ke gelas kaca khusus untuk anggur.

Menata seluruhnya di meja makan yang telah di hiasnya dengan taplak meja, tissue yang sudah di bentuk sedemikian rupa, dan juga vas bunga lalu lilin aroma terapy yang sudah tertata rapi di meja.

Setelah memastikan semuanya sempurna tanpa cela, Iwa masuk ke dalam kamarnya.

Kamar bernuansa putih dengan sedikit sentuhan hijau tosca di beberapa sisinya itu pun sudah dihiasnya dengan bunga-bunga mawar merah berbentuk love dan bertuliskan "I love you", di atas ranjang ada beberapa lampu hias yang menyala, kemudia balon-balon berwarna senada ikut menghiasi kamar tersebut.

Iwa berjalan mendekati beberapa lilin yang sudah tertata dari sepanjang pintu masuk hingga ke ujung ranjang mereka. Kemudian mengambil korek gas dan mulai menyalakan satu-persatu lilin aroma terapy tersebut. Seluruh penjuru kamarnya sudah amat sangat wangi aroma bunga vanilli sekarang.

Iwa memendarkan manik hitamnya ke seluruh dekorasi yang ada di kamarnya, membuatnya sedikit merasa kembali pada beberapa tahun silam, saat Ia baru pertama kali menginjakkan kaki ke rumah tersebut. Saat dirinya menjadi pengantin baru dengan Oikawa.

Iwa tersenyum lalu menatap pantulan dirinya di cermin, jarinya sedikit membenarkan posisi dasi kupu-kupu yang dipakainya, kemudian menyisir rambutnya kembali dan menyemprotkan parfume ke jasnya.

Iwa menatap dirinya sendiri dari atas hingga bawah, Ia tidak pernah melakukan hal seperti mempersiapkan segala sesuatu yang manis sebelumnya ataupun merias diri, ini benar-benar pertama kalinya. Biasanya Oikawa lah yang sering memberi Iwa kejutan dan mengajaknya makan malam direstoran mewah. 'Smoga lu suka deh' Bisiknya pada diri sendiri.

Malam ini sampai jam 9 Iwa bisa bebas berduaan saja dengan Oikawa, karena Tobio tadi sudah izin akan mengantarkan Shoyou membeli kado, sedangkan Kinda akan belajar bersama di rumah Kunimi. Jadi mereka akan pulang terlambat, tentu saja Iwa sudah membatasi jam terlambat mereka yaitu hanya sampai jam 9 malam saja, jika terlambat lebih dari itu maka mereka akan mendapat hukuman berupa mengosek kolam renang yang ada di belakang hingga kinclong.

Tin Tin!

Itu suara klakson mobil Oikawa, Iwa langsung mengintip dari gorden jendela kamarnya, dan benar saja mobil SUV hitam itu sudah mulai memasuki perkarangan rumah, Iwa pun bergegas menuruni anak tangga untuk menyambut kepulangan suami.

'Calm down, calm down' Iwa menggebuk-gebuk dadanya sendiri karena jantungnya serasa ingin loncat keluar detik itu juga, Ia benar-benar nervous sekarang. Rasa nervous-nya juga membuat perutnya jadi tidak karuan, Ia mulas. 'Kenapa gini banget deh, stay cool!' Iwa mengumpat dalam hatinya, merasakan reaksi-reaksi yang berlebihan dari dalam dirinya.

Dibukalah pintu tersebut, Oikawa yang baru saja ingin mengetuk pintu nampak terkejut, pakaiannya sudah sedikit berantakan, wajahnya pun terlihat lelah. Iwa buru-buru mengambil berkas dan tas yang sedang dipegang Oik dan menyuruhnya masuk. "Iwachan? Tadaima~!"

"Okaeri."
Mereka berdua masuk ke dalam. Iwa melirik jam, tepat pukul 6 malam. Oikawa berbalik dan memandangi Iwa dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Iwachan mau pergi kemana? Rapih banget, kondangan? Jam segini?" Oikawa langsung melontarkan beribu pertanyaan sambil melihat jam di pergelangan tangannya lalu menatap istrinya kembali. Iwa menggeleng, "Satu-satu kek nanyanya, mau dinner." Jawabnya pelan, lalu langsung mendorong Oikawa begitu selesai menaruh tas dan berkasnya ke meja.

Mereka sudah ada diruang makan sekarang, Iwa mendudukan Oikawa di kursi yang telah di sedikannya. "E-eh? Iwachan nyiapin semua ini?" Manik lelaki itu berbinar, menatap hidangan sepesial dan juga sebotol anggur disampingnya.

"Menurut Ayah?" Iwa bertanya, tangannya sibuk menekan tombol pada audio speaker yang sudah disambungkannya dengan handphone-nya. Dan mulai memutar lagu Percayalah by Afgan & Raisa, lagu tersebut sengaja di setting agar otomatis berulang. Lalu kaki-kakinya menjauh dari sana dan mendekati meja dimana Oikawa berada.

"Bunda tumben banget, ada apanih? Hari jadi kita kan bukan sekarang?" Oikawa menatap wajah istrinya intens, Iwa membuang wajahnya ke arah lain, tidak bisa menatap tatapan suaminya itu. "Ya gapapa, emang kalo mau dinner date gitu harus nunggu hari jadi?" Tanyanya balik. Oikawa terkekeh, "Ya enggak sih, yadah boleh makan sekarang?" Iwa mengangguk.

Iwa merasa bahagia, berfikir mungkin renacanya kali ini akan berhasil.

Mereka pun mulai makan dalam diam, sesekali mereka saling melempar topik lalu menyuapi satu sama lain kemudian bersulang. Iwa memperhatikan wajah Oikawa, tidak ada yang berubah. Wajah tampan itu masih terlihat sama seperti dulu, namun Iwa tau benar ada kegelisahan di dalam mata cokelat suaminya itu. Entah apa yang dipikirkannya, Iwa ingin segera mengetahuinya.

Iwa pun menyudahi acara makannya, Ia bangkit dan menghampiri Oikawa. "Wanna dance with me tonight?" Tubuhnya merendah dan bertumpu pada salah satu lutunga sambil mengulurkan tangan kanannya. Ada smirk kecil yang tercetak jelas di wajah Oikawa, Ia tidak habis pikir apa yang terjadi dengan istrinya karena perubahan drastis belakangan ini, siapa bilang dirinya tidak sadar? Ia sangat sadar namun Ia hanya diam.
"Sure, my beloved man."

Diterimalah tangan itu, Oikawa menarik pinggang Iwa untuk merapatkan tubuhnya, dan tangannya yang lain menggenggam tangan Iwa erat, seakan tak ingin melepaskannya. Dan tangan Iwa bertumpu pada bahu kekar Oikawa. Sudah lama mereka tidak bersentuhan dalam jarak sedekat ini, terhitung semenjak bertengkarnya mereka sebelum berangkat ke Villa.

Kaki-kaki itu mulai bergerak, mengikuti alunan musik yang bertalu menggema mengalun indah di seluruh penjuru ruangan. Mereka seakan tenggelam di dalamnya, menikmati setiap detik dan menitnya kebersamaan dalam suasana romantis yang membuat siapa saja merasa haus, selalu ingin tinggal dan menetap berada di dalamnya.

Lalu wajah mereka berdekatan, Iwa menutup kedua matanya dan Oikawa sudah siap mencium bibir itu tapi...

Kring.. Kring...

Ponsel Oikawa menggema. Oikawa pun melepas Iwa dan meraih ponselnya dikantung celananya. Bergerak menjauh untuk menerima telefon. Iwa menghela nafas kecewa lalu mematikan lagu dan mengambil ponselnya dari sana, diam-diam Ia mengikuti Oikawa dari belakang dan bersembunyi di balik tembok.

"Ya?" Samar-samar Iwa menguping pembicaraan Oikawa entah dengan siapa?
"........"
"Ya aku tidak lupa, aku akan kesana sekarang."
"........"
"Iyaiya, jaa na."

Oikawa menutup telefonnya, Berjalan keluar dan mengambil kunci mobilnya. "Ayah mau kemana?" Oikawa sedikit terkejut, namun wajahnya langsung kembali seperti semula. "Aku mau keluar ada urusan, bakal pulang malem jadi gausa nungguin aku, aku gamau kamu sakit lagi." Oikawa mengelus pelan puncak kepala Iwa dan berlalu sebelum Iwa mengatakan apapun. 'Buru-buru banget, mau kemana emang?' Iwa membatin tidak enak.

Tanpa pikir panjang, Iwa pun lekas mengambil kunci mobilnya, dan bergegas mengikuti Oikawa. Kali ini Ia harus berhasil menguak apa yang sebenarnya disembunyikan Oikawa? Apa yang dilakukannya? Dan apa ini berkaitan dengan perempuan kemarin?


Mobil BMW silver milik Iwa berhenti di depan sebuah pohon rimbun, dari sana Iwa bisa melihat dengan jelas siluet Oikawa yang keluar mobilnya selepas parkir lalu masuk ke dalam gedung bercat hitam yang bertuliskan Shinzen Hotel diatasnya.

Tidak lama Iwa ikut keluar dari mobil, menyebrang dan mengikutinya. Sesampai di dalam hotel bintang tujuh tersebut, Ia disambut oleh dua pegawai yang adalah resepsionis. Di sisi kanan dan kiri ada empat lift dan empat lorong yang berbeda.

Iwa memendarkan maniknya, mencari keberadaan suaminya, namun tidak ada, tubuhnya sudah menghilang entah masuk ke lift yang mana. Dengan berat hati Iwa pun memutuskan untuk bertanya pada sang resepsionis.

"Selamat Malam Tuan, mau pesan kamar kelas apa dan untuk berapa orang?" Tanya salah satu resepsionis. Iwa menggeleng, "Gak, saya mau nanya apa ada kamar yang di pesan atas nama Oikawa Tooru? Kalau iya saya mau nanya nomor kamarnya berapa ya?" Jelasnya terburu-buru.

"Oh sebentar saya liat dulu." Iwa mengangguk, dan pegawai resepsionis itu mulai mengetikkan sesuatu pada layar datar komputernya. Lalu sang pegawai menoleh ke Iwa lagi "Tapi Tuan ini ada keperluan apaya?" Iwa menggigit bibirnya sebentar. "Saya temannya." Dan sang pegawai pun mengangguk.

"Mohon maaf tapi tidak ada kamar atas nama Oikawa Tooru disini, apa Tuan tidak salah orang?" Tanya pegawai itu. Iwa nampak berpikir, berusaha mengingat nama perempuan yang sempat mengirimkan pesan pada suaminya.

'Marie-chan?' Seketika Iwa mengingatnya. "Saya lupa... Marie, apa ada nama Marie?" Ulangnya. Sang pegawai pun melirik curiga, namun tetap mencari nama tersebut di layar komputernya. Peduli setan mau di curigai atau tidak, yang Iwa butuhkan sekarang hanyalah mengetahui apa yang dilakukan suaminya disini.

"Ada, hanya ada satu nama Marie disini, kebetulan kamar ini baru saja di pesan secara online pukul empat tadi. Nomor kamarnya 303." Sang pegawai menoleh ke depan lagi dan betapa terkejutnya karena Iwa sudah tidak ada di hadapannya. "Pergi kemana orang tadi?" Tanyanya pada teman disampingnya.


Iwa menatap sebuah pintu cokelat besar di hadapannya, terdapat sekotak papan bertuliskan angka 303. Iwa sudah berdiri disana sejak 10 menit yang lalu. Tetapi Ia tidak punya cara untuk bisa masuk atau bahkan sekedar bertamu ke ruangan tersebut.

Iwa memejamkan matanya, berbisik dalam hati sekuat tenaganya ' Ya Tuhan, tolong beri aku cara agar bisa masuk, tidak aku hanya ingin melihat Oikawa. Kumohon!' Batinnya berteriak penuh harap.

"Tuan?" Iwa membuka matanya karena terkejut, ada seseorang yang memanggilnya. Berdirilah seorang berbaju putih dengan bordiran 'Pizza hug' , ditangannya ada sekantong besar berisi kotak pizza. 'Pizza Driver?' Tanyanya dalam hati.

"Ahiya?" Tanya Iwa.
"Tuan yang tadi mesen pizza?"
Iwa menggigit bibirnya, ingin berkata tidak namun "Ini kamar Tuan kan?" Tanyanya lagi sambil menunjuk ke arah pintu, karena Iwa tak kunjung menjawab.

"Ah iya!-" Iwa melirik ke pizza tersebut. "-Pizza pesenan saya?" Pegawai itu pun mengangguk. "Pizza medium with cheese and sausage kan?" Iwa mengangguk lagi, dan mengambil sejumlah uang dari dalam dompetnya.

"Eh bapak gausah bayar lagi, kan udah di bayar."
"Gapapa ini tip, makasih ya." Ucap Iwa kikuk lalu memberi sejumlah uang padanya.
"Oke, makasih banyak Tuan, ini Pizzanya, saya permisi." Pegawai itu memberikan Pizza lalu meninggalkan Iwa.

"Thanks God!" Gumannya. Lalu menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Menatap kembali pintu cokelat besar itu dan mempersiapkan dirinya. Ia harus bisa melakukannya. Semua demi kelanjutan hubungannya.

Iwa mulai menekan bel disamping pintu tersebut beberapa kali, tidak lama pintu itu pun terbuka.

Ceklek!

"Pizza Driver ya?" Sapa seorang gadis berkawat gigi dengan kacamata. Suara lagu No Compares to you by Gryffin menggema keras hingga keluar kamar. Iwa memandang gadis itu lalu mengangguk, kemudian maniknya melirik ke dalam.

Hal pertama yang Iwa liat adalah lampu gantung, tembok bercat putih, sofa panjang berwarna abu, meja, vas bunga, bingkai bergambar buah dan...

Seketika maniknya melebar, melihat seorang pria yang sangat Ia kenal, sedang memunggunginya dan berhadap-hadapan dengan seorang gadis yang lebih pendek darinya, tubuh itu tidak memakai atasan, kedua kepala mereka sangat dekat dan semakin dekat, lalu mereka berciuman dan kotak pizza itu tidak sengaja dijatuhkannya ke lantai.

Prak!

"Eh?" Iwa menunduk, menatap pizza itu kemudian membungkuk 90 derajat memohon maaf lalu segera pergi dari sana. "Pak? Hey tunggu!" Teriak gadis dengan kacama itu. Oikawa pun menoleh "Ada apasih Rin?"
"Gak tau tuh, udah jatohin pizza main lari gitu aja." Oikawa memunculkan kepalanya dari ujung pintu, namun Ia tidak melihat siapapun disana.

Iwa berlari secepat yang Ia bisa, Ia tidak ingin melihat itu semua, Ia tidak ingin berada disana lagi, Ia tidak ingin melihat wajah Oikawa lagi. Dadanya sesak, matanya berkabut.

Bugh!

Sudah ke tiga kalinya Iwa terjatuh karena tersandung oleh kakinya sendiri. 'Kenapa lari bodoh?!' Teriak pikirannya pada dirinya. Iwa sendiri tidak mengerti kenapa dirinya lari?

Iwa bangun kembali , Ia sudah keluar dari Hotel tersebut, beberapa orang melihat ke arahnya dengan bingung.
Iwa menghapus air matanya dengan kasar, sungguh memalukan menangis ditengah keramaian bukan?

Ia tidak habis pikir, Oikawa sanggup meninggalkannya hanya untuk perempuan tersebut.

"Cukup, gue gak bisa lagi." Lirihnya.

Iwa segera masuk ke dalam mobilnya, menguncinya. Kepalanya sedikit merasa pusing, mungkin efek dari anggur yang tadi Ia minum baru bereaksi sekarang. Seketika tangannya sibuk mengetikkan sesuatu pada layar ponsel pintarnya.

Chat with penikmat batang suami bukan batang es krim🍦 Group Chat

Iwaicumi🦑
@musimsemi🍁 @uangkash🌹 @sugakwaras👙 @monyetwa🐒 @kitete🐛 @yakuntul🌼
siapapun gue minta tolong,
gue nitip Kinda
sama Tobio, lusa atau
4 hari lagi gue ambil. 

MusimSemi🍁
Lah? Lu mau kemana emg?

Sugakwaras👙
Oikawa kemana emang?

Monyetwa🐒
Oh udah baikan lu ya? Mau bulan madu lagi?

UangKash🌹
Congratss Wak-!
Gimana lancar?

Yakuntul🌼
Weh parfume dari gua gimana? Enak kan?!🌝

Kitete🐛
Anggurnya enak kan? Itu gue pesenin langsung dari pabriknya

Iwaicumi🦑 left the group.

Iwa left dari semua grup dan mematikan handphonenya, lalu membantingnya ke samping. Ia memejamkan matanya, sambil memantuk-mantukkan dahinya pada stang stir mobilnya berkali-kali.

"Kalo lu capek sama gue ya ngomong, jangan gini caranya, bajingan!" Iwa mengumpat.

Ia benar-benar kalut, dan ingin sendirian untuk saat ini, tanpa diganggu dan ditanya oleh siapapun. Ia benar-benar merasa kecewa dan sakit. "Maafin Bunda, Kinda.. Tobio.." gumamnya pelan.

Iwa menyalakan mesin mobilnya, menancap gas dan melesat membelah jalanan lenggang malam itu.

Hanya satu hal yang ada dipikiran Iwa sekarang, Ia harus pergi. Entah kemana? Tapi Ia akan pergi meninggalkan kota tersebut sekarang juga. Setidaknya untuk sementara waktu.

[BONUS]

ーーーーーーーーーーーーーーーーーーー

TBC!
Next Chapter
(xxxxxxxxx)

Selamat malam people-!🌹✨
Tidur lebih awal karena besok JJK update~!
Gomen na, tulisanku ga sebagus orang-orang, kalo bacanya pada bosen maapin ya🥺 ide tu banyak banget dikepala tapi kadang sulit digambarkan dengan kata-kata jadi kalo kadang tulisannya terkesan maksain, gomen ne..
Jangan lupa vote-!💓✨
Thankyou-!🌹

║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║

©️ Ello'rawsky , 2O21

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro