˚𓏲 𝐒𝐦𝐚𝐥𝐥 𝐓𝐚𝐥𝐤 ७
Hallo people! Aku kembali bersama edisi Spesial Valentine! Aku bagi edisi ini menjadi dua part,
smoga kalian suka ya!
Sorry typo bertebaran, dan garing mungkin(?) okay abaikan!
Enjoy people! 🌷🐇
And Happy Reading!🌿🦄✨
┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉┉
🏡፧ Kediaman Sawamura
Dari gerbang besar bercat cokelat yang lumayan tinggi itu nampaklah 5 remaja laki—laki yang masih lengkap menggunakan seragam, tas dan beberapa bungkus tote bag yang dipercayai adalah hasil belanjaan mereka ditangan.
Yamaguchi si pemilik rumah pun masuk lebih dulu dan mempersilahkan keempat temannya masuk, ada Shoyou, Goshiki, Kunimi dan terakhir Shiba.
"Tadaima!" Setelah melepas sepatu dan menaruhnya pada rak khusus sepatu, Yamaguchi melangkah gontai dengan sandal rumahnya.
"Sumimasen, hai tte kima su!" Ucap sopan keempat remaja laki—laki itu, mereka juga sudah selesai melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal khusus rumah yang sudah diberikan oleh Yamaguchi.
"Okaeri Yama! Eh? Sini masuk–masuk!" Sugawara, Pria berambut perak yang memiliki bintik kecil dibawah mata kirinya itu baru saja keluar dari ruang bacanya, mengerling semangat menatap keempat remaja laki—laki yang masih berdiri dekat pintu masuk.
"Hallo Bunda Suga!" Sapa keempat remaja laki—laki itu tidak kalah semangat, menunduk 90 derajat sebelum benar—benar melangkah masuk ke dalam.
"Hallo sayang! Pada bawa apatuh? Banyak banget." Tanya Sugawara iseng, sebenarnya Ia sudah tau bahwa mereka akan meminjam dapur kesayangannya untuk membuat beberapa makanan manis untuk orang spesial di hari spesial.
"Itu... Yama belum bilang ke Bunda?" Tanya Goshiki, maniknya mengedip lucu. Sugawara menggeleng, dan mereka berempat saling pandang. Lalu tidak lama memandang kembali wajah Sugawara yang kini menahan mati—matian tawanya.
"Bunda.." itu Yamaguchi, muncul dari balik tubuh Sugawara. Ia baru saja selesai mandi dan mengganti seragamnya menjadi celana polos berwarna hijau army, dan kaus agak longgar berwarna hijau muda bergambar salah satu tokoh kartun Disney yang sangat di sukainya dari kecil. Yamaguchi menatap Ibundanya, seakan memberikan kode untuk berhenti menggoda teman—temannya.
Sugawara menoleh dan tertawa, "Iyaiya, happy cooking ya anak-anak! Bunda mau siap-siap dulu–" Sugawara menghentikan kalimatnya, maniknya melirik pada jam dinding berbentuk bulat yang menempel pada dinding kayu ruang tamunya. "–Soalnya 20 menit lagi Bunda mau keluar, ketemu mommy–mommy kalian." Sambung Sugawara, tangannya secara cepat mengusak masing—masing rambut dari keempat remaja laki—laki itu.
Lalu pandangannya berpindah menatap putra bungsunya, tangannya kini mengusak rambut putra bungsunya itu. "Kebetulan, Ayah pulang telat malem ini, dan kakak–kakakmu pada izin mau beli bahan buat kerja kelompok gitu, jadi sampai jam 8 rumah ini jadi milik kalian, silahkan pakai dapurnya, tapi ingat rapihkan lagi sesudahnya." Sugawara tersenyum mengingatkan.
"Iya Bunda! Arigatou Gozaimasu!" Jawab kelima remaja itu serempak. Sugawara pun mengangguk dan berjalan menaiki tangga, menuju kamarnya, bersiap–siap. Sementara kelima remaja itu melesat menuju dapur selepas menaruh tas mereka di sofa ruang tamu.
Beberapa hari lagi adalah tanggal 14 Februari, dan hari itu dikenal dengan sebutan Hari Valentine, atau Hari Kasih Sayang. Dimana hampir seluruh orang akan merayakannya, dengan cara memberikan sesuatu atau menghabiskan waktu bersama dengan orang–orang tersayang sebagai bentuk dan apresiasi mereka kepada orang–orang tersebut dalam hal mencintai dan menyayangi.
Sekarang, kelima remaja itu sudah berdiri di posisi mereka masing–masing. Lengkap dengan celemek yang melekat sempurna pada tubuhnya yang masih terbalut seragam HHS, kecuali Yamaguchi. "Jadi mau buat apa dulu nih?" Goshiki bertanya, maniknya menatap satu persatu bahan yang sudah tertata rapih di dalam mangkuk kaca bening pada meja.
"Kita sepakat buat Cokelat sama Cookies kan?" Shoyou bertanya dengan semangat, tangannya menggoyang–goyangkan sendok kayu. Keempatnya mengangguk. "Yaudah kita bagi kelompok aja biar cepet." Saran Goshiki.
"Boleh! Aku Cookies!" Sorak Shoyou dan Shiba.
"Aku cokelat!" Ujar Goshiki.
"Aku kunimi." Ucap Kunimi datar.
"Eeeeehhhhhhhhhh?" Keempat remaja itu menengok dramatis ke arah temannya yang kemungkinan memiliki kepribadian paling berbeda dengan yang lainnya.
"Yang bilang kamu adonan siapa Kuni?" Tanya Shiba, memiringkan kepalanya.
"Tidak ada." Balas Kunimi datar, lebih datar dari yang sebelumnya.
"Hadehh." Goshiki menepuk dahinya sendiri. Sedangkan Yamaguchi dan Shoyou sudah tergelak sambil memegangi perutnya.
"Yaudah ayo mulai, waktu kita gak banyak lho." Shibayama melirik teman–temannya. Seusai puas tertawa dan memperdebatkan pembagian kelompok mana yang akan masak apa, beginilah hasil akhirnya.
Kunimi, Shibayama dan Shoyou yang akan membuat cookies, sedangkan Goshiki dan Yamaguchi yang akan membuat cokelat.
Dimeja juga sudah ada beberapa bahan yang akan digunakan, yaitu berupa bahan untuk membuat Cookies adalah ;
— 100gr Butter
— 100gr Margarine
— 100gr Gula Pasir Halus
— 200gr Tepung Terigu
— 1/2 sdt Baking Powder
— 1 Butir Telur
— 100gr Chocochips
— 2 sdm Cokelat Bubuk
Dan bahan untuk membuat Cokelat yaitu ;
— 1kg Dark Chocolate
— 1kg White Chocolate
"Yamaguchi, kamu betah sekali bersama dengan Tsukishima." Celetuk Goshiki, tangannya sibuk menekan-nekan cokelat pada mangkuk yang dibawahnya ada panci berisi air panas. Fungsinya agar cepat mencair atau meleleh.
Yamaguchi menoleh, remaja dengan beberapa bintik kecil kecokelatan di kedua pipinya itu juga melakukan hal yang sama, sebelum beranjak mengambil beberapa cetakan dengan berbagai macam bentuk yang akan menjadi wadah cokelat lumer tersebut.
"Ehm, apa maksudmu?" Yamaguchi tidak mengerti kemana sebenarnya arah dari pertanyaan Goshiki itu. Karena itu terkesan terlalu ambigu menurutnya.
"Ya, diantara kami semua, kamulah yang paling betah berlama–lama dengannya Yams." Jelas Goshiki, tangannya sibuk menuangkan cokelat yang sudah meleleh ke dalam wadah berbentuk hati, beruang, dinosaurus, dan juga kotak persegi.
"Iya juga! Aku pernah dengar, kalau Cowok garem menyebalkan itu suka banget sama yang namanya dinosaurus! Apa itu ada hubungannya dengan cokelat dinosaurus yang kamu buat Yams?" Celetuk Shoyou dari seberang, ya kelompok itu saling berseberangan dan berhadapan.
Belum juga menjawab, kini serangan kedua dari pertanyaan ambigu itu lagi–lagi menerkam Yamaguchi di tempatnya. Ada sedikit semburat kemerahan di kedua pipinya, belum ada yang menyadari hal tersebut sampai Shoyou berkata "Yams bernafaslah, wajahmu memerah tuh!"
Seketika Yamaguchi mematung, membalik badannya memunggungi yang lain sambil memasukkan wadah-wadah yang sudah terisi penuh oleh cokelat ke dalam freezer. Entah kenapa, dirinya serasa tertangkap basah sekarang.
"Kunimi juga, kamu saja diantara kami yang betah berlama–lama sama Bang Kinda." Ujar Goshiki, mencuci tangannya pada keran wastafel.
"Aku diam pun kena." Kunimi mendecak lidahnya, menatap agak sinis pada Goshiki. Temannya yang satu itu memang cukup pandai dalam hal memperhatikan seseorang, apalagi rasa penasaran yang tanpa batasnya itu, mirip sekali dengan Maminya, Semi.
"Pppffffttttt." Shoyou menahan suaranya. Yamaguchi menghela nafas, setidaknya topik itu tidak lagi diarahkan padanya. Shibayama sibuk mengaduk campuran tepung dengan chocochips dengan spatula, tidak terlalu memedulikan apa yang dibicarakan oleh keempat temannya itu, Ia memang mudah untuk tidak peduli pada sekitar, apalagi yang tidak ada sangkut paut dengannya, dan tidak penting baginya. Mengambil bakat yang diturunkan oleh Ibundanya, Kenma.
"Shoyou." Goshiki memanggil Shoyou yang baru saja menghentikan suara tawanya. Yang di panggil langsung bergidik, berharap bahwa Ia tidak ikut imbas dari pertanyaan—pertanyaan mengerikan tersebut. Goshiki melangkah pelan, lalu duduk di salah satu kursi.
"Kamu juga, kulihat dekat sekali sama Bang Tobio, kemana–mana pasti sama Bang Tobio, bahkan anak kelas ada yang bilang, kalau Bang Tobio sudah seperti bodyguard–mu." Jelas Goshiki ringan. Shoyou membulatkan matanya, merasa sial karena permohonannya tidak terkabul.
"Dan terakhir–" Goshiki menggantung kalimatnya, matanya mengekor mengikuti arah pandangan Shibayama yang sedang asik menaruh sesendok adonan berwarna kecokelatan pada loyang lalu ditekan—tekan agar pipih. "–Nee Shiba." Shibayama hanya berdehem sebagai balasan.
"Tiga hari yang lalu juga, aku melihatmu bersama Kak Inou di Toko Buku. Apa kalian memang sedekat itu? Aku baru tau." Goshiki berceletuk ringan, tangannya menopang berat kepalanya di atas meja, kakinya menyila di atas kursi yang di dudukinya.
Shibayama lantas menghentikan aksinya, maniknya kini menatap Goshiki penuh arti, bibirnya menukik ke atas, dan alisnya tertaut. "Lalu kenapa emangnya, kalau kami bersama ke Toko Buku?"
"Nah! Trus kenapa kalau aku kemana–mana sama Bang Tobio?" Pekik Shoyou.
"Dan kenapa emangnya kalau aku memang tahan berlama–lama dengan Tsuki?" Yamaguchi ikut membalikkan pertanyaan tersebut pada Goshiki yang agak terkesiap di kursinya.
"Hm, kenapa juga emangnya kalau aku sering bersama Kinda?" Sambung Kunimi, mereka berempat tidak terima dengan pertanyaan semenah–menah yang dilontarkan oleh Goshiki.
"Yaampun gays, kalian gakusah marah.. aku cuma tanya." Goshiki tersenyum, melihat reaksi dari keempat temannya itu. Tidak menduga bahwa reaksi mereka akan seperti itu. "Itu bukan nanya, tapi interogasi." Balas Kunimi.
"Yasudah gomen kalau kalian agak tersinggung sama pertanyaanku." Goshiki yang merasa tidak enak pun akhirnya mencoba meminta maaf kepada mereka, mereka saling pandang lalu tidak lama seringai iblis muncul di bibir mereka.
"Kamu sangat peka sama apa yang lagi dialami sama teman–temanmu ya Iki." Ujar Yamaguchi pelan.
"Iya, harus ku akui itu." Timpal Shoyou.
"Hm tapi..." Shibayama melirik Kunimi yang memasang wajah datarnya.
"Tapi kamu gak peka sama apa yang orang lain rasain ke kamu." Lanjut Kunimi, lalu memeletkan lidahnya, mengejek Goshiki yang mengernyit bingung di kursinya.
"Hah? Maksudnya?" Tanya Goshiki cepat, kini kepalanya sudah tidak bertumpu pada tangan lagi.
"Sayang banget ya."
"Ya, sayang sekali Iki."
Goshiki mendesah frustasi di kursinya, kini rasa penasarannya itu bertambah jadi dua kali lipat dari sebelumnya, maniknya menyerbu satu—persatu retina temannya, berharap menemukan jawaban lewat tatapan biasa mereka, namun usahanya sia—sia saja.
Ada keheningan sesaat yang menyelimuti mereka berlima di dapur luas itu, hanya ada suara ketukan keras pada meja, berasal dari wadah cokelat berbentuk Dinosaurus yang sudah mengeras sempurna. Lalu suara dentingan oven yang menandakan bahwa Cookies–nya sudah siap untuk diangkat, dan dimasukkan ke dalam toples agar kerenyahannya tahan lama.
"Nee..Goshiki." Panggil Shibayama, Goshiki menoleh dan menjawab "Iya Shiba?"
"Kamu gatau kan, kalo Bang Kanji itu suka sama kamu?" Seketika Shoyou, Yamaguchi, dan Kunimi membeku ditempatnya, sedangkan Goshiki secara tidak sengaja menyenggol sebuah mangkuk bening yang kosong hingga terjatuh ke lantai.
Prank!
Mereka semua berjengkit, melompat ke belakang, berusaha menghindari pecahan mangkuk yang tersebar kemana—mana. Dan beruntungnya, pecahan kaca itu tidak mencelakai siapapun. Goshiki terkesiap untuk yang kesekian kalinya, menatap pecahan mangkuk dan teman—temannya secara bergantian.
"Ano sa, maksudmu apa Shiba?"
˙·.·˙✦˙·.·˙✦˙·.·˙✦˙·.·˙✦˙·.·˙✦˙·.·˙✦˙·
🏡፧ Café Dé Laure
Sore itu, sekitar pukul 4 jalanan Kota A memang terlampau padat, karena di jam itu akan ada banyak sekali pegawai kantor, dan siswa—siswi sekolah yang saling berlalu lalang, bergerak pulang ke rumah masing—masing.
Sugawara menatap tajam pada lampu merah yang menghentikannya lumayan lama, berharap lampu Merah itu akan segera turun menjadi Hijau. Jari–jarinya meremat gagang setir, Sugawara benar–benar membenci lampu merah, apalagi kemacetan.
Tin!
Sugawara menginjak pedal gasnya lagi, mengemudikan mobilnya secepat dan seaman mungkin, menuju Dé Lauré Cafe. Cafe mini bernuansa serba putih, yang menyajikan berbagai macam makanan dan minuman manis. Seperti macam—macam short cake, cookies, pudding, caramel machiatto, americano hingga milk shake dan masih banyak lagi.
Bangunan Cafe itu berdiri kokoh pada ujung jalan, yang sedikit berhimpitan dengan gedung tinggi milik Itachiyama .Corp dan juga Kamomedai Deluxury Unit.
Sugawara menginjak pedal remnya, berhenti dan keluar, berjalan masuk mendekati Cafe tersebut. Dari balik kaca besar yang tertempel huruf sambung dan beberapa gambar makanan itu Sugawara dapat melihat ke sembilan pria dewasa yang tidak kalah cantik dari dirinya duduk dan berbincang di dalam.
Cleng!
Suara lonceng berbunyi bersamaan dengan pintu yang terdorong dan langkah kaki yang memasuki Cafe tersebut. Manis dan Nyaman, dua hal itulah yang Sugawara dapat simpulkan dari hanya memandang dan mencium aroma ketika memasuki Cafe.
"Itu dia! Si pemegang kocokan baru datang." Sembur Yaku dari kursinya, tangannya mengaduk segelas chocolatte with cream dengan sedotan steantlease yang diyakini Sugawara adalah miliknya. Pandangan Yaku mengarah pada Sugawara yang mendekat sembari tersenyum.
"Bisa–bisanya baru sampai." Timpal Iwaizumi dengan wajah ciri khas—nya, mereka bersembilan sudah memesan meja super panjang yang sanggup menampung mereka bersepuluh. Ya, sore itu personil mereka lumayan lengkap, ada Yaku, Kita, Akaashi, Iwaizumi, Ennoshita, Hanamaki, Kenma, Moniwa, Semi dan terakhir Sugawara.
"Gomennasai, siapa suruh memesan tempat yang jauh? Dan bukan di tempat biasa saja." Sanggah Sugawara, dirinya kini sudah duduk di samping Moniwa, satu—satunya kursi yang tersisa pada meja itu.
"Salahkan masalah itu pada Nyonya Ushijima." Jawab mereka serempak, lantas menunjuk Semi tepat di wajah. Yang ditunjuk mengedikkan bahunya lalu memanyunkan bibirnya. "Ayolah Gays... ini tempat baru! Biar gak bosan."
"Hah alasan saja." Moniwa menimpali, lalu menyesap secangkir cokelat panas dengan anggun. "Sugawara san, aku sudah pesankan Milo dingin kesukaanmu, silahkan minum dulu." Akaashi mendorong gelas kaca tinggi berisi cairan cokelat yang diyakininya memang Milo.
Sugawara pun mengangguk dan mengambil gelas itu. "Arigatou Akaashi."
"Nee Suga san, Apa benar Shiba ada dirumahmu?" Tanya Kenma, tangannya membelah sepotong pudding vanilla manggo di depannya. Sugawara mengangguk selepas menyesap minuman—nya. "Ya anak–anak lagi pada dirumah, minjam dapur, katanya sih mau bikin beberapa makanan manis gitu." Jelasnya.
"Manisnya." Balas Semi dan Akaashi.
"Yasudah kita mulai saja langsung pengocokan arisan bulan ini, Suga san mulailah!" Kita yang sejak tadi anteng memakan strawberry short cake nya pun angkat bicara. Sugawara mengangguk setuju, lalu mengeluarkan botol tabung berwarna silver yang sudah tertutup rapat, ada satu lubang kecil di atasnya.
"Ya, sekalian bahas masa depan anak kita." Sambung Moniwa tidak sabar.
"Hmm, apa ada info yang kulewatkan?" Tanya Yaku menggebu—gebu, hampir saja berteriak jika tidak ingat bahwa dirinya tidak sedang berada dirumah, melainkan ditempat umum.
"Ada." Balas Semi, lalu bersender pada kepala kursinya. Menunggu sang Kakak mulai mengocok botol tabung tersebut.
"Okay, aku akan mulai." Sugawara memegang botol tabung, dan membalik posisi botol tabung itu berlawanan, selembar kertas kecil berwarna putih yang sudah tergulung rapat itu keluar. Sugawara mengambil kertas dan menaruh botol tabung kembali disampingnya.
"Moniwa!" Seru Sugawara membaca nama yang tertera pada gulungan kertas.
"Syukurlah."
"Congratss! Jangan lupa traktiran."
"Tenang, hari ini makan dan minumlah sepuas kalian, aku yang bayar." Balas Moniwa.
Menit—menit berharga itu bergerak dengan cepat, ada banyak sekali pembahasan yang diperbincangkan oleh mereka, dari mulai Bisnis, Suami, Sekolah, Les, Masa lalu, hingga Masa Depan sang Anak kelak. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memastikan keberhasilan dari Anak—anaknya.
Tidak harus selalu menentukan mereka akan menjadi apa nantinya, tapi dengan cara membantu mengarahkan, dan mendampingi sampai mereka bisa mandiri tanpa harus memanjakan—nya secara berlebihan.
Intinya kesepuluh pria cantik itu akan berusaha, melakukan apapun yang terbaik untuk para Junior—nya.
"Jadi, apa berita pentingnya?" Tanya Yaku tidak sabar, maniknya menatap Moniwa yang juga menatapnya. "Aku gatau harus menjelaskan dari mana, tapi Kanji dan Goshiki akan segera bertunangan."
"Apa?!" Pekik mereka Kompak, kecuali Moniwa dan Semi.
"Gercep ya Bund." Sugawara terkekeh dikursinya, kini gelasnya sudah tandas, Ia pun memanggil pelayan dan memesan segelas Strawberry Milk Shake. "Congratss, Mon!" Seru yang lain tidak berbarengan.
"Aku baru tau lho, jadi yang suka duluan siapa? Atau memang kalian yang saling menjodohkan?" Tanya Yaku lagi, penasaran.
"Awalnya aku juga gak tau, sampai sepulang dari Villa Futa ngejelasin semuanya, inti dari pertandingan Volly Pantai waktu itu, dan juga taruhan–nya." Balas Moniwa apa adanya.
Akaashi yang kini bertanya "Lalu, apa mereka udah tau hal ini?" Baik Semi maupun Moniwa menggeleng. "Kanji minta izin pada kami buat melakukan pendekatan mandiri ke Goshiki, biar Goshiki gak mikir kalau ini perjodohan dan berujung terpaksa atau parahnya menolak keras." Semi tersenyum geli, jadi ingat waktu SMA dulu, berjuang mati—matian untuk mengambil hati pria yang kini menjadi suaminya, Ushijima Wakatoshi.
"Keren." Ucap Sugawara.
"Ya, anakmu terlalu gantle Mon!" Yaku menimpali.
"Trus gimana sama Shoyou dan Tobio? Lalu Kinda dan Kunimi?" Semi balik bertanya sambil menatap Iwaizumi dan Akaashi secara bergantian.
"Kalau Tobio sama Shoyou sudah pasti, hanya saja masih terlalu dini untuk mengikat mereka sekarang. Kami memang ingin saling menjodohkan keduanya, bahkan jauh sebelum mereka berdua lahir, namun aku pribadi ingin mereka bisa saling mengerti perasaan satu sama lain." Ujar Akaashi, pria cantik bermata biru itu kini menyesap caramel machiatto—nya.
"Benar, aku gak mau kalo Tobio dan Shoyou–chan bersama hanya karena keinginan kami saja." Tambah Iwaizumi.
"Itu bagus! Menurutku itu cara terbaik mendewasakan mereka bukan?" Sugawara tersenyum.
Hal tersebut diangguki oleh semuanya, "Aku sering lihat Tsukishima sangat dekat dengan Yamaguchi, apa perjodohan juga terselip diantara mereka?"
"Uhuk!" Ennoshita tersedak biskuit jahe yang sedang dikunyah—nya. "Ppppfffftttttt, aku hanya bertanya Enno." Sanggah Semi yang mendapat tatapan mendelik dari Ennoshita. Sugawara sendiri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Gak kok, kami gak ada niatan menjodohkan siapapun, Yama memang sangat dekat sama Tsuki sejak balita. Kalo emang mereka mau melanjutkan hubungan ke jenjang serius, aku tidak keberatan." Sugawara mengerling jahil pada Ennoshita.
"Ya, aku juga berpikir demikian." Balas Ennoshita akhirnya.
"Kalo aku sih terserah Kunimi saja, aku tidak mempermasalahkan calon pendampingnya kelak. Bagiku asal Kunimi bahagia, dan masa depannya cerah itu sudah cukup." Hanamaki ikut angkat bicara. Hidupnya memang sangat simpel dan tidak perlu dibawa ribet, baginya semua harus dijalankan dengan sebaik mungkin agar tidak ada penyesalan, sisanya urusan takdir dan Tuhan.
Tanpa mereka sadari, Yaku dan Kenma saling melempar pandangan. Jika Yaku memasang glare—nya pada Kenma, sedangkan Kenma membalas—nya dengan tatapan datar. "Cotto, ada apa dengan kalian berdua hey?" Kita menginterupsi keduanya.
"Ppppffffttttt jadi benar rumor kalau satu–satunya pewaris dari Haiba Lab & Collection akan di jodohkan dengan putra bungsu dari Direktur Nekoma .Inc?" Semi menyeringai, disusul dengan suara yang di lebih—lebihkan.
"Semi, kau selalu deh bergosip!" Celetuk Sugawara, mecairkan suasana. "Ngaca sana, kayak dirimu tidak saja!" Balas Semi tidak terima, sedangkan yang lain lebih tertarik untuk mendengarkan penjelasan dari Kenma maupun Yaku.
"Ya gitu, tapi tantangannya gak kira–kira!" Yaku memincingkan matanya, merasa kurang suka dengan topik yang satu ini, dan Kenma sendiri tetap tenang di kursinya.
"Tantangan? Tantangan apa?" Tanya Iwaizumi.
"Lebih mirip syarat sih dari pada tantangan." Balas Kenma.
Semua bergerak, mencondonkan tubuh masing—masing merapat saat Kenma mulai angkat bicara.
"Iya, apa itu?"
[Bonus]
All cr to artist.
***
TBC!
Next Chapter
(xxxxxxxxx)
Hai people! Cuma mau bilang buat readers setiaku jangan lupa buat check buku-buku di akun miyazaki_writers ya! Dijamin pada suka deh, terus buat yang agak kaget mungkin sama tulisanku kali ini, JFYI aku lagi nyari cara menulis ternyaman dan terbaik yang aku bisa, jadi gomen kalo jadi agak gimana gitu, menurut kalian bagusan yang mana gaya bahasa menulisku? Tulis di kolom komentar ya! Aku kepo😾
Dan, dan dan jangan lupa vote!
Thankyou—!🌷🐇💓✨
❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❙❘❚
﹫Cindy'Ellorawsky 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro