ᥫ᭡˖ ࣪𝐒'é𝐜𝐡𝐚𝐩𝐩𝐞𝐫 ¡!•SakuAtsu•
[IntrO New Character]
Nama : Pasangan Ukai Keishin & Takeda Ittetsu
Profesi : Pemilik Bar VBC
Status : Menikah
Hobi : Berkebun Di Ladang kampung halaman
Alumni : HHS
Desc : -
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tiga jam kemudian.
Sakusa Kiyoomi melepaskan bukti gairahnya dari lubang hangat yang sudah lecet dengan beberapa bercak kemerahan di sisi—sisinya. Lubang itu tidak lain dan tidak bukan adalah milik ottoko bersurai kuning kecokelatan, Terushima Atsumu.
"Haa..haa."
Sakusa masih berusaha mengatur nafasnya setelah mengeluarkan cairan putih kental manis—nya. Eh manis? Tolong coret kata 'manis' . Tepat diatas daging bulat nan gempal milik rubah kuning itu. Well, entah Sakusa sudah mengeluarkannya berapa banyak? Baik di dalam maupun di luar tubuh Atsumu.
Setelah pergulatan kasur yang panjang, dan sudah terhitung 40 menit lamanya dari kesadaran Atsumu yang menghilang akibat kelelahan karena aktivitas saling menikmati tersebut. Atau mungkin, hanya Sakusa yang benar—benar menikmatinya karena Atsumu merasa sangat kesakitan.
Onyxnya memandang wajah Atsumu dari samping, Ia tertidur dalam keadaan terlungkup, dan sisa—sisa bulir air asin masih menggenang di beberapa helai bulu matanya, menggantung rapat disela—sela kelopak matanya. Tubuh mereka sudah tidak lagi menyatu, Sakusa sudah turun dari ranjang king size tersebut menjauhi Atsumu.
Kemudian kakinya membawa tubuhnya masuk ke dalam kamar mandi di dalam ruangan tersebut.
Slam!
Ditutupnya pintu itu dengan kasar, secara pasti Sakusa merasa tidak mengenali dirinya sendiri saat ini. Siapa yang berani mengambil alih tubuhnya? Hingga melakukan hal–
Tunggu–tunggu, gue kenapa? Sakusa bertanya pada dirinya sendiri tanpa suara, Ia memandang pantulan wajahnya sendiri pada kaca besar yang menempel pada dinding kamar mandi bernuansa putih itu.
Ini gak bener kan? Sakusa lagi—lagi menanyai dirinya sendiri. Pantulan wajah tampan Sakusa masih setia di dalam kaca bening tersebut, mereka saling pandang. Melihat pantulannya sendiri yang kacau, penuh dengan cairan asin. Entah kenapa, rasa panas yang memburu itu lenyap hilang kemana, tubuhnya merasa biasa saja sekarang. Apa gue beneran kena genjutsu? Pikir Sakusa bercanda.
Tidak, ini serius. Sakusa merasa bahwa dirinya benar—benar diluar kendali. Ia merasakan rasa panas yang amat sangat dari dalam tubuhnya, dan tanpa berbuat apapun bukti gairahnya juga sudah mengacung begitu saja, ingin segera dipuaskan, dan Atsumu satu—satunya makhluk terbodoh di Fanfic ini karena keras kepala ingin tetap berada di sisi Sakusa malam itu. Berakhir sudah, Ia menjadi korban. Bukan, keduanya adalah korban.
Seketika Sakusa mengangkat telapak kanannya, dan memandanginya sesaat. Pikirannya melayang pada jam—jam sebelumnya, dimana Ia masih duduk di lantai 2 gedung ini. Makan malam bersama Atsumu sambil mengintai Proff. Neko–
Bajingan! Sakusa mengumpat sebelum tinjunya berhasil meremukkan kaca di hadapannya, aroma darah pun keluar dari sela—sela jemarinya yang masih mengepal.
"Ck." Semua lebih rumit dari apa yang Ia bayangkan. Apa yang terjadi malam ini benar—benar diluar dari dugaan dan persiapannya. Ditambah Atsumu juga ikut ke dalam masalah ini, apa semua salahnya? Salahnya karena memutuskan akan bekerjasama dengan Atsumu yang baru terjun ke dunia keji ini? Atau salahnya merencanakan akan bernegosiasi dengan Proff. Nekomata karena Ia tidak memiliki cara lain untuk mendapatkan serum yang menjadi potion penyembuh ayahnya.
Dan sekarang Sakusa mengerti, musuhnya benar—benar ingin membuatnya tidak berdaya. Itu benar, Sakusa mungkin tidak berdaya karena Ia sendirian. Tapi Sakusa tidak akan menyerah begitu saja, Ia harus menyembuhkan satu—satunya keluarga yang tersisa. Ia tidak ingin menyesal layaknya dulu saat tidak bisa melakukan apapun disaat ajal ibunya sudah tepat didepan mata. Sakusa bukan anak kecil lagi yang hanya bisa menangis, Ia akan melakukan apapun, termasuk membunuh dirinya sendiri. Jika itu memang di perlukan.
Sakusa berjalan masuk ke bilik shower, dan menyalakan airnya, mengguyur dari surai bergelombangnya hingga ke mata kaki. Untuk saat ini Sakusa akan menyelesaikan acara mandinya, pulang ke rumah, lalu merencakan apa yang harus di lakukan selanjutnya.
Tidak hanya itu, diam—diam Sakusa merasa tidak nyaman melihat kondisi mengenaskan (mantan sahabatnya)—Terushima Atsumu. Meskipun sangat menyebalkan, bagaimana pun juga Atsumu adalah anak dari Terushima Yuji, satu—satunya orang yang menyelamatkan hidupnya paska Tn. Sakusa tumbang. Rasanya sangat tidak benar bila Sakusa berbuat jahat dengan anak dari orang yang sudah sangat baik kepadanya bukan? Dan Ia akan menghubungi Agent SR untuk itu, lalu terakhir . . .
Mungkin tidak akan pernah bertemu lagi dengan Atsumu adalah keputusan yang bagus.
Ia tidak ingin membawa Atsumu ke dalam permasalahannya lagi.
🏴☠️ VBC 〰️ Ruangan Manager 🏴☠️
Di ruangan persegi empat itu, sudah duduk empat orang penting di dalamnya. Ada Ushijima Wakatoshi sebagai seorang Detektif, Sawamura Daichi sebagai kepala kepolisian, dan pasangan Keida [Keishin—Takeda]. Mereka saling berhadapan dengan empat buah ocha di masing—masing cangkir mereka.
Ukai Keishin atau yang akrab dipanggil Keishin itu segera menghubungi Daichi ketika mendengar bawahannya memberi kabar adanya kasus janggal yang merugikan Bar besarnya lusa lalu. Tepat kejadiannya dua hari yang lalu, pada malam hari. Pasangan itu buru—buru terbang kembali untuk pulang dan turun tangan langsung pada kasus tersebut. Ini bukan kasus yang bisa disepelekan, jika nama Barnya sudah buruk maka akan sulit baginya untuk menjaga pelanggan tetap yang sudah dimilikinya selama bertahun—tahun, lalu janji kerjasama dengan pihak entertaiment dan lain—lain juga akan ikut musnah. Siapa yang mencoba merusak nama baik Barnya?
Keishin dan Takeda memang sedang berlibur ke kampung halaman mereka, letaknya dibagian selatan Kota X dekat pegunungan dan lembah yang masih hijau. Kawasan pedesaan yang masih sangat asri, jauh dari hiruk pikuk dan kebisingan layaknya tinggal di Kota.
Sudah menjadi kegiatan rutin bagi pasangan itu untuk pulang ke kampung halaman mereka dalam jangka waktu dua bulan sekali. Jadi Ia tidak berada di Bar paska kejadian itu. Naasnya Proff. Nekomata, seorang ilmuan yang cukup terkenal menjadi korban—katanya sih keracunan makanan. Keishin sendiri tidak mempercayai hal tersebut.
Takeda juga menyetujuinya, pasalnya Bar mereka buka sudah puluhan tahun lamanya. Dan selama itu pula mereka tidak pernah mendapat masalah semacam itu, kasus itu benar—benar baru pertama kali terjadi pada Barnya.
Keishin selalu memilih dan menyeleksi karyawan—karyawati yang akan bekerja di Barnya. Ia tidak bisa mentolelir masalah sekecil apapun walaupun salah satu dari pekerjanya adalah saudaranya sendiri atau bawaan orang dalam yang sangat dekat dengannya.
Keishin pun sudah menginterogasi seluruh pekerjanya, dalam satu malam Ia berusaha menyelidiki semua permasalahan itu dengan bantuan Daichi dan Ushijima menggunakan anjing pelacak. Betapa terkejutnya Ia setelah menggeledah seluruh sudut ruangan dari gedung VBC, Ia menemukan salah satu karyawannya mati dengan mengenaskan di bilik gudang kotor lantai dasar yang letaknya berada dibagian barat gedung itu.
Kebetulan sekali VBC memang memiliki dua gudang di dalamnya. Pertama gudang bersih berisi penyimpanan—penyimpanan barang bersih yang di bagi menjadi dua dengan lapisan tembok tebal. Yang satu untuk penyimpanan bahan makanan, minuman dan lain—lain. Kemudian yang satu lagi khusus penyimpanan barang seperti selimut baru, perlengkapan mandi, pembersih lantai dan lain sebagainya.
Lantas gudang kotor yang letaknya berseberangan dengan gudang bersih dipakai untuk menyimpan barang—barang rusak yang tidak layak pakai, adapun barang—barang yang memang sudah tidak bisa digunakan lagi.
Keishin dan yang lain langsung berlari cepat ketika mendengar salah satu anjing pelacak yang dibawa oleh anggota kepolisian menggonggong keras dari arah lorong gudang.
"Wook wook! Awook wook! Ggrrr Wook!" Anjing itu tak henti—henti menggonggong keras di depan pintu gudang tersebut. Kaki—kaki depannya juga menggesek kukunya cepat pada bagian depan pintu, seakan ingin membukanya.
Lantas, Keishin menyuruh salah satu bawahannya untuk membuka pintu tersebut.
Ceklek!
Setelah memutar kunci sebanyak dua kali ke kiri, lalu menekan gagang kenop pintu kebawah, barulah pintu gudang itu benar—benar terbuka.
Gelap dan sunyi.
Hal pertama yang mereka semua dapatkan.
Wush!
Tidak lama ada sebuah kepala melayang ke arah mereka. Mereka lantas memundurkan tubuh serentak.
"K-kepala?!" Semua berjenggit.
Kepala itu terikat pada sebuah tali tambang yang cukup kuat, banyak luka goresan dan darah yang masih menetes dari ujung leher yang terpenggal. Beberapa pegawai disana mulai menjerit, sebagian menutupi wajah mereka dengan telapak tangan karena merasa mual dan pusing. Itu hanya sebuah kepala, entah tubuhnya kemana?
Daichi dan Ushijima baru saja datang, mereka berlari dari lantai atas kala mendengar suara jeritan yang cukup keras. "Ada apa Sensei–" Pertanyaan Daichi tercekat kala maniknya sendiri melihat adanya kepala yang tergantung dengan tali, lalu Ia memberanikan diri untuk menangkap bagian atas tali tersebut agar kepala itu bisa diam dan dilihat lebih jelas, siapa tau salah satu pegawai atau bahkan Keishin sendiri dapat mengenali kepala mayat tersebut.
Hap!
Tali itu benar—benar di dalam kendali Daichi sekarang. Secara perlahan kepala yang terbang maju—mundur itu kini diam. Daichi pun memutar pelan tali tambang tersebut dan membalik kepala itu menghadap semuanya.
"D-david!"
"Itu David." Keishin menjawab pelan, Takeda sudah menangis karena terkejut, kakinya melemas dan Keishin menangkapnya, menenangkannya. Salah satu karyawan terbaik yang mereka miliki harus menjadi korban atas kejahatan yang bahkan dalangnya belum diketahui. Keishin sempat memutar otaknya dengan cepat, dengan siapa Ia pernah membuat masalah? Sampai—sampai dirinya terkena masalah sebesar ini.
Seluruh pegawai sudah lari ketakutan, beberapa ada yang pingsan dan sisanya membawa mereka ke ruangan peristirahatan. Sungguh, belum selesai dengan kasus racun, dan malam itu mereka semua merasa ditekan dengan kasus pembunuhan.
Tiba—tiba Ushijima melangkah maju kala mata elangnya menangkap sebuah pesan yang janggal. Pesan itu terukir halus di pipi kanan dari wajah mayat yang kepalanya tergantung itu. Ushijima tau, pesan tersebut diukir dengan pisau buah yang tumpul.
Ushijima mengambil sarung tangannya dari saku jas dan langsung menggunakannya tidak lupa mengenakan maskernya. Kemudian menangkap kepala itu dengan tangan kanan dan menariknya mendekat. Daichi menjauh selangkah.
Tangan kirinya merogoh kantung celananya dan mengambil sebuah senter kecil untuk mempertegas ukiran tersebut.
'Mau bermain dengan kami fufufufufu?'
–232739
Setidaknya itulah yang bisa Ushijima baca. Jelas angka di bawah pesan tersebut adalah kalimat tersembunyi, mungkin Ushijima akan mencari taunya malam ini juga.
Keishin, Takeda dan Daichi sama—sama diam. Mereka menunggu dengan sabar apa yang sekiranya bisa ditemukan oleh seorang detektif handal di hadapan mereka itu.
"Daichi." Tiba—tiba Ushijima berujar pelan.
"Ya?"
"Kita butuh bantuan Dia." Daichi langsung mengerti maksud dari temannya itu. Kasus kali ini bukannya mustahil bila dipecahkan berdua saja, tapi yang mereka hadapi bukanlah manusia biasa. Tubuh mereka saja yang manusia, jiwa mereka bukan lagi manusia.
Daichi dan Ushijima sama—sama tau, jika mereka memaksa meneruskan segalanya sendiri, mereka percaya akan ada korban selanjutnya setelah ini. Dan mereka tidak bisa membayangkan bila salah satunya adalah keluarga mereka sendiri.
"Wakatta, kita hubungin Dia malam ini juga."
🏴☠️ Haikyuu High School ➖ HHS 🏴☠️
Atsumu duduk santai di bangku taman HHS. Menunggu Osamu dan Suna. Katanya mereka akan membelikan Atsumu makanan manis untuk menaikan mood—nya, Atsumu tidak menolak. Dikepalanya terbesit wajah Sakusa berkali—kali. Bahkan adegan panas mereka malam itu juga ikut berputar layaknya kaset rusak di dalam kepalanya.
Atsumu menggeleng keras dengan semburat merah diwajahnya. Alisnya mengerut tapi jantungnya berdegup cepat. Apa—apaan coba?! Batinnya berteriak.
Atsumu merasa kesal sebenarnya, itulah mengapa Ia uring—uringan dan Osamu sebagai saudara kembar yang baik sedang berusaha untuk menenangkannya. Jelas kesal, Sakusa menghilang begitu saja bak ditelan oleh entah bagian bumi mana. Tidak memberi kabar, bahkan tidak meminta maaf akan perbuatannya malam itu.
Beberapa hari yang lalu, Atsumu terbangun karena tenggorokannya terasa begitu kering. Ia haus. Maniknya mencoba terbuka, jari—jarinya juga mengusak halus sepray yang menjadi alas kasur empuknya. Dengan setengah sadar Atsumu menyadari sesuatu, itu bukanlah kamar VBC, itu kamarnya sendiri!
"Dah bangun Sleeping Beauty?" Tanya Osamu dengan nada sarkas—nya.
Samu?!
Atsumu melotot, tubuhnya pun bangkit namun gerakannya terhenti kala rasa nyeri bertubi—tubi menyerangnya tepat dibagian belakang tubuhnya. Anjing sakit! Aduh Atsumu tanpa suara.
"Samu? Gw dimana?"
Atsumu bertanya dengan tampang sok polosnya, jelas—jelas Ia sudah tau kalau itu kamar mereka. Dilihatnya Osamu yang masih duduk membelakanginya, tangannya sibuk menulis entah apa. "Gua tau lu kagak Amnesia Tsum, jadi stop pura–pura seakan lu Amnesia."
Hufh.
Padahal Atsumu iseng saja bertanya demikian, Sebentar. . . Omi mana?! Atsumu lagi—lagi mencoba untuk turun dari atas ranjangnya tapi lagi—lagi rasa nyeri kembali menghadangnya.
"Ouch!"
Osamu berbalik, menemukan saudara kembarnya itu mengaduh kesakitan. "Tsum, kalo lu jelasin semua mungkin gua bakal tutup mulut ke Papih sama Mamih. Dan bisa gua pastiin kalo gua buka mulut, lu bener–bener gak punya apapun lagi." Osamu tau benar apa kelemahan Atsumu, dari kecil Atsumu memang sangat berkeinginan menjadi Boss Mafia (penerus ayah mereka) dan semua sudah 19% kemungkinannya untuk bisa meraih it semua, kenapa? Karena dirinyalah yang sudah di nobatkan , masih calon sih karena selain belum cukup umur, Ayah mereka Terushima Yuji masih amat sangat sehat walafiat sehingga masih sanggup mengemban dan memimpin FOXMURDER.
"Lo berani ngancem gw Sam?!" Atsumu semakin melebarkan maniknya kesal, lalu mencebikkan bibirnya tidak suka. Saudara kembarnya itu benar—benar keterlaluan, mengancam orang tanpa melihat situasinya terlebih dahulu.
"I do, dan gua lakuin ini karena gua peduli sama lu. Kita kembar, kalo lu kesakitan, gua juga Tsum. Stop act like you are a kids!" Osamu berteriak marah, bahkan Ia membanting nampan berisi gelas bekas kopi yang Ia minum dan juga sepiring bisquit Monde berbentuk hati yang sudah terserak kemana—mana, berantakan.
Atsumu menatap tidak percaya kepada Osamu, tanpa disadari matanya berkabut, dan setetes air asin lolos dari kelopak mata kirinya. Atsumu memanyunkan bibirnya yang bergetar dan merentangkan kedua tangannya seolah menyuruh Osamu mendekat dan memeluknya, Atsumu tidak peduli jika Osamu menganggapnya seperti apa, Ia hanya ingin bergantung pada kembarannya saat ini.
"WOI!" Atsumu berjenggit, seketika lamunannya buyar oleh teriakan Osamu, tepat di depan wajahnya.
"E-eh udah balik lo?" Osamu berdehem sebagai jawaban lalu memberikan sekantung pelastik besar berisikan segala macam makanan manis di dalamnya. Entah Osamu ingin menaikkan mood kembarannya itu atau justru menaikkan kadar gula di dalam tubuh kembarannya sehingga yang meningkat bukanlah mood tapi justru Atsumu akan terkena Diabetes.
"Dih banyak banget asu." Atsumu mengeluh. Gimana caranya coba makanan manis sebanyak itu—berupa caca, tango, oreo, silver queen hingga permen dan masih ada banyak lagi mampu dihabiskannya seorang diri? Jawabanya adalah mustahil.
"Gitu cara lu bilang makasih?" Atsumu menghela nafas lalu merubah ekspreksi wajahnya menjadi tersenyum lebay nan alay. "Terimakasih banyak!" Lalu mengedipkan mata kanannya dua kali, kedipan centil ala dirinya sendiri.
"Permisi Tuan saya mau ke toilet sebentar." Suna pamit ke kamar mandi dengan sangat formal. Membuat Atsumu berdecak kesal "Dibilang kalo lagi sama kita gak usah formal-formal!"
"Lagian lo bikin geli Tsum." Jawab Suna akhirnya. Lalu segera melesat ke kamar mandi.
"Anjing."
"Jadi, lu beneran mau lanjutin misi ini?" Todong Osamu to the point, tepat setelah Atsumu membuka bungkus caca dan memakan beberapa bulatan cokelat warna—warni tersebut.
Atsumu mengangguk.
"Kalo Mamih tau yang sebenernya, gua yakin dia ga keberatan ngemban misi ini sendiri atau gua juga gak keberatan kok buat gantiin posisi lo." Ujar Osamu, tangannya membuka bungkus Tango rasa cokelat, dan memakannya.
Osamu sudah tau segalanya, bahkan Atsumu mati—matian menahan Osamu untuk tidak pergi ke kediaman Sakusa. Atsumu sangat tidak suka bila ada seseorang yang meng-ikut-campuri permasalahannya sekalipun alasannya adalah peduli, atau kata lainnya sayang.
"Kan gw dah bilang maren, kalo gw bakal nyelesain semuanya sendiri." Atsumu menjawab santai lantas memakan cacanya lagi.
Osamu diam. Suna masih di kamar mandi.
"Lagian gw selalu inget apa kata Papih, FOXMURDER gak akan pernah lari dari tanggung jawabnya, tugas ini udah dikasih Mamih ke gw, dan suka gak suka mau gak mau gw harus selesaiin, apapun yang terjadi." Atsumu menatap bungkus cacanya yang sudah kosong, pandangannya dimatanya meredup seketika mengingat wajah Sakusa.
"Gue ngerti lu mau bersikap dewasa disini, tapi partner lu–" Ucapan Osamu terpotong oleh Atsumu. "–Kalo Sakusa emang sengaja gak mau ketemu sama gw, gw gak keberatan kok buat nemuin dia duluan–" Atsumu menggantung kalimatnya sambil tersenyum.
"–Gak lupa juga buat ninggalin bekas luka di mukanya." Tambah Atsumu.
Osamu menghela nafasnya pasrah, jika itu memang keinginan saudara kembarnya Ia bisa apa? Osamu ingat betul bagaimana Atsumu tidak mau keluar kamar selama tiga hari—tiga malam karena merasa jijik akan dirnya sendiri. Disetubuhi dengan kasar oleh orang yang Ia anggap sahabat masa kecilnya, lantas orang itu pergi begitu saja layaknya Atsumu adalah seongok kondom bekas. Selepas dipakai lalu dibuang dan dilupakan begitu saja, itu benar—benar membuatnya sakit hati.
Atsumu bahkan tidak pergi ke sekolah, ibundanya Kita akhirnya memutuskan untuk bicara empat mata dengan putra sulungnya itu. Menjelaskan bahwa seterpuruk apapun kondisi seorang manusia, Ia harus tetap bisa menjalankan aktivitasnya seolah tidak terjadi apapun. Kenapa? Karena itu bukti bawa manusia tersebut masih ingin hidup, jika tidak mau melakukan hal tersebut, kenapa tidak mati saja?
Atsumu tidak menyalahkan perkataan ibundanya yang sangat menusuk baginya tapi semua ucapan ibundanya juga tidak salah. Untuk apa hidup bila tidak berguna? Jadi Atsumu memutuskan untuk kembali menjalankan aktivitasnya, dan juga misinya tentu saja.
Osamu juga sadar bahwa perubahan Atsumu bermula dari seringnya Ia menerima telefon di tengah malam. Dan sesuai dugaanya setelah melacak nomor tersebut dengan bantuan Suna, telefon itu tidak lain dan tidak bukan adalah nomor milik 0KM. Siapa yang tidak tau 0KM itu siapa?
Osamu mungkin akan membiarkan hal ini sekali, tapi bila Boss dari DEVILMACHINE itu kembali menyakiti kembarannya untuk yang kedua kalinya, mungkin Osamu akan melenyapkannya.
Dan kini Atsumu meremas bungkus cacanya yang kosong itu, cahaya di maniknya sudah kembali menyala, berkobar layaknya kobaran api di dalam panasnya tungku. Dalam lima menit terakhir kepalanya sudah penuh dengan rencananya sendiri, Ia akan mendapatkan serum itu terlebih dahulu, kemudian baru benar—benar akan memutuskan seluruh hubungannya dengan Sakusa. Dalam bentuk apapun.
🏴☠️ DGS MANSION 🏴☠️
"Kekekekeke!"
Tawa licik seorang pria menggelegar dari dalam sebuah ruangan yang glamour, ada banyak lampu—lampu menggunakan lilin menggantung apik pada langit—langit dan cat tembok yang berwarna merah menyala.
Brak!
Pintu tertutup.
"Ada apa sampai kau sebahagia itu?"
"Kekekekekeke! Okaeri Kyotachan!"
Jawab Pria itu, masih sambil tertawa mengerikan.
"Cih, ada apa manggil gue?" Tanya Kyotani to-the-point. Ia sibuk, dan tidak bisa membuang—buang waktu dengan belahan jiwanya itu.
"Hoo, anjing gila kesayanganku ini sudah berani bersikap kasar padaku rupanya." Dengan cepat Pria bersurai cokelat itu meraup dagu Kyotani kasar, dan menghujaninya dengan pagutan panas nan mendebarkan.
Mmpphh!
Kyotani lantas mendorong dan menubrukan tubuh pria bersurai cokelat tersebut ke dinding. Menghimpitnya lantas melepas pagutan mereka sepihak dan menatap nyalang sambil berkata dengan nada tinggi. "Ada kabar bagus apa hah sampai lo berani nyium gue duluan, Shigeru?!"
"Ahahahaha, dengan usaha kecil–kecilanku kita akan mendapat dua ikan sekaligus dengan satu umpan!" Ujarnya riang.
"Hah?" Balas Kyotani tidak mengerti.
"Aku ingin makan anak rubah, kau tau." Pria berambut cokelat dengan ujung yang mencuat itu merajuk sambil meraba dada Kyotani.
"Ya terus apa peduliku?"
"Hidoi yo!" Lantas pria berambut cokelat itu menendang perut Kyotani, namun belum sempat mengenainya sudah ditangkis terlebih dahulu oleh tangan kanannya. "Ih gak kena!"
"Cepet jelasin." Kyotani menghela nafas, sepertinya belahan jiwanya itu sedang mengidam yang tidak—tidak saat ini.
"Karena aku mau makan anak rubah, jadi aku harus membuat ibu rubah punya anak dulu kan?" Kyotani mengangguk.
"Dan kalo mau punya anak harus hamil dulu kan?!" Kyotani lagi—lagi mengangguk.
"Dan kalo mau hamil harus ngewe dulu kan?!" Kyotani berdecak, serasa bicara dengan anak bocah. Inumaki Toge juga paham rotasi perputaran bagaimana perkembang biakan makhluk hidup yang satu itu.
"Ya terus?!"
"Just wait! Semua udah dalam proses!"
"Sabodo teuing lah yang, pararuyeng lah aing."
"Blegug sia."
🏴☠️ Terushima House 🏴☠️
Terushima sedang duduk—duduk santai di lantai balkon belakang rumahnya. Balkon tersebut tepat berhadapan dengan kolam ikan mas koki dan berbelakangan dengan ruangan kerjanya. Terushima biasa menghabiskan waktunya untuk relax selepas selesai dengan urusan kerjaannya disana. Ia menatap cahaya bulan purnama yang memantul terang pada genangan air kolam ikan yang tenang.
Srek!
Pintu terbuka.
Keluarlah inti dari rumah dan keluarga tersebut, siapa lagi kalau bukan Kita. Membawa sebuah nampan kecil berisikan secangkir teh jasmine dan sepiring kue jahe hasil panggangannya.
Tak!
Menaruh nampan tersebut di hadapan sang suami, lalu ikut duduk disebelahnya. "Jangan lama–lama diluar nanti masuk angin." Ujar Kita mengingatkan.
"Gapapa, kan ada kamu yang rawatin aku." Terushima menjawab jujur, lantas memeluk pinggang sang istri. Lalu menciumi salah satu pipinya gemas.
Kita tidak membantah ataupun menolak ciuman itu, Ia diam—diam tersenyum, merona.
Tok! Tok!
Pintu diketuk.
"Maaf menganggu waktunya Terushima–Sama, tapi dua sahabat Tuan memaksa untuk bertemu dengan Tuan sekarang juga. Bagaimana?" Tiba—tiba saja ada yang menginterupsi keduanya. Terushima menahan kesalnya dan menjawab. "Suruh masuk, dan suruh tunggu di ruang rahasia."
Siapa yang datang malam—malam begini?!
Kemudian keduanya saling tatap selepas kepergian bawahannya barusan. "Matamu memang indah by." Terushima menjulurkan lengan kanannya, niat ingin memegang pipi sang istri.
"Sudah sana cepet temuin siapa itu? Gombal terus gak baik buat kesehatan." Kita menghentikan hal tersebut dengan bangun dari duduknya lalu membawa nampan itu kembali.
"Aihhh."
Terushima pun ikut bangun dan bersiap turun ke ruang bawah tanah, tempat dimana ruangan rahasia berada.
Akan sangat memungkinkan jika ada sebagian orang atau mungkin banyak orang yang akan dan ingin mengetahui lantas mencuri informasi—informasi tentang apapun yang lantas akan menguntungkan bagi mereka darinya. Jadi Terushima punya ruangan rahasia, letaknya dibawah tanah, dengan lapisan dinding kedap suara yang sangat tebal.
Selain sebagai markas persembunyian, Terushima biasa membahas informasi ataupun rahasia besar anggota mafia lainnya di dalam ruangan tersebut.
"Oh Daichi! Ushijima!" Sapa Terushima begitu sampai di dalam ruangan tersebut.
Ceklek!
Pintu tertutup.
"Yoo, Terushima. Sorry ganggu malem–malem, kita tau lo sibuk–" Ucapan Daichi terpotong kala Terushima membalas sambil menggoyangkan kesepuluh jarinya diudara.
"–Apaansih kagak, sibukkan juga kalian, gwe mah apa–apa kan anak buah sama si kembar yang turun tangan, gwe turun tangan langsung kalo emang masalahnya gede banget." Bantah Terushima lalu tersenyum.
"Duduk, mau minum apa? Sake? Soju? Atau Wine?" Tawar Terushima.
Daichi dan Ushijima saling pandang dan menggeleng cepat. "Ini bener–bener gawat Ter, kita gak butuh apapun. Kecuali bantuan lo."
"Bantuan gwe? Apa yang bisa gwe bantu?" Terushima yang tadinya memasang wajah jenaka seketika merubah ekspreksi wajahnya menjadi serius, datar dan dingin.
"Gini..."
Maaf ya kalau banyak typo atau kata yang double, cece ga sempet revisi karena keterbatasan waktu.
Bonus? Hanya untuk pemanis.
Perkenalan mereka akan ada di next chapter .
Mereka sweetable jadi why not?
Cr? To all artist.
**
Dibuang sayang check !
Author : /lagi asik ngeganyem seblak sambil nonton BNHA S5 episode 12/
SakuAtsu : /gedor pintu kamar author kyk org yg lagi kebelet boker/
Author : /mengkaget/ anjir siapa tuh malem-malem? Ganggu aja sik.
Author : /turun dr kasur ; buka pintu/ iya ada ap–
SakuAtsu : THOR INI CHAPTER JELAS YA TULISANNYA ((SAKUATSU)) KENAPA YG MESRA—MESRAAN MALAH ORANG LAEN BUKAN KITA?! /tereak make cocot + to ak/
Author : /kena semprotan bacotan yang semprotannya lebih mematikan dari pada hensenitijernye sakusa/ cece bisa jelasinnnnnn!!!! Dengerin dulu! /banting korek kuping/
SakuAtsu : /buang muka + nunggu penjelasan author cece/
Author : w gbkl jlsn sblm klyn nyrh rdrs bwt ngevt. /ngomong dgn datar/
SakuAtsu : /menghela nafas/
Suna : /siapin kamera HP/
Osamu : /megang kecrekan/
Atsumu : TANAM TANAM UBI
Osamu : *crek crek*
Atsumu : TAK PERLU DIBAJAK
Osamu : *crek crek*
Atsumu : BACOT KAU BABI
Osamu : *crek crek*
Atsumu : MENDING VOTE YANG BANYAK!
Sakusa : /pura—pura mati/
TBC!
Next Chapter
( ***** )
Angst in tydak ya?
Well, kenapa judulnya sakuatsu tapi yg mesra-mesraan malah kapal lain? Karena sakuatsunya lagi sama-sama menghindar/menghilang gays.
Cece biasa menghindar biar dicariin gitu sama doi, doi juga suka gitu tuh ke cece. Ga berlaku cuma ke doi si ke sahabat atau sodara bisa loh! Ke ortu juga bisa, well tapi menghindar/menghilangnya versi SakuAtsu bakal sama gak ya sama apa yang biasa cece lakuin? Silahkan tebak sendiri ya
Karena cece lagi tertekan di real—life cece, jadi cece gabisa banyak omong, maaf ya. Sampai jumpa!
Jangan lupa Vote! 🛖💭
Thankies ! ☺️
❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❚
﹫ellorawsky 2O21
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro