Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ㄴHoliday'S Packed Part 1ㄱ

Special edisi Tahun Baru🎊🎉
Typo Bertebaran~

A/N : Part ini khusus Keluarga Mom'S sama Daddy'S squad ya, dan akan dibagi menjadi 2 part. Jadi yang gak termasuk kedalamnya tidak akan ada di part ini. Terimakasih!☺️🤝
~Happy Reading
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Pagi hari dikeluarga
(Terukita, Daisuga, Ushisem, & Bokuaka)






🏡 Terukitaの。

Kita membuka gorden dan jendela kamarnya lebar-lebar. dihirupnya banyak-banyak seluruh oksigen segar yang ada, udara dipagi hari memang yang terbaik. Lalu kakinya berpindah mendekati kasur, dilihatnya seorang pria yang sudah berstatus menjadi suaminya.

"Ohayou, bangunlah sudah pagi." ditariknya selimut itu.

"Erngh, bentar lagi yang." tolaknya. ditarik lagi selimutnya, salah satu tangannya memeluk perut Kita.

"Terushima bangun, kita mau berangkat ke Villa, kalo kesiangan macet." Kita masih berusaha membangunkan suaminya.

"Iya iya bentar lagi, 5 menit."
"Yaudah, lepas." Kita melepaskan tangan Teru dari lingkaran pinggangnya.
"Cium dulu." elaknya.

Kita ngeblush tapi pura-pura gak denger aja. Dan tetep berusaha lepas dari pelukan sang suami. "Pelit." Kita gak dengerin itu dan langsung keluar kamar buat bangunin duo juniornya. Atsumu dan Osamu dikamar atas. Sebenarnya Kita mau aja nyium suaminya cuma rasa malunya terlalu besar, dan Kita lebih suka dicium dari pada mencium.

Ceklek!

Kita masuk ke kamar si kembar, ruangan nampak sangat amat berantakan. Beberapa botol coca cola dan sprite berserakan di lantai. Kertas-kertas bekas ujian dan majalah dewasa juga terhampar kemana-mana. Belum lagi sempak di ujung kasur, dan piring bekas makan yang tidak di taruh ke dapur tergeletak begitu saja dimeja. Lalu laptop yang masih menyala, bekas marathon film semalam. Demi Tuhan, Kita ingin sekali memaki anak-anaknya tapi Kita tidak bisa. tidak dengan cara itu.

Kita mengambil HP dari kantung celananya, lalu membuka galery dan memutar video berdurasi beberapa detik.

'KEBAKARAN, KEBAKARAN!!!'

"HEH KEBAKARAN?!" Atsumu melompat heboh dari kasurnya. Tangannya menyibakkan selimut dengan brutal lalu menabok pipi kembarannya kencang. "SAMU BANGUN KEBAKARAN!" teriaknya.

"SETAN! SAKIT." Osamu nendang perut Atsumu. Atsumu jatuh tersungkur ke lantai dengan wajah yang mendarat duluan, sedangkan Osamu sudah bangun dengan pipi kanan yang bonyok kebiruan.

"KEBAKARAN MATA LU SOEK." Osamu misuh-misuh.

"TADI GUA DENGER KEBAKARAN, LU GUA BANGUNIN BUKANNYA MAKASIH MALAH NENDANG GUA DASAR ADE GATAU DIUNTUNG!" Atsumu bangun dari jatuhnya, terduduk dilantai sambil memaki adiknya.

Sang ibu cuma ngeliatin kelakuan mereka dari ujung pintu, Kita tau anak bodohnya itu belum sadar 100% ya namanya juga baru bangun, nyawa masih diawang-awang. "Udah bangun?" tanya Kita.

"Eh mami." jawab si kembar berbarengan.

"Dari kapan disitu?" tanya Atsumu.
"Dari kalian masih tidur." jawab Kita santai.

"Kebakaran emang mih?" giliran Osamu yang nanya. Kita menggeleng.
Osamu siap-siap mukul Atsumu lagi karena udah heboh sendiri ganggu tidur nyenyaknya cuman mami Kita keburu nyembur.

"Kemaren pas makan malem, kita bahas apa?" tanya Kita. Baik Atsumu maupun Osamu saling pandang.

"Mau ke Villanya om Bokuto?" jawab Atsumu sama Osamu barengan.

"Terus kenapa harus dibangunin? Mami udah bilang nonton seperlunya aja, kayak gak ada waktu aja nonton sampe jam 3 tiap hari, gak cape? gak sakit tuh mata? sekalian aja mami tusuk sini biar sakit. biar gak usah nonton lagi. biar gak bangun siang lagi!" cerocos Kita. Atsumu menunduk, Osamu juga.

"Kalian tuh udah gede, apasih susahnya bangun sendiri. Gak sekolah, gak libur, gak les, gak latihan, semuanya harus diingetin mami." tambahnya.

"Iya Mih maafin Sumu." Atsumu mengahmpiri Kita, mengenggam tangan kanannya. Wajah menyesalnya terpampang jelas.

"Maafin Samu juga Mih, tsumu yang ngajakin nonton padahal samu udah ngingetin kalo besok pagi kita siap-siap buat liburan." adu Osamu, ikut menghampiri Kita dan mengenggam tangan kirinya. Memasang puppy eyes-nya berharap mamihnya itu akan mengampuninya.

"Abisnya tsumu kepo Mih sama filmnya." bela Atsumu ikut memasang puppy eyes-nya tidak ingin kalah dari sang adik.

"Gak usah bela diri masing-masing, kalo salah ya salah." Balas Kita.

"Iya Mih maafin kita, plis jangan marah."

"Hm, oke brati tatto-nya gak jadi ya." Kita siap-siap keluar dari kamar. Kita membahas tentang permintaan Tsumu dan Samu semalam, karena mereka mau naik kelas 3 dan umurnya sudah cukup untuk memiliki tatto maka mereka meminta untuk sang mami ngebuatin tatto. Biar kayak papihnya punya tatto keren di punggung. Semenjak Kita masuk ke keluarga Terushima yang notabenenya Yakuza'S ,Kita jadi mahir bikin tatto. dan anak-anaknya tau itu.

"EEHH MIH KOK GAK JADI." Atsumu menahan Kita keluar.

"Lah Mih? Samu juga?! kan yang salah tsumu!" Osamu ikut menahan kepergian Kita.

"Itu hukuman karena kalian bangun siang hari ini, dan kamar kalian kayak kapal pecah. Selama kamar kalian berantakan kayak gitu dan tetep bangun siang sampai tahun depan, gak ada tatto!" Kita meninggalkan mereka dan menutup pintu. Baru lima langkah kakinya meninggalkan tempat langsung disambut dengan teriakan sikembar.

"TSUMU BERSIHIN KAMAR HARI INI MIH SAMPE KINCLONG POKOKNYA, JANJI YA TATTONYA!" teriak si pertama.

"SAMU JUGA MIH, SAMU BAKAL TATA KAMAR SEBERSIH DAN SERAPIH MUNGKIN JADI TATTONYA TETEP YA!" teriak si kedua.

Kita hanya menghela nafas, lalu tersenyum kecil dan turun kebawah, siap-siap membuat sarapan karena beberapa jam lagi mereka harus berangkat ke Villa untuk liburan. Mengurus anak kembar memang sama sekali tidak mudah.

sabar ya mami kita tersayang












🏡Daisugaの。

Pukul 04.00 a.m,
"OHAYOU! OKITE!"
Suara alarm berbentuk ayam jago memekik kencang di atas nakas. Suga meraba-raba berharap tangannya menemukan alarm tersebut. Setelah berhasil mematikannya, Suga duduk. meliuk-liukan tubuhnya kekanan dan kekiri untuk menghilangkan rasa pegal.

"Yah bangun, ayo kepasar!" Suga menepuk-nepuk pipi Daichi.
"Iya, siap-siap sana." Daichi menjawab, matanya masih terpejam.

"Ya Ayah bangun dulu!"
"Apasih Bund?" Daichi akhirnya keluar dari dalam selimutnya.
"Jangan lupa panasin motornya, Aku mandi dulu." Setelah yakin Daichi sudah bangun barulah Suga beranjak menyibak selimutnya, bersiap turun dari kasur namun...

"Iya, ini gak dapet morning kiss?" tanya Daichi heran. Karena biasanya mereka memang melakukan itu setiap pagi.

"Oh ya lupa, Bunda banyak pikiran Yah masakannya belom lengkap soalnya." Suga menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Yaudah sini, mwah!" Suga mengecup bibir sang suami sekali.
"Sekali doang?"
"Lagi?"
"Iya."
"Entar ah kepasar dulu."
"Iya deh, boleh dicicil kok, yang tadi baru DP ya." Daichi mengerling jahil.
"Udah kayak beli motor mas mas!" Suga mendorong dada Daichi untuk segera bangun.

Daichi keluar kamar dan bersiap buat manasin motor, tapi karena haus jadi mampir ke dapur dulu. biar gak oleng juga namanya baru bangun. "Dek? ngapain?" sesampainya di dapur Daichi menemukan anak bontotnya yang sedang memegang pisau bersiap-siap ingin memotong wortel.

"Eh Ayah, Ohayou!" sapa Yama.
"Mou, rajin banget anak Ayah bangun pagi-pagi?" Daichi mengambil air di despenser.

"Iya udah janji bantuin Bunda masak buat dibawa ke Villa." Yama melanjutkan acara potong-memotongnya.

Daichi mengangguk, "Abang sama Kakakmu mana?"

"Belum bangun paling, lagian ini masih pagi-pagi buta Yah." Yama memindahkan wortel yang sudah dipotong kedalam baskom kecil. Lalu mengambil daun bawang untuk dicucinya.

"Kebiasaan emang, yaudah Ayah mau manasin motor dulu. nanti Bunda ngamuk." Daichi menaruh gelas di meja dan langsung ke garasi. Yama hanya mengangguk.

sepeninggal Daichi, Suga datang. "Ohayou sayang." Suga mengusap kepala Yama sayang. "Ohayou mou Bund." Yama sudah selesai dengan semua bahan mentahnya.

"Pinter, tinggal daging aja brarti ya? nanti Bunda beli. Adek kalo masih ngantuk abis udahan ini tidur lagi aja gakpapa, kita berangkat jam 8/9 an kok." Suga mengecek kelengkapan bahan dan bumbu yang akan dipakainya nanti.

Yams menggeleng "Gak Bun, Yama gak ngantuk kok, lagian udah janji bantuin Bunda biar cepet."

"Arigatou, emang anak kesayangan Bunda. Yaudah Bunda bangunin kakak sama abangmu dulu, terus berangkat sama Ayah." Suga mengelus pipi Yama lalu pergi dari sana. Sebelum itu...

Suga mengambil sebuah panci dan juga sudit lalu langsung melesat menuju kedua pintu kamar di dekat ruang TV. Dibukalah pintu itu lalu,

"TENG TENG TENG TENG TENG"

Suga mengetok pantat panci dengan sangat keras.

"Ebuset ada maling?!" Ryuu kaget sampai terjungkal kebawah tempat tidur. Ryuu mengucek-ngucek matanya lalu menguap dengan tidak estetik.

"Bangun bangun, sarapan terus cek barang yang Bunda suruh semalem, kalo sampe ada yang ketinggalan satu barang aja, gak usah makan daging!" kata Suga final.

"Asta-" ucapan Ryuu kepotong.

"Satu lagi, jangan ancurin rumah selagi Bunda sama Ayah pergi!" potongnya. Lalu langsung keluar dari kamar Ryuu.

"IYA BUND ASTAGA." jawab Ryuu dari dalam kamar.

Brak!

Suga melangkah masuk, dilihatnya Yuu masih asik mendengkur dengan memeluk jaket berwarna merah, entah itu jaket siapa(?) seingat Suga dirumahnya tidak ada yang memiliki jaket dengan model dan warna demikian. Tapi itu tidak penting sekarang, Suga siap-siap untuk mengetok pantat pancinya lagi.

"TENG TENG TENG TENG TENG!"

"Bangun bangun, sarapan terus cek barang yang Bunda suruh semalem, kalo sampe ada yang ketinggalan satu barang aja, gak usah makan daging!" hal yang sama kembali diucapkan sang ibunda. Tetapi Yuu sama sekali tidak bergerak barang satu centi pun.

akhirnya Suga melangkah lebih dalam dan langsung menyibak selimut Yuu "Yuu kalo gak bangun sampe hitungan ketiga, gak dapet jatah daging!" peringatnya.

"Mmmhh?" Yuu merasa terusik, karena dia mendengar kata 'Daging' barusan.

"Satu." Suga mulai berhitung.

"Dua."

Yuu langsung membuka matanya dan duduk terbangun dengan wajah kumel sehabis bangun tidur. "Iya Bund udah bangun, tadi Bunda suruh apa?"

"Tanya abangmu sana, Bunda mau berangkat ke pasar. Jangan ancurin rumah selagi Bunda sama Ayah keluar, paham?!" Suga lalu keluar begitu saja.

"Baru bangun udah dimarahin." Yuu ngedumel, namun tetap bangkit dari kasur dan bersiap buat sarapan.

Suga langsung ke garasi buat ketemu Daichi dan berangkat kepasar.
Suga sebenernya cape tiap hari marahin Ryuu sama Yuu, cuma memang prinsip Suga sebagai seorang ibu adalah adil keseluruh anaknya. Jadi semua harus kerja harus ngelakuin tugas baru dapet sesuatu, maka dari itu Suga memang biasa memberikan anak-anaknya tugas dirumah. Dan tidak ada yang berani menolak kecuali mau tidak makan semalaman.

sabar ya bunda suga, author padamu











🏡Ushisemの。

Warning 21+‼️

"Huh huh." Ushijima mengelap peluh keringat di dahinya dengan handuk kecil yang disampirkannya ke bahu. Ushi baru aja menyelesaikan lari paginya. Meneguk segelas air lalu melihat jam kini pukul 06.00 a.m. lalu bangkit dan menuju kamarnya, untuk membangunkan sang istri.

"Sem, udah jam 6." ditoel-toel lah pipinya Semi yang masih tertidur pulas dengan selimut yang sudah acak-acakan dan baju babydol yang 2 kancing atasnya terbuka. Lalu dengan pose tubuh yang menyilang dari kasur. Semi kalau tidur ngegasrak emang. padahal ushi nya anteng.

melihat itu membuat Ushi meneguk ludahnya kasar, ya dada dan leher Semi yang putih bersih terpampang jelas dimata elangnya. "Sem." panggilnya sekali lagi. Masih tidak bergerak juga.

"Masih mau tidur hm?" di dekatilah tubuh sang istri, Ushi menaiki kasur dan menurunkan tubuhnya sedikit mengekang Semi dibawah penjara cintanya. Eh- tangan maksudnya.

"Hn udahan lari paginya Daddy?" dengan nada manja Semi menjawab, iya masih belum terlalu sadar. Lalu Semi mengalungkan tangannya keleher sang suami. Ushi mengumpat dalam hati, karena dia sudah menahan diri sejak tadi.

"Mau merah-merah lehernya dateng ke Villa nanti?" tanya Ushi, masih memperhatikan wajah cantik Semi yang terpejam.

"Hn? aku gak pengen bakwan!" racau Semi menjawabi pertanyaan Ushi. Semi salah mendengar pertanyaan Ushijima. Ushi tersenyum sedikit, "Oke, jangan ngamuk-ngamuk ya nanti."

Ushi menundukan tubuhnya lebih rendah lagi lalu bibirnya mengecup lembut leher Semi. Kedua tangannya merengkuh Semi kedalam dekapannya, memenjarakannya. Lalu Ushi mulai menggigit kecil lehernya dan menghisapnya kuat-kuat, memberikan beberapa tanda cinta disana.

"Mnghh." lenguhan Semi keluar. mendengar itu Ushi semakin giat menjalankan aksi pagi harinya. Tangan kirinya berusaha melepas kancing sedangkan tangan kananya sibuk meraba dada Semi, dan memainkan putingnya dari luar baju.

"Nghh." Semi mulai terusik karena bagian sensitifnya disentuh nikmat. lalu perlahan-lahan ia membuka matanya dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah sang suami yang sudah berada diatasnya sambil mencumbunya terus menerus.

"Wakato ngh shihhh kun?" Panggil Semi. "Hm?" Ushi menjawab sambil menghisap kuat puting kanan Semi.
"Eenghh Daddyhh, wait wait jangan digigit!" Semi meremas rambut Ushi pelan. Entah bagaimana tetapi Semi sudah tidak memakai atasan sekarang.

Ushi melepaskan puting Semi lalu menatap wajah Semi yang memerah, membuat wajah Semi lebih nampak seksual dimatanya. Ushi mengatur nafasnya, birahinya langsung memuncak. "Wakatoshi kun mau?" tanya Semi membalas tatapan sang suami. Ushi mengangguk.

"Yaudah satu ronde aja ya?"
Ushi mengangguk lagi, tadinya Semi ingin segera menyudahi ini karena takut akan terlambat dan terjebak macet dijalan. Cuman melihat wajah sang suami yang sangat begitu menginginkan ini jadinya Semi gak tega nolaknya.

tanpa aba-aba Ushi langsung mencium bibir sang istri, melumatnya, menghisapnya hingga berwarna kemerahan. Lalu digigitlah bibir bawah Semi, hingga otomatis Semi membuka bibirnya lebar dan langsung disambut oleh lidah Ushi yang cekatan memanjakan lidah Semi. Saling bertukar saliva dan berbagi rasa sayang. "Mmpphhh!" Semi kehabisan nafas, Ushi melepaskan ciumannya.

"Haah." Semi menghirup oksigen banyak-banyak, dia tau dirinya selalu kalah dalam hal ciuman dari suaminya, sebenarnya dalam segala hal juga. lalu ciuman Ushi beranjak dari bibir ke pipi kanan Semi, lalu pipi kiri, kedua kelopak mata, ke dahi, ke hidung, lalu ke dagu. Seluruh wajah Semi dimanjakan oleh ciuman Ushi. Dan hal itu membuat Semi sangat merasa disayang, dimanja.

Semi lantas mendorong tubuh yang lebih tua hingga bertukar posisi kini dirinya yang diatas dan Ushi dibawah, Semi juga ingin memberi kenikmatan pada sang suami tercinta. Semi cepat-cepat melepas celana tidur miliknya dan membiarkan dirinya tidak ditutupi benang sehelaipun.

lalu dibukanya kaus Ushi dengan cepat dan melemparkannya asal-asalan, dan menurunkan celana training beserta sempak doraemon yang Ushi pakai ke lantai. Dalam sekejap milik Ushi yang panjang dan sangat besar sudah berdiri kokoh seakan memberi tau bahwa dirinya sangat kuat untuk melewati berapapun rondenya.

tanpa basa-basi Semi mengocok milik Ushi dengan tangan kanannya, dan lidahnya menjilati sisi-sisi sampingnya. Dengan posisi Semi yang agak menungging membuat mata Ushi fokus ke belahan pantat sintal milik Semi. Ditamparlah pantat menggemasakan itu

Plak!

Ditampar begitu membuat Semi semakin gencar dengan milik Ushi. Seusai menjilati seluruhnya, Semi langsung memasukan milik Ushi kedalam mulutnya, menghisap dan mengulumnya dengan gerakan naik turun diikuti tempo yang sensual. "Aahhh." Ushi merasa kenikmatan.

Tangan kekarnya mulai meraba luar hole Semi, menjilat dua jarinya lalu memasukannya kedalam hole Semi, mempersiapkannya. "Mnghh." Semi juga merasa tak kalah nikmat, mendengar itu Ushi menambahkan satu jari lagi kedalam hole istrinya. Dan mengocok hole tersebut dengan tempo cepat "Mnghhh aaahhh." tubuh Semi menegang, bentar lagi ia akan keluar. Dan itu terasa nikmat.

Sanking nikmatnya Semi sampai berhenti dengan milik Ushi karena perhatian tubuhnya terfokus pada holenya saja, sehingga jarinya hanya bisa mengocok milik Ushi dengan pelan. "Aahhhhh Wakatosshihhh." Semi keluar.

Ushi langsung menarik pinggul Semi dan memposisikan tubuhnya untuk duduk diatas dirinya. (kalo yg gak kebayang, ini posisi uke on top.) Dan Semi langsung memegang milik Ushi dan mengarahkannya ke lubangnya sendiri. menggesek-gesekkannya sesaat lalu memasukkan pelan-pelan kedalamnya. "Errngh." eluh Semi.

baru setengah saja yang berhasil masuk kedalamnya, Ushi mencium bibir Semi lalu memasukkan seluruh miliknya ke dalam milik Semi dengan satu hentakan. "Mmhhh." dikecupnya lagi bibir sang istri sambil menatap kedua matanya.

"Aku gerakin ya?" Semi mengangguk patuh. dalam waktu singkat suara kecipak basah berpadu dengan lenguhan nikmat menggema diruangan itu. Udara terasa semakin panas, oksigen terasa semakin menipis, dan kedua gesekan yang melawan gravitasi terasa semakin nikmat. Keduanya benar-benar menikmati pagi cerah mereka, hingga...

di rumah yang sama, ruangan yang berbeda. Goshiki keluar dari kamar mandinya, baru saja selesai mandi. habis menaruh handuk di gantungan khusus handuk, Goshiki berpindah ke ruang keluarga dan mengecek koper-koper yang sudah tertata rapih disana. Koper itu akan dibawa mereka nanti.

dilihatnya Kenjiro yang baru saja keluar dari lorong kamar Papa dan Mamanya. Pipi dan telinganya nampak kemerahan. "Kak, Mama sama Papa udah dibangunin?" tanyanya.

"Kok pipi sama kuping kakak merah?" tanyanya lagi. Kenjiro langsung menatap adiknya itu "Jangan kepo masih bocah." jawabnya.

"Dih, kan Iki cuma nanya. gak kepo." Goshiki membela diri, padahal dia emang kepo. "Mama sama Papa udah dibangunin belom? ini udah jam 8 kak nanti macet." Goshiki mengingatkan, karena hari ini malam tahun baru sudah pasti semua orang akan pergi dan jalanan pasti padat kalau tidak berangkat lebih awal.

"Bawel, pokoknya lu gak usah kepo. jangan berani-berani deketin kamar Papa sama Mama sebelum mereka keluar sendiri!" seru Kenjiro lalu beranjak ke dapur, mencari makanan.

sebenarnya, sebelum ke ruang keluarga, Kenjiro mampir ke ruangan Mama dan Papanya berada. niat ingin membangunkan sang Mama karena perutnya keroncongan, hanya saja pas baru Kenjiro ingin mengetuk pintu kamar, dari luar terdengar suara erangan dan desahan dari Papa sama Mamanya, lalu Kenjiro memutuskan untuk pergi dari sana dan tidak menganggu aktivitas mereka.

"Ih punya kakak gitu banget sih, Iki nanya baik-baik juga! Emang kenapa sih? orang Iki cuma ngingetin." cerocos Goshiki tidak suka. "Kalo emang kak Ken gamau bangunin, biar Iki aja yang bangunin!" ujar Goshiki semangat, 'Pasti Papa bangga sama Iki karena bangun lebih awal dan bangunin Papa! Gak sabar liat reaksi Papa.' batinnya. lalu tanpa sepengetahuan Kenjiro, si adik sudah melesat menuju kamar kedua orang tua mereka.

sesampainya didepan ruangan Papa dan Mamanya, Goshiki mendengar beberapa suara aneh dari dalam. Goshiki tidak yakin suara apa itu, lalu mendekatkan telinganya ke pintu. untuk memperjelas suara tersebut, "Mnghh nghh Wakatoss aahh moreeehh." terdengar suara Mamanya.

"Arghhh eemnghh kiss me baby." Lalu disusul suara Papanya. Goshiki mengerutkan keningnya bingung, itu semua erangan apa? Ada apa? 'apa Mama sama Papanya sedang kesakitan?' pikirnya. Walaupun Goshiki sudah kelas 1 SMA, ia memang belum paham hal-hal tersebut. berbeda dengan kakaknya Kenjiro yang sudah kelas 3, sangat paham soal begituan.

Dengan panik karena khawatir Goshiki berteriak sambil mendobrak pintu tersebut. "PAPA SAMA MAMA GAKPAPA?!" bukan salah Goshiki yang terlalu khawatir sama keadaanya Papa dan Mamanya, yang salah adalah Ushi kenapa lupa mengunci pintu tersebut?

Masyaallah ke gep sama anak sendiri gak tuh?

Mata Goshiki melotot, dan tubuhnya kaku ditempat. dilihatnya sang Papa yang sedang berada diatas sang Mama lalu... "AAAKKHHHHHH!" Goshiki berteriak untuk kedua kalinya. "Ehh Iki? kenapa sayang?" Semi berusaha menenangkan anak bontotnya dari jauh.

tiba-tiba ada tangan yang menyeret Goshiki keluar dari sana dan langsung menutup pintu kamar tersebut, "Gomen Mah, Pah." itu Kenjiro. "Heh udah gw bilang jangan ke kamar Papa sama Mama masih aja lu." sembur Kenjiro.

"Huwaaa mata Iki, itu barusan apa Kak?" Goshiki rasanya ingin menangis, dia bingung dan juga kaget. entah bagaimana Kenjiro menjelaskan kepada sang Adik mengenai hal tersebut.










🏡Bokuakaの。

Dari sebuah kamar dengan lampu temaram, nampaklah dua siluet yang saling merengkuh dalam diam. Yang lebih tua terus mengeratkan pelukannya sedangkan yang lebih muda berusaha mendorong pelan membangunkannya. "Bokuto san." panggilnya.

"Iya Keiji?" Bokuto menciumi pipi istrinya lembut.
"Ayo bangun, kita harus sampai lebih dulu dari pada yang lain." Akaashi mengingatkan.

"Hmm gakpapa, nanti kalo telat kita naik Jet pribadi aja." jawab Bokuto asal.

"Heh ngawur, mau turun dimana Jet pribadinya?" ingin rasanya Akaashi menggetok suaminya itu, kalau bicara suka tidak dipikir dulu.

"Dihati Kaashi." Bokuto kembali menyerang wajah Akaashi dengan ciuman-ciumannya. "Aku cinta banget sama Keiji!"
"Milik aku, punya aku!" Bokuto bertubi-tubi melontarkan kalimat berkadar gula tinggi itu, wajah Akaashi memerah karena malu sekaligus bahagia.

Bisa-bisanya Akaashi yang digituin Author yang melting;(

"Aku lebih cinta Bokuto san." balas Akaashi sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan, malu berat. "Aku lebih lebih lebih lebih cintaaaaaaaa Keiji! 69X lipat pokoknya!" Bokuto enggan mengalah untuk sekedar mengatakan siapa yang paling banyak memiliki rasa cinta dihati masing-masing.

"Iya iya Bokuto san menang." Akaashi mengalah, tidak ingin memperpanjang persoalan siapa yang paling mencintai disini. "Yeayy aku pemenangnya, Hey Hey Hey!" serunya riang, Akaashi hanya tersenyum melihat tingkah suaminya yang sudah berumur 40 tahun itu tetapi masih saja bersikap kekanakan.

Mungkin sebagian orang akan merasa tidak suka dan ilfeel, tetapi Akaashi sangat menyukai itu. tidak terbayang oleh Akaashi yang merasa bersifat biasa saja, dan tidak ada asik-asiknya itu berpasangan dengan orang yang pendiam juga. Mungkin rumah tangganya tidak akan seramai itu.

"Bokuto san senang?" tanyanya.
"Banget!"
"Yaudah sekarang ayo bangun, dan siap-siap oke?" Akaashi niat beranjak dari acara rebahannya namun ditahan oleh Bokuto.
"Keiji."
"Apalagi Bokuto san?"
"Koutarou! panggil aku begitu. Baru aku mau bangun." perintah Bokuto.
"Tidak mau, Bokuto san bangun dulu, mandi terus turun kebawah sarapan baru aku panggil dengan nama itu." Jelas Akaashi, Akaashi tidak bisa menyebut nama kecil suaminya bila dalam keadaan sadar diri, karena biasanya Akaashi akan melontarkan nama itu secara spontan saat mereka berhubungan intim.

"Jahat! kan aku duluan yang kasih Keiji perintah, kenapa Keiji nyuruh aku juga?" Bokuto mempertahankan sisi kekanak-kanakannya.

"Astaga gak gitu Bokuto san."

"Kamu mulai gak nurut ya sama aku, aku tuh suami Keiji!" Dumel Bokuto tidak terima.

"Tapi sikapmu kadang lebih mirip seperti istri dirumah ini, Bokuto san." timpal Akaashi.

"Apa? Mana ada? Jelas-jelas aku semenya Keiji!" Akaashi memperhatikan raut wajah Bokuto yang semakin terlihat kesal, kalau sudah begini tidak ada cara lain selain menuruti apa saja keinginan suaminya. Karena Akaashi tidak ingin mendengar satu kalimat sakral itu.

"Oh aku paham, kamu mau dihukum ya Keiji?" tanya Bokuto menaikan alisnya sebelah. Akaashi memejamkan matanya, baru saja ia memikirkan perkataan itu, jelas ini berbahaya. Akaashi tidak bisa dihukum sekarang, tidak boleh! Bisa-bisa mereka datang ke Villa besok karena akan sangat lama menuntaskan nafsu birahi seorang Bokuto.

Akaashi menatap Bokuto lembut, lalu menghela nafas. "Koutarou." jawabnya. Mendengar itu raut wajah Bokuto langsung berubah 90。"Telat! Kamu tetap musti aku hukum Keiji." Bokuto langsung bangun dan menindih Akaashi, mengekang dengan kedua tangan kekarnya.

"Bokuto san!" cegah Akaashi, tangannya mendorong bahu kekar suaminya. Tapi itu semua tidak mempan, tubuh Bokuto tidak bergeser satu centipun. "Bokuto san, dengar!"

"Aku janji akan menuruti semua keinginan Bokuto san, tapi aku mohon tolong sekali ini saja lepaskan aku." Akaashi bukannya tidak ingin melakukannya dengan sang suami. Hanya saja ia benar-benar tidak bisa datang terlambat diacara kali ini, mengingat mereka yang memiliki tempat dimana acara akan diadakan. So udah pasti mereka harus banget sampe duluan disana.

"Kenapa?" Bokuto mencoba mengerti maksud Akaashi.

"Kita harus sampai duluan disana Bokuto san." Jelasnya.

"Oke, janji ya Keiji! Sekali ini saja aku lepaskan Keiji, besok-besok gak ada cerita." Bokuto bangun dari atas tubuh Akaashi, dan Akaashi pun menghela nafas lega.

"Pah, Mah, udah bangun?" Suara Shoyou menginterupsi mereka dari luar.

"Udah sayang." Seru Akaashi bangun dari kasurnya, Bokuto pun melangkah keluar kamar dan menghampiri Shoyou.

"Shoyou udah mandi?" Tanya Bokuto mendekati sang Anak semata wayangnya itu lalu mengusak rambutnya.

"Ohayou Pah! Mah! Udah dong kan mau siap-siap ke Villa." Shoyou menjawab bersemangat. Dilihatnya Sang Mamah yang baru keluar dari kamar "Ohayou mou sayang."

"Ohiya mau makan-makan daging sama seafood!" Ujar sang Papa tak kalah bersemangatnya.

"ONIKU NIKU NIKU NIKU~" Ucap sang Anak dan Papa berbarengan.
Akaashi yang sudah melesat kedapur hanya tersenyum dan berkata "Bokuto san, Shoyou. Sarapan dulu hayo."

"KAMI DATANG~" Jawab sang Anak dan Papa berbarengan lagi. Lalu keduanya turun menuruni tangga menuju meja makan.

"Pah kembang api pesenan Shoyou udah dibeli kan?"
"Udah Papa beliin 100 kantong kurang gak?" Shoyou menggeleng.
"Petasan bantingnya?"

Shoyou maupun Bokuto sudah dimeja makan sekarang, hidangan nasi goreng spesial sudah tertata rapih dimeja. Lengkap beserta irisan acar, telur mata sapi dan kerupuk. Sebelum membangunkan Bokuto, Akaashi memang sudah masak jadi sekarang bisa langsung makan.

"Udah juga Papa beliin 50 kantong."
"Petasan merconnya?" Shoyou bertanya lagi, seketika Bokuto menghentikan acara makannya.
"OHIYA PAPA LUPA BELI PETASAN MERCON!" Shoyou menepuk jidatnya.

"Kan Shoyou udah ingetin dari 3 hari yang lalu. Kan Papa pikun." Shoyou memanyunkan bibirnya.

"Gomen Papah lupa." Bokuto juga ikut memanyunkan bibirnya.

"Udah tenang aja, Mamah udah bilang Bunda Iwak buat bawain petasan merconnya." Mata Shoyou langsung berbinar. Saat semalam mengecek apa saja yang ingin dibawa Akaashi tidak melihat petasan mercon, padahal di daftar sudah dicontreng, kebiasaan Bokuto suka mencontreng dengan tidak teliti. Lalu Akaashi buru-buru menelfon Iwaizumi semalam, karena kebetulan didekat rumahnya memang ada penjual Petasan.

"Beneran Mah? AASIKKKKKK HOREEEEEE! Makasih Mamah, the best!" Shoyou riang.

"Papah papah? Mamah doang yang the best?" Tanya Bokuto sambil menunjuk wajahnya sendiri.

"Papah the best juga! Mamah dan Papah paling the best! Shoyou juga the best! Kita keluarga The Best!" Ujar Shoyou sambil menarik keduanya dan memeluk mereka erat.

"Aku cinta keluargaku!"
"Aku juga, sangat."

Rasa ingin menyusup ke dalam keluarga bokuaka📈📈📈

ーーーーーーーーーーーーーーーーーーー

TBC!
Next Chapter (Levyaku,
Oikiwa & Futamoni)

See ya, Happy New
Years All🎊🎉

║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║

©️ Ello'rawsky , 2O21

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro