⺌𓅯˚.𝐒𝐭𝐚𝐫𝐫𝐲 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 #SaturdayNightVibespt.2 | DaiSuga
⤹ jika ada perbedaan sifat karakter asli dengan setiap sifat karakter disini dari para tokohnya (OOC), maka ketahuilah bahwa itu adalah suatu kesengajaan yang dilakukan Author demi mendukung pendalaman alur cerita ini. Jadi mohon pengertiannya, terimakasih!
***
"I love you for a thousand more."
– Sawamura Suga
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
#Latar belakang cerita diambil dari scene Kourai Wedding di Aussie KageHina part.
SUGA, dengan riang membalik ikan gurame gorengnya dari wajan secara perlahan agar minyak panas tidak tumpah menimpa kulitnya yang putih nan mulus. Tentu itu semua berkat perawatan kulit yang dilakukannya setiap hari. Malam ini terasa benar-benar hening, malam yang tidak biasa untuknya.
Pria cantik berkepala 4 itu sudah menutup usaha Rumah Makannya lebih awal, dan segera bersiap setelah mendapat ajakan manis dari sang suami baru-baru ini.
Well, berhubung si sulung, tengah dan bungsu sedang tidak berada dirumah. Suga pikir inilah saat terbaiknya untuk melakukan Quality Time dengan Daichi, sang suami.
Mengingat bagaimana sibuknya kepala keluarga dirumah itu, tentu berprofesi sebagai kepala kepolisian akan sangat menyita waktu Daichi diluar rumah.
Bahkan tak jarang ditanggal merah sekalipun suaminya itu tidak libur, belum lagi dengan maraknya kasus pencurian, pemerkosaan, dan tindak kekerasan lain yang seakan tidak ada habisnya itu harus segera ditangani olehnya. Suga sangat mengerti akan hal itu, lagipula ia sendiri juga sibuk mengurus rumah, usaha rumah makan serta ketiga anak kesayangannya.
Cling!
Atensi Suga berpindah ke arah ponsel yang ditaruhnya tidak jauh dari areal dapur rumahnya yaitu meja makan bundar dengan lima kursi disisinya. Itu pasti Ayah, pikirnya. Dengan cepat ia mematikan kompor dan mengangkat ikan tadi, meniriskannya lalu menaruhnya ke atas piring cantik bermotif bunga sakura.
Ia pun mengelap tangannya pada sebuah handuk khusus yang digantungnya didekat lemari pendingin dan berjalan kearah meja makan demi menggapai ponselnya tersebut.
Ayahnya anak-anak❤️
15 mnt lg Ayah keluar Bund
Bunda kesana naik apa?
Suga tersenyum simpul, ternyata memang benar itu adalah balasan dari suaminya. Ia sedikit khawatir jika itu pesan dari grup yang seingatnya sudah dimute belum lama ini. Grup moniwa dan teman-temannya, mak-mak rempong, grup itu benar-benar berisik jadi Suga memutuskan untuk mesunyikannya saja.
Saya
Ok Ayah
Bunda naik transhaikyuu Yah
Ayahnya anak-anak❤️
Oh ydh
Jam brp bunda kesananya?
Saya
Bentar lg paling
Ayahnya anak-anak❤️
Nnti kabarin Ayah ya?
Suga tersenyum sebentar, sebelum jari-jari lentiknya kembali mengetikkan sesuatu.
Saya
Iya Ayah, sampai ketemu nanti
Ayahnya anak-anak❤️
Sampe ktemu nanti
Suga menarik nafas dengan kerlingan sumringah yang masih membingkai wajah cantiknya. Segera ia tinggalkan ponsel itu dan bersiap untuk menata segalanya pada kotak bekal tiga susun yang dibelinya ditoko online sebulan lalu.
Kedua pipinya masih terangkat, sembari memasukkan satu persatu menu dan menyusunnya kedalam kotak bekal, pikirannya seakan ditarik pada masa-masa SMA dulu. Masa dimana ia dan Daichi bersekolah, berteman yang kemudian saling jatuh cinta. Ditambah, mereka akan pergi ke tempat mereka biasa menghabiskan waktu bersama dulu, ya hanya berdua saja. Suga benar-benar tidak sabar, dan belum apa-apa degub jantungnya sudah berdisko ria sangking gugupnya.
Akankah malam ini berjalan sesuai ekspektasinya?
Disisi lain, Daichi turun dari mobil dinas kepolisian yang diberi oleh pemerintah guna menjalankan misi harian atau sekedar berangkat ke kantor, ia berhenti untuk mampir ke minimarket terdekat. Letak minimarket itu sendiri tidaklah jauh dari tempatnya bekerja, yang masih merupakan daerah perumahan elit keluarga Ushijima.
Dan kebetulan, saat kakinya melangkah memasuki minimarket tersebut. Netra tajamnya dapat melihat bahu menjulang milik sahabat serta adik iparnya, Ushijima Wakatoshi yang tengah diam didepan barisan barang-barang keperluan pria.
Yang mana didominasi oleh pakaian dalam, deodorant, pisau cukur, sabun pencuci wajah khusus pria dan juga beberapa kotak kondom dengan berbagai macam varian dan rasa.
"Lu disini juga Jim, pakabar lu?" Sapa Daichi ramah, tangan kanannya menepuk santai bahu kokoh Ushijima, membuatnya spontan menoleh. Tampaknya Ushi pergi kesana dari rumah, karena ia hanya memakai setelan celana training panjang hitam dan kaus abu-abu cerah.
"Eh elu Dai. Gua baik, lu sendiri? Baru balik?"
Daichi tersenyum, Ushijima tidak. "Sama, iyanih baru balik gue. Ngapain lu? Bingung mau beli yang mana?" Netra Daichi menyorot satu persatu kotak tersebut.
"Engga, gua lagi mikir sebenernya Semi lebih suka gua pake kondom apa engga." Ungkapnya pelan.
Daichi melirik bingung, "jadi selama ini lu gatau Semi sukanya gimana?" Ushi menggeleng takzim.
Daichi menggangguk-angguk, ia pun mengambil satu kotak kondom berwarna merah lalu memberi saran "coba aja lu tanya, biar gak penasaran?"
Ushi hanya diam, kemudian ikut mengambil satu kotak serupa dengan yang diambil Daichi barusan. "Emang yang rasa ini enak ya Dai?" Netra elangnya terpaku pada rentetan tulisan pada kotak tersebut.
Daichi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "fav gue sama Suga si, tapi kalo lu mau coba gapapa siapa tau Semi juga suka?" Ushi menggangguk lagi, itu ada benarnya dan ia pun teringat sesuatu.
"Omong-omong, gua udah nemu beberapa titik lokasi terakhir yang dikunjungin orang itu. Ntar gua send via WA ya? Gua gabisa kekantor, Semi minta ditemenin nonton malem ini." Jelas Ushi panjang lebar.
Mau malming juga toh, batin Daichi pendek. Ada smirk kecil disudut bibirnya yang tidak tebal.
Daichi merubah cara pandangnya, mengerti kearah mana pembicaraan Ushi saat ini. "Ya otsukare sama. tolong ya Jim. Gapapa nyantai aja, kalian pasti mau malming, berhubung anak-anak lagi pada gak dirumah kan?"
"Malming? Gua gaktau apa kata malming masih pantes buat orang-orang seumuran kita Dai." Jawab Ushi sekenanya, terkesan kaku. Ushijima memang orang yang seperti itu bukan?
Daichi terkekeh lantaran menepuk pundak Ushijima keras. "Elah kaku amat si, jelas masih panteslah! Pasangan usia 100 an juga masih pantes kok kalo mau malmingan. Dah gue duluan ya, takut Suga keburu sampe duluan disana, udah malem soalnya. Goodluck acara nonton lu."
Tanpa melihat reaksi wajah Ushi, Daichi melangkah lebih dulu menuju kasir lantaran membayar barang belanjaannya dan segera keluar.
Sementara itu, Ushi masih membayangkan sepasang manusia berusia 100 tahun, yang mungkin postur tubuhnya sudah membungkuk, berkantung mata dengan kulit keriput dan pastinya bergigi ompong, jangan lupakan kepala putih mereka.
Ushi membayangkan mereka sedang melakukan acara dating layaknya pasangan muda. Sedetik kemudian ia menggeleng keras, jangankan untuk berjalan beriringan, meraih segelas air dari atas nakas saja pasti sulit.
Jangankan untuk menggenggam tangan pasangannya, meraih tongkat jalannya saja butuh waktu 3 menit. Ya, itu terasa tidak masuk akal baginya. Tetapi Ushijima menaikkan bahunya acuh dan segera melangkah ke rak-rak makanan, untuk mengambil pesanan istrinya, Semi.
Sambil kembali membayangkan jika pasangan itu adalah dirinya dan Semi, mungkin itu akan sangat menyenangkan. Bisa menua bersama, tanpa kehilangan rasa cinta dihati masing-masing. Melihat bagaimana Kenjiro dan Goshiki tumbuh lalu menemukan jati diri dan soulmate mereka sendiri, dan mungkin memiliki beberapa cucu. Itu tidak terdengar buruk, malah sebaliknya.
Well, tanpa sadar Ushi tersenyum sangat tipis, ia sangat menantikannya.
Semilir angin dingin dimalam hari berhembus pelan menerpa wajah pria dengan tahi lalat dibawah mata kirinya, ia tengah berjalan gontai, surai keperakannya nampak berkibar mengikuti arah angin.
Ia merapatkan jaket kulit berwarna cokelat dengan tudung yang dipakainya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya penuh dengan keranjang berlapis kain kotak-kotak berwarna pink-putih, keranjang itu berisi kotak makan 3 susun bermotif bunga sakura disisi-sisinya.
Manik abu-abunya menoreh keatas, tampak sebuah bintang yang bersinar sangat terang menggantung indah, ada bulan berwarna keemasan yang juga bersinar tak kalah terangnya, kehadiran bintang itu seakan menemani sang bulan agar tidak kesepian. Mungkin itu adalah bintang kejora? Entahlah yang jelas langit malam ini begitu indah dimata Suga.
Kaki-kakinya terus melangkah, dan setelah berjalan kurang lebih 3 menit dari halte transhaikyuu maniknya melihat siluet tubuh sang suami yang tengah bersandar pada mobil dinas, membelakanginya. Memandangi hamparan sungai kehijauan yang ritme airnya tenang.
Punggung itu tetap terlihat tegak, kuat nan kokoh dimatanya, meski usianya sudah menginjak kepala 4. Ya Suga akui mereka memang sudah tidak muda lagi, buah hati mereka bahkan sudah menanjak masa pubertas.
Suga tersenyum tipis tanpa memberhentikan langkahnya, kakinya mulai meninggalkan aspal dan menginjak rerumputan, berjalan mengendap dibelakang Daichi. Dan saat sudah dekat ia buru-buru berlari lalu memeluk tubuh itu dari belakang.
"Bunda udah sampe?" Suga mengangguk mendengar suara suaminya. Gantian Daichi yang tersenyum, lalu memutar tubuhnya dan membalas pelukan sang istri erat. Suga menutup kelopak mata lentiknya, memfokuskan pendengarannya pada dua suara detak jantung yang berpacu cepat, seolah sedang berada ditengah situasi gawat darurat.
"Bunda kangen Ayah." Cicit Suga malu-malu.
"Ayah lebih kangen sama Bunda." Balas Daichi gamblang.
Dapat dirasakan oleh Suga jika kedua pipinya memanas, ia tak menyangka jika berduaan saja dengan Daichi ditempat dulu mereka kencan akan membuatnya segugup ini. Daichi menelan air liurnya, jantungnya seakan ingin melompat keluar karena merasakan nuansan nostalgia mereka dulu ditempat ini.
Sepenglihatan Suga tidak ada perubahan yang cukup signifikan akan tempat tersebut. Pantulan dimana jembatan besar berdiri dengan lampu-lampu jalan menerangi sisi-sisinya tercetak jernih diair sungai masih sama. Air itu tenang, hanya ada suara sahutan katak dan juga beberapa kunang-kunang yang tampak berterbangan rendah dari pohon ke pohon.
Suga masih ingat akan bayangan mereka berdua yang masih mengenakan seragam sekolah, duduk ditepian sungai dari sore (baca : sepulang sekolah) berbincang mengenai kerja kelompok, menggosip bahkan bersenda gurau hingga larut malam.
Seluruh pasangan memiliki tempat favorite yang berkesan dihati mereka bukan? Dan disini adalah tempat favorite keduanya.
Suga tersenyum, sudah tidak menutup kelopak matanya lagi. Ia mendongkak dan saat itu juga dahinya menyentuh dagu kasar Daichi (baca : dagu itu sedikit berjanggut).
"Tempat ini gak banyak berubah ya Yah?" Daichi menggeleng sebelum mengecup kepala istrinya sayang.
Dahi Suga berkerut halus, "kok geleng?" Ia bukannya protes karena dicium, melainkan karena suaminya itu menggeleng tanda tidak setuju.
"Kamu nanyea yea?" Ejek Daichi mengikuti nada Dylan Cepmeq. Demi mendengar itu Suga merenggut tertahan, lipatan didahinya bertambah.
Oh tentu Daichi hanya main-main saja, tidak berani lagi untuk meledek istrinya lantas ia berkata, "becanda bund, yuk ikut Ayah. Ada yang mau Ayah tunjukin ke Bunda."
Ia melepas pelukan itu dan menyodorkan lengannya yang kokoh sebagai gantinya. Suga tidak bertanya kemana, ia langsung memeluk lengan berotot itu dan berjalan seirama dengan Daichi dipinggir sungai, meninggalkan mobil dinas kepolisian yang menjadi bagian dari saksi bisu.
Suga menatap kesekelilingnya, lama-lama ia merasa berjalan cukup jauh dari tempat awal mereka berada, menjauhi mobil dan melewati beberapa pohon yang mulai rimbun. Air sungai yang tenang dan suara sahutan katak juga sudah hilang, lenyap digantikan dengan gemerisik angin yang berhembus mengibas setiap daun yang saling berpegangan rapat pada dahan dan ranting pohon. Seolah tak ingin dijatuhkan kepermukaan.
Lama kelamaan dari perjalanan yang cukup sedikit pencahayaan karena rimbunnya pepohonan, timbulan secercah cahaya terang diujung sana. Suga menyipitkan bola matanya, ia tak ingat jika dulu ada tempat seperti itu ditepi sungai.
Apakah ini tempat rahasia? Atau memang baru dibangun belum lama ini? Itulah yang ada didalam benaknya.
Ketika sudah sampai manik Suga terbuka lebar dengan binar-binar, bibirnya setengah terbuka masih terkejut kala menemukan tempat yang indah di tempat tersebut, ia masih tidak menyangka. Sebuah meja makan dengan kursi menjadi pemandangan pertamanya, ada beberapa lilin diatas meja serta peralatan makan yang lengkap.
Tapi itu tidak terlalu menarik bagi Suga, yang membuatnya tidak berkedip adalah sebuah bangunan yang menjadi latar belakang meja makan tersebut. Sebuah bangunan bercat putih dengan kubah diatasnya, tangga kecil dengan pegangan menjadi cara untuk menaiki bangunan tersebut, bangunan itu memiliki delapan buah pilar dengan ukiran rumit yang indah, terdapat banyak lubang-lubang tidak simetris yang dihiasi tanaman bunga merambat dari ujung ke ujung, dan dipilar-pilar itu terdapat ratusan lampu yang melilitinya indah, lalu bagian pentingnya adalah bangunan itu nampak bersinar terang ditengah gelapnya malam karena lampu kristal yang menggantung diatapnya, yang mana pantulan cahayanya menembak jitu pada lantai marmer yang semakin memperindah bangunan tersebut.
Cr : pinterest
**kira-kira ilustrasi bangunannya seperti ini, namun dimalam hari dan atapnya berkubah bukan atap seperti pada gambar, lantainya pun marmer bukan lantai seperti pada gambar.
"A-ayah, ini..." Suga melepas pegangan tangannya pada lengan Daichi, mulai mengikuti jalan setapak sendirian. Ia bahkan tidak sadar saat suaminya itu telah memindahkan rantang makanan dari tangannya dan menaruhnya ke atas meja makan yang dilewati mereka tadi. Daichi secara teratur mengikuti istrinya dibelakang.
"Ayah dari kapan ada bangunan ini disini?" Tanyanya tanpa melepas pandangan dari bangunan berkubah tersebut, ya mereka sudah berada dibawah tangga kecilnya.
"Udah sebulanan lebih, ini dibuka buat umum sama Pak Walkot. Tapi khusus malam ini, bangunan ini spesial milik Bunda. Bunda mau masuk?" Tanpa perlu ditanya dua kali Suga mengangguk antusias bak bocah berusia lima tahun yang dibelikan sebuah mainan kesukaannya.
Daichi tersenyum, dan lagi-lagi menyodorkan lengannya yang disambut Suga riang sebelum kaki mereka akhirnya melangkah beriringan menaiki anak tangga dan menginjak lantai marmer yang mengkilap.
🎧 Christna Perri - A Thousand Years 🎧
Bersamaan dengan sampainya mereka didalam bangunan cantik itu, suara alunan lagu mulai terdengar. Entah siapa yang memutar lagu itu untuk mereka, Suga tidak peduli. Bahkan jika pakaian yang mereka kenakan sekarang ini tidak cocok dengan tempat itu, ia juga tidak peduli. Sungguh! Yang pria cantik itu inginkan hanyalah menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan orang terkasih dihadapannya.
Menyesuaikan ritme alunan lagu, kaki Suga terbuka kebelakang, pinggang yang lentur pun mengikuti dengan gerakan tangan merambat dibahu Daichi siap mengambil posisi. Manik mereka bertemu, Suga mencondongkan dadanya kedepan demi membisikkan, "Let's dance with me tonight!" Ditelinga suaminya.
"For my pleassure, Mrs. Sawamura." Daichi menaruh tangannya pada lengan belakang ketiak Suga dan tangan satunya meraih jari-jemari sang istri lantas menyatukannya. Ia tersenyum sebelum mengecup tahi lalat dibawah mata kiri istrinya dengan sayang, itu adalah hal favorite kedua yang dilakukannya setelah morning kiss.
Suga menutup mata kirinya menikmati kecupan lembut itu, dan ikut menggerakkan kaki saat Daichi memulai dansa mereka. Dansa yang dipimpin Daichi itu terasa ringan, tidak membuat Suga merasa kehabisan nafas karena lincahnya kaki mereka. Tetapi degub jantungnya terasa tidak normal, seperti habis lari marathon sejauh 1000 km. Well, itu berlebihan memang.
Mereka saling pandang sebelum Daichi menghempaskan salah satu tangan Suga yang membuat istrinya itu berputar dua kali lalu menangkapnya kembali dengan posisi intim (baca: menahan berat tubuh Suga pada seluruh tubuhnya). Tentu dalam posisi ini Daichi tidak melewatkan kesempatan untuk mencium kening istrinya.
Cup!
Dan dialunan musik berikutnya Daichi kembali berdansa dengan ritme step by step tanpa melepas tatapan intens mereka. Dahi mereka saling bersentuhan, kedua mata mereka terpejam, tubuh bagian depan mereka yang ikut bergesekan membuat keduanya merasa panas.
Daichi tidak sadar, berdansa ditempat sepi yang bernuansa romantis akan membuatnya bersemangat sekali malam itu. Ya, bahkan Suga yang menyadarinya hanya bisa terkekeh kecil dengan semburat merah dipipi. Itu bukan salah suaminya, bukan juga salah tempatnya, tapi ia juga memang bersemangat, jadi kenapa tidak melakukannya saja?
‼️WARNING🔞‼️
[ cerita ini mengandung konten dewasa 18+ keatas, harap bijak dalam memilih bacaan, terimakasih. ]
Tanpa mempedulikan alunan musik lagi, Suga memberanikan diri untuk mengecup bibir suaminya. Awalnya ciuman itu lembut, tetapi lama kelamaan Daichi melahap bibir ranum istrinya dengan brutal. Alunan musik yang tadinya santai dan lembut berganti menjadi alunan musik yang erotic. Entah siapa yang menggantinya.
Gerakan kaki yang awalnya bergerak seirama mendadak terhenti dan tangan-tangan yang semula berpegangan pada bahu dan pinggang kini berubah tempat. Suga mendorong suaminya kesalah satu pilar terdekat, masih membalas cumbuan pada bibirnya yang menciptakan suara-suara tersendiri.
"Ceppmwahh smooch ahh mmpphhhh."
Lidah mereka saling menabrak dan membelit satu sama lain, dengan mata tertutup ia melepas cepat jas kepolisian, dasi beserta kancing-kancing kemeja yang menutupi tubuh atletis suaminya itu. Jas dan dasi dibuang kelantai, sedangkan kemeja itu dibiarkan menggantung pada tubuh Daichi, dimata Suga itu nampak sexy jadi ia membiarkannya saja. Kemudian dilepaslah ikat pinggang beserta resleting celana Daichi, mengeluarkan sesuatu yang sudah mengeras seperti batu.
Daichi pun tak kalah cepat, karena Suga lah yang pertama kali bugil sepenuhnya, hanya sepatu saja yang masih menempel pada kakinya. Meski udara malam sangat dingin, Suga tidak merasa dingin sama sekali, karena ia benar-benar turn on malam ini. Seluruh tubuhnya merasa panas, bahkan hembusan nafasnya yang tidak teratur.
Suga menyudahi ciuman itu sepihak dan Daichi melepaskannya dengan tidak rela, sambil masih mengatur nafas Suga berjongkok, dengan memakai sepatu membuat posisinya sama tinggi dengan bukti gairah sang suami yang telah mengacung tinggi. Ia pun menyentuhnya, kemudian menyentilnya pelan membuat Daichi memekak dan memasukkannya kedalam mulut yang hangat.
"Nghh." Daichi merasa enak, hisapan istrinya memang tidak ada duanya. Tangannya tanpa ampun mendorong kepala Suga agar miliknya bisa masuk lebih dalam dan cum disana.
Glek!
Suga tidak punya pilihan lain selain menelan habis semuanya, sisa-sisa cairan itu nampak mengalir dari sela-sela bibir Suga sangking banyaknya. Daichi mengeluarkan miliknya, dan menarik lengan Suga agar berdiri lalu menggiringnya ke pilar tempat ia bersandar tadi. Menyuruh istrinya untuk menungging sambil menumpukan tangannya pada dinding pilar, dan gantianlah ia yang berjongkok.
Sambil menoreh keatas ia menjulurkan lidahnya membasahi area luar lubang yang akan diacak-acaknya nanti, lalu lidah itu menerobos masuk tanpa memberi salam membuat Suga menggelinjang, perut bagian dalamnya terasa geli saat pusat sensitifnya dimainkan.
Daichi menghisap dan menyedot lubang itu dengan rakus, ia pun sengaja mengocok milik sang istri yang ukurannya terlampau mungil dari pada ukurannya sendiri.
Suga tanpa sadar menggoyangkan pinggulnya, ia benar-benar merasa nikmat. "Ughh eenghhh." Suga menggigit bibir saat melakukan pelepasan, dan pelepasan itu membuat deru nafasnya menggila.
Tetapi itu semua hanya pemanasan, karena kini Suga merasa ada benda keras yang berukuran besar menerobos lubangnya begitu saja, membuat perutnya terasa penuh seketika. "Tung-tunggu Ayaahhhh aakkhhhh!"
Ada kabut dimata Suga, kepalanya terasa kosong, telinganya serasa tidak bisa mendengar apapun selain merasakan kenikmatan pada lubang surgawi yang ditumbuk berkali-kali dengan brutal oleh Daichi.
"A-aku baru aja cummmhh nnghh aaahhhh iyaa disanaahh!" Kakinya merasa lunglai, apalagi saat tangan kanan Daichi menekan perutnya yang sedikit menonjol kala bukti gairah Daichi menumbuknya, lalu menarik tubuh Suga agar berdiri sepenuhnya sambil terus mendorong kelaminnya itu tanpa ampun.
Hal itu terus berulang hingga Suga benar-benar kehilangan dirinya ketika Daichi menyelinap disela-sela ketiaknya demi menggapai puting merah mudanya yang mencuat.
Splurt!
Pelepasan kedua.
Air mani itu tumpah dimana-mana, yang satu membasahi lantai marmer dan satunya lagi menyembur kedalam perut Suga.
Seperti yang kita ketahui, Suga melupakan sejenak perkara masakan yang sudah disiapkannya untuk acara piknik mereka. Dan Daichi juga melupakan tentang kondom yang ia beli disupermarket berada tepat didalam saku celananya.
NEXT CHAP >> SPECIAL CHAPTER #SaturdayNightVibespt.3
Hayoooooo gimana sama special chapter kali ini? Wkwk maaf banget buat keterlambatan updatenya! Cece masih berusaha bangkit dari struggle setelah setahun lamanya hiatus. Jadi mohon pengertiannya ya☺️🙏🏻
Kira-kira kapal siapa yang berlayar di special chapter selanjutnya??? Sebelum menebak, jangan lupa VOTE dan KOMEN karena itu sangat membantu cece buat semakin semangat nulis lagi, sekalian tau kurang lebihnya cerita cece dimana?
So, yang berkenan mohon bantuannya ya! See you next chapter~ 🥰💕
Happy malming guys! 😈🤟🏻
Cece, 11 February 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro