Teman Baru di Jam Istirahat
Sonia berusaha keras membuat dirinya terjaga. Nilai di sekolah penting bagi kelangsungan kegiatan sepakbolanya. Itu merupakan perjanjian dengan ibunya. Lulus semua pelajaran = boleh main sepakbola. Oleh karena itu, ia bersungguh-sungguh dalam memperhatikan penjelasan guru. Tiba akhirnya waktu istirahat. Sonia menyandarkan kepalanya ke meja, tatapannya kosong dan kepalanya seperti berasap.
"Susahnya. Aduh, bisa nggak ya aku nggak kena remidi?" Sonia terus menggumamkan keluhan sampai tidak menyadari ada yang mendekati mejanya. Tiba-tiba, seorang gadis menggebrak meja Sonia hingga ia latah.
"??!!!"
"Hahaha! Halo Sonia!" Gadis itu tertawa puas sambil memegang perutnya. Ia menghapus air matanya sebelum menyapa Sonia. Sonia yang tadinya kaget berubah jengkel hingga mencengkram kerah seragam gadis itu dan mengguncang-guncangkan tubuhnya.
"Halo Sonia!' apanya! Kaget tahu digituin. Mana habis pelajaran matematika lagi..."
"I-iya... ma-maaf... le-lepas-lepasin..." Sonia berhenti mengguncangkan gadis itu, lalu gadis itu merapikan seragamnya.
"Hah, masih pagi udah lesu aja. Semangat! Kalau lapar, ayo temenin aku ke kantin."
"Jasmin, males aku. Kamu pergi sendiri aja ya."
"Heeh... ayo lah Son! Kok tega ngebiarin temenmu ini sendirian? Nanti aku dijahilin gimana?" rengeknya sambil menarik-narik lengan baju Sonia sementara pemiliknya tetap tergolek di atas meja. Awalnya Sonia tak tertarik, tapi melihat air muka Jasmin yang seperti akan banjir air mata membuatnya tak tega. Sambil menghela napas panjang, ia bangkit dan menggandeng Jasmin.
"Jadi nggak nih?" Jasmin berubah ceria dan segera menarik Sonia menuju kantin. Semenjak kenal dengan Jasmin di masa orientasi, mereka berdua menjadi teman baik. Lebih tepatnya, teman Sonia satu-satunya di kelas.
Jasmin menyapa Sonia saat melihatnya kebingungan mencari pasangan ketika ada permainan. Sonia tidak kenal siapapun karena teman-temannya tidak ada di sana atau mereka beda kelas. Namun Jasmin tidak begitu. Dia bercerita kalau dia satu-satunya murid dari SDnya yang masuk ke SMP Melati. Dia terbiasa bertemu macam-macam orang;ketika melihat Sonia yang sendirian, ia memutuskan untuk mengajaknya bicara. Sekarang, kegiatan mereka barusan sudah menjadi hal sehari-hari.
"Son, kamu jadi masuk ekskul sepakbola?" tanya Jasmin sambil memakan roti yang baru saja ia beli.
"Ya! Itu niatku dari awal masuk ke sini."
"Yakin nih? Kudenger timnya payah loh. Tahun lalu mereka kalah telak di penyisihan kota dan ada rumor anggotanya banyak yang keluar." Sonia hanya mendengus, lalu menggeleng.
"Min, aku masuk ke tim ini bukan karena mereka lemah atau nggak. Oke mereka kalah telak, tapi kalau sampe keluar aku nggak percaya. Pas display ekskul, timnya ramai kok."
Jasmin mencoba mengingat display ekskul minggu lalu dan yang dikatakan Sonia benar, timnya hadir dan rumor itu sepertinya tidak benar.
"Ya, terserah sih. Pada akhirnya, yang mau masuk atau nggak itu kamu."
"Hm!" Sonia menyedot habis susu kotaknya lalu memakan roti miliknya. Keduanya menghabiskan jajanan mereka sebelum kembali ke kelas. Keduanya menyempatkan diri untuk berkeliling sebentar, sekalian melihat-lihat isi gedung sekolah.
"Untuk ukuran SMP, luas juga ya. Ruangannya banyak," ucap Jasmin sambil menerawang sekitarnya.
"Bener. Di sini tiga tahun, mungkin nggak buruk juga," timpal Sonia setuju.
"Ya lah! Ngomong apa sih kamu?" Jasmin menyahut seraya menepuk pundak Sonia.
Keduanya cekikikan sampai mereka tiba di persimpangan menuju ruang kelas mereka. Jasmin tengah berjalan mundur, tidak memperhatikan ada yang mendekat. Sonia menyadari hal itu dan berusaha memperingatkan, "Awas!"
Namun ia terlambat. Jasmin bertubrukan dengan seseorang hingga mereka berdua terjerembab. Masing-masing pendamping menghampiri dan membantu mereka berdiri.
"Ma-maaf kak! Saya tidak lihat!" Jasmin buru-buru minta maaf dan keringat dinginnya mengucur melihat gadis yang wajahnya berlumuran es krim. Gadis itu mengusap wajahnya dan melihat krim yang sekarang menempel di jarinya. Ia melirik ke arah Jasmin, lalu menghampirinya. Ia menaikan jarinya tepat ke wajah Jasmin hingga Jasmin menutup matanya.
"Hi!" Sensasi dingin dan lembut di keningnya membuka mata Jasmin. Gadis berlumuran krim tadi tengah mengoleskan krim di wajah Jasmin. Pandangannya sejuk, tenang, dan tak ada amarah. Malah ia tertawa kecil melihat ekspresi Jasmin.
"Lorong ini deket sama tangga, lain kali jangan jalan mundur ya," Suaranya halus seperti tangannya yang tengah menggenggam tangan Jasmin. Ia berbalik sambil mengangkat tangannya. Temannya mengikuti lalu mengeluarkan sapu tangan untuknya. Jasmin melirik ke tangannya barusan. Sebuah saputangan berwarna ungu ada di telapak tangannya. Jasmin mendongak lagi, kali ini gadis itu menoleh ke arahnya sambil mengedipkan mata. Jasmin membeku. Tidak menduga akan diperlakukan seperti itu.
"Min, halo Jasmin?" Sonia mengibaskan tangannya di depan Jasmin, tapi Jasmin tak bereaksi. Sonia berpikir sejenak, lalu menepuk tangannya seperti mendapat ide bagus. Dia pindah ke samping Jasmin lalu menghirup napas panjang.
"JAAAASSMIIIIN!!" Teriakannya kencang sekali hingga 2 gadis tadi melihat kembali ke arah Jasmin dan Sonia. Jasmin melompat kaget hingga terjatuh lagi. Kali ini Sonia tertawa terbahak-bahak.
"SONIA!!"
"Hahahaha!"
Jasmin mengejar Sonia dengan wajah yang masih berlumuran krim. Keduanya berbelok di tangga menuju kelas mereka. 2 gadis tadi melongo dibuat mereka berdua.
"Ampun dah dua cewektadi. Eh Risma, lap dulu mukamu sekalian cuci sana!" Perintah teman Risma.Risma mengangguk, lalu berbisik pelan, "Adik kelas 7 sekarang manis-manis ya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro