Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Surprise

Surprise?

Dalam hidup, Alexa tidak memercayai siapa pun. Dirinya yakin betul, apa yang almarhumah sang ibu katakan adalah sebuah kenyataan pahit kehidupan yang harus ia pegang karena terlahir sebagai keturunan tunggal seorang Thomas Oentoro—orang terkaya nomor dua negeri ini.

"Jangan percaya dan jangan berharap kebaikan tulus dari siapa pun. Setiap orang yang terlahir sebagai ratu, hanya akan dikelilingi oleh para penjilat."

Alexa masih 15 tahun ketika mengalami patah hati untuk pertama kalinya. Alexa dikhianati dua orang yang paling dia percaya, seorang sahabat dan teman sekelas yang kini ia sebut sebagai cinta monyet.

Luka belum sembuh dari hati. Akan tetapi ibunya sebagai orang yang dianggap paling perhatian, sayang, dan mengerti terhadapnya, justru harus pergi dalam sebuah kecelakaan. Dan yang paling mengenaskan, kecelakaan itu terjadi akibat persaingan bisnis dengan mantan mitra ayahnya. Ini salah satu sebab Alexa memilih tidak ingin terjun ke dunia bisnis.

Sejak saat itu, hidup Alexa tertutup dari dunia luar. Ia membangun dunianya sendiri. Begitu pun dengan Thomas yang seolah menyembunyikan anak semata wayangnya dari dunia.

Rasa bersalah yang mendera Thomas, membuatnya tidak berani menuntut apa pun dari Alexa. Walau dirinya ingin sekali mendidik Alexa dengan tegas agar mandiri dan mampu menjadi penerus kerajaan bisnis Oentoro Grup, alih-alih mengajarkan bisnis, Thomas justru menghujani Alexa dengan uang tidak berseri. Apa pun, asal Alexa bahagia.

Hidup dalam sepi dan kebahagiaan semu. Itulah yang selama ini Alexa pungkiri. Sang Ratu dalam sangkar emas. Hingga akhirnya tetangga baru itu hadir memberi warna di hidupnya. Paling tidak, sekarang ada satu hal yang bisa menjadi obsesi hidupnya. Abimanyu.

Sekuat apa pun Alexa menolak pesona Abimanyu, nyatanya dia kalah juga. Abimanyu terlalu menarik di mata Alexa. Mungkin karena pembawaan Abimanyu yang sopan terhadap orang tua, begitu lembut dan berwibawa. Jauh dari kesan anak konglomerat yang biasanya tengil.

Kala itu, Lily, adik satu-satunya Abimanyu menjadi teman homeschooling Alexa. Thomas setuju kegiatan belajar Alexa dipindahkan ke rumah Lily atas saran Marta, ibu Lily sekaligus teman almarhumah istrinya kala kuliah dulu. Ya, hitung-hitung agar Alexa punya teman.

Siapa juga yang akan menolak belajar di rumah gebetan? Apalagi si Lily super jenius, tentunya bisa berfungsi sebagai dewi penolong bagi Alexa yang kapasitas otaknya sedikit memilukan.

Upss...

Lily adalah kandidat satu-satunya orang yang bisa menjadi sahabat Alexa setelah ia menutup hati untuk semua orang, walau sedikit dibumbui oleh modus agar bisa lebih lancar mendekati Abimanyu. Tentu saja.

Dua tahun berlalu, tidak ada hasil memuaskan yang Alexa dapatkan. Abimanyu tetap saja dingin seperti gunung es. Usia yang berjarak tiga tahun, membuat Abimanyu hanya memandangnya sebagai bocah kecil, apalagi dengan sikap Alexa yang memang sangat manja dan kekanakan di mata Abimanyu.

Sampai hari perpisahan itu tiba, Alexa harus rela terbang ke Prancis demi mengenyam bangku perkuliahan. Rasa percaya pada orang lain yang terkikis, membuat Alexa tidak ingin bersahabat dengan siapa pun. Bahkan untuk urusan cinta. Tak ada satu pria pun yang berhasil mendekati Alexa. Urusan cinta, Alexa benar-benar NOL besar.

Akan tetapi ketertarikannya pada Abimanyu masih ia rawat, sampai ia kembali ke Indonesia beberapa bulan lalu. Abimanyu masih sama; cuek, jutek, sedikit bicara, dan ogah memandang Alexa.

"Itu manusia satu biji, homo kali, ya? Gue udah secantik dan seanggun ini, doi masih aja enggak mau natap gue. Kakak lo tuh sana ajak ke dokter mata! Kali ada gajah numpang duduk di mata kakak lo sampai enggak bisa lihat gue."

Kira-kira seperti itu kejengkelan Alexa yang dilontarkan ke Lily beberapa minggu lalu, saat dia sudah all out berdandan kala menjemput Lily dan bertemu Abimanyu. Pria itu hanya meliriknya sepintas, tak membalas senyum, bahkan sapaan Alexa saja hanya dibalas dengan 'Hemm ...'.

Sepertinya gunung es yang ditabrak kapal Titanic masih kalah dingin dengan sikap Abimanyu. Alexa sudah empat bulan di Indonesia, Abimanyu justru semakin membeku. Apalagi, ada perempuan yang selalu hilir mudik menemani Abimanyu saat lelaki itu pulang ke rumah.

"Ly, serius itu bukan cewek kakak lo?" cecar Alexa yang sedari tadi hanya mengaduk makanannya.

"Setau gue itu asistennya, tapi kalau di belakang gue mereka pacaran, ya mana gue tau."

"Ya cari tau dong, Ly!" Alexa semakin bete melihat Lily yang masih saja makan dengan cuek dan menjawab santai. Padahal Alexa sedang terbakar api cemburu gara-gara tadi pagi melihat Abimanyu mengusap punggung si asisten yang bak model itu di depan teras rumah.

"Berani bayar gue berapa lo?"

"Dasar matre! Heh, gue bakal jadi kakak ipar lo yang paling baik sedunia. Lo kagak lihat tampang gue kayak ibu peri?"

"Tidak ada makan siang gratis, Dear."

"Ada! Itu yang lo makan gratis."

Skakmat!

Lily menatap bodoh piring makannya, lalu memutar mata. Benar juga, sih. Saat ini kan dia sedang makan siang gratis di rumah Alexa. "Terserah lo, deh. Yang pasti nanti malam lo harus dandan secantik mungkin. Kata bokap lo ada hadiah spesial. Baik kan gue kasih spoiler ke lo."

"Apaan? Kentang gitu kasih infonya." Alexa mendengkus.

"Tas Hermes limited edition terbaru untuk info kado malam ini. Dan ..., satu paket liburan ke Yunani untuk info pacar Abimanyu," ucap Lily mantap, sekaligus menandaskan suapan terakhirnya.

Alexa menyipitkan mata. Benar-benar, ya, sahabatnya satu ini!

"Enggak bakal bikin lo miskin, yaelah!"

"Lo juga bukan orang miskin, Ly."

"Jangan kayak rakyat jelata, deh. Terserah lo, sih." Lily mengundurkan kursi dan berdiri. "Gue pulang, udah kenyang. Thanks, Dear. Sekali lagi, happy birthday, ya."

Tak ada cipika-cipiki. Setelah mengucapkan selamat, Lily langsung melenggang pergi tanpa peduli pada Alexa. Padahal, judul pertemuan siang ini adalah menemani Alexa makan siang, karena sang Queen sedang badmood, tidak nafsu makan. Kenapa sekarang dia belum selesai makan, si matre sudah pergi duluan? SMP; setelah makan pulang.

Hari ini memang ulang tahun Alexa. Berbeda dengan orang lain yang akan bahagia saat hari lahir itu tiba, bagi Alexa ulang tahunnya adalah kutukan. Ibunya meninggal tepat di hari ulang tahun Alexa. Sejak saat itu, tidak ada lagi pesta yang ia inginkan. Ulang tahunnya, hanya akan dirayakan dengan makan malam bersama Ayah, dengan menu makanan favorit mendiang ibunya. Sedikit miris untuk seorang Alexa yang dipandang hidupnya sempurna oleh banyak orang.

***

Tara ..., malam spesial pun tiba. Alexa sampai harus mengucek mata berkali-kali demi meyakinkan diri, melihat sosok yang kini sedang duduk manis di meja makan.

"Enggak usah kayak orang bego, deh. Sini buruan turun lo, keburu abang gue pulang," celetuk Lily tanpa sopan santun. Memang, gadis matre satu ini beda jauh dengan kedua kakaknya yang kalem, tapi mulut pedasnya sebelas-dua belas.

Sedikit tersipu, Alexa menuruni tangga dengan perlahan. Mengenakan gaun hitam sederhana selutut, rambut hitam yang tergerai apa adanya tanpa sentuhan stylish hair do, dan wajah polos yang hampir tanpa riasan. Alexa justru terlihat jauh lebih cantik di mata semua orang malam ini. Di sana, di ruang makan, sudah ada Lily berserta kedua orang tuanya dan Abimanyu.

Jujur, Alexa malu. Ia menyesal tidak mendengarkan Lily untuk tampil sempurna malam ini.

"Selamat ulang tahun, Alexa Sayang." Marta berdiri dan menghampiri Alexa, memeluk gadis yang sudah seperti putrinya sendiri itu begitu erat.

"Terima kasih, Tante."

Bergilir, Lily dan Om Grahadi—ayah Lily—memeluk dan memberi ucapan selamat untuk Alexa. Akan tetapi, si gunung es tetap anteng di tempatnya. Boro-boro mengucapkan selamat ulang tahun, melirik saja tidak. Ugh! Kulkas!

"Abi, tidak ucapin selamat ke Alexa?" celetuk Marta, menggeleng kepala. Lama-lama Marta jadi khawatir dengan orientasi seksual anak keduanya ini. Bagaimana tidak? Marta belum pernah sekali pun melihat Abimanyu menggandeng seorang pacar untuk diperkenalkan ke rumah. Apalagi melihat sikapnya selama ini pada gadis-gadis yang ..., aduh, mirip kanebo kering.

"Panjang umur, Ai," ucap Abimanyu dengan wajah datar. Jangan berharap akan ada pelukan hangat, berdiri saja Abimanyu enggan.

Alexa tersenyum kecut. Sudah kebal.

"Maaf ya, Sayang," ucap Marta lembut.

Alexa hanya bisa mengangguki ucapan Marta, lalu menghambur memeluk ayahnya yang sejak tadi sudah berdiri di ujung meja.

"Panjang umur, anak Papi." Thomas mengecup lembut kening Alexa.

"Wow, surprise! Malam ini Papi buat ulang tahun Alexa berbeda?"

Thomas tersenyum simpul mendengar itu, lalu berbisik di telinga Alexa. "Malam ini bakal ada yang spesial."

Ok. Bolehkah Alexa menebak yang indah-indah sekarang?

Penulisan titik dua selalu menempel pada kata yang mendahuluinya, ya, jadi gak pakai spasi.

Untuk format teksnya:
- Rata kanan kiri
- Line spacing 1,5, before – after 0
- Indent first line 1,27

- Antar paragraph jangan pakai spasi/enter

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro