Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Fireflies, FAIYAH!

Sonia dan teman-temannya merayakan gol kemenangan barusan disambut oleh tepuk tangan meriah dari para penonton. Dari bangku pemain, pemain lainnya mengelu-elukan namanya. Jasmin menepuk punggung Rian keras-keras hingga ia terjatuh dan sempat cekcok, sebelum akhirnya dilerai dan keduanya memunggungi satu sama lain. Utami dibantu berdiri oleh Sonia. Lalu, Sonia langsung memeluknya.

"S-Sonia?!"

"Makasih ya Tam. Udah mau bantu ikut main. Akhirnya, tim kita jadi!" sambil memegang kedua lengan sahabatnya dengan mata berbinar, Sonia langsung memeluknya lagi saking senangnya. Wajah Utami merona dan penuh kebahagiaan. Tiga kakak kelasnya hanya tertawa melihat keduanya.

Sementara itu, atmosfir berbeda dirasakan oleh 4 bersaudari. Eka menggeleng kesal berulang kali, Dwi menghela napas sambil mengusap keringat, Tri hanya menunduk dan menghampiri adiknya, yang menunduk sambil meletakkan kedua tangannya di tanah. Tri mengelus punggungnya, dan perlahan punggung gadis itu bergetar. Ia mendongak lalu wajah yang diperlihatkannya sangat tidak disangka.

"Huwaaaa! Kita kalah! Haaaa!" dengan berderai air mata, Catur menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil. Semua terdiam menyaksikan, sedangkan Rangga buru-buru menghampiri adiknya. Seketika selebrasi sesudah pertandingan sengit, berubah jadi menenangkan anak menangis.

"Catur, kenapa sih sampe nangis?" tanya Dwi sambil berlutut di depan Catur. Catur langsung membenamkan wajahnya di dada Dwi sambil memeluknya.

"Gaag Hwi! Ngaaap! Huuu!" Dwi hanya tersenyum lembut sambil mengusap kepala Catur.

"Ah, udah nggak masalah. Aku kaget iya, tapi aku nggak marah kok." Catur mengangguk tanpa mengangkat wajahnya. Rangga, Eka, dan Tri saling berpandangan lalu mengangkat bahu. Sonia datang menghampiri mereka. Ia menepuk pundak Catur, yang pelan-pelan memperlihatkan wajahnya lagi.

"Duh anak cengeng. Masa' baru kalah sekali langsung nangis?" Sonia menyindir tanpa ada maksud jahat. Catur lanjut sesegukan ingin membalas, tapi tidak bisa berkata. Sonia berdiri dan bertanya pada mereka berempat.

"Jadi, apa ini cukup untuk meyakinkan kalian?" tanpa ada keberatan, mereka mengangguk dan Sonia berjabat tangan dengan Eka. Akhirnya, semua anggota Fireflies Putri menghampiri mereka sambil ikut berkenalan satu persatu.

Diam-diam Rangga sudah meninggalkan mereka, tapi seseorang membuatnya berhenti.

"..."

Dalam diam, Rian dan Rangga saling bertatapan. Beberapa yang menyadari menunggu siapa yang akan mengucapkan kata-kata pertama. Namun pada akhirnya, Rian berjalan melewati Rangga tanpa berbicara dan Rangga segera kembali ke bangku pemain dan melepaskan jaketnya untuk bersiap berlatih.

"Ayo, tim Putra mau latihan! Kita lanjut bicara di taman sekolah!" Rian menyarankan Fireflies Putri untuk pindah tempat. Diiringi apresiasi, mereka mengambil perlengkapan mereka dan meninggalkan lapangan. Penonton pun ikut membubarkan diri. Sementara Rangga belum melepaskan pandangan dari rombongan tim yang sudah pergi itu.

"Habis ini, jalan yang berat akan menanti mereka. Hm. Kita lihat saja," gumamnya sebelum mulai berlari keliling lapangan untuk pemanasan.

---

Fireflies Putri mengikuti pria bernama Rian itu dengan bingung. Risma hanya tersenyum sambil mengatakan pada mereka untuk ikut saja karena ia akan menjelaskan sendiri. Meskipun bukan anggota, Jasmin dan Utami juga ikut. Setibanya di taman sekolah, Rian meminta mereka membentuk lingkaran dengan Rian di tengah.

"Halo semua!" semua terdiam, tidak tahu harus merespon apa. Rian menggaruk alisnya, lalu berdeham sebelum bicara lagi.

"Ah, mungkin kalian bingung tentang siapa aku atau kenapa aku malah mengajak kalian kemari untuk bicara dan sebagainya. Sebelum itu, aku mau bilang sesuatu dulu." Rian kemudian bertepuk tangan sendiri, lalu melihat ke arah pemain-pemain yang tadi bertanding.

"Selamat atas kemenangan kalian. Kalian sedikit lebih baik dari yang kutonton melawan Dragonflies." Kemudian ia ganti memandang kuadruplet.

"Oh udah nangisnya? Bagaimana? Pertandingan yang seru bukan?" keempatnya hanya mengangguk tanpa bicara. Rian pun ikut mengangguk.

"Namaku Rian. Aku datang kemari untuk melihat pemain-pemain bibit muda yang konon tengah menjadi free agent." Ayu mengangkat tangannya.

"Ya cantik?" Ayu seperti tersedak tiba-tiba dipanggil seperti itu oleh Rian yang tampak tidak malu-malu. Jasmin tidak sabar hingga memutar tinjunya ke punggung Rian.

"Mau dilaporin polisi ya bang? Hah?"

"Woi bocah! Sakit tahu! Nggak punya sopan santun emang kamu." Akhirnya Utami yang datang dan menegur keduanya, lalu mempersilakan Ayu untuk kembali bertanya.

"Anu, kak Rian ini berarti semacam pencari bakat ya?"

"Ah bukan-bukan. Rada ambigu ya jadinya, tapi mirip-mirip. Tujuanku sebenarnya adalah ingin membawa seseorang untuk diajak bergabung ke klubku."

"Klub?" semua spontan bertanya.

"Ya... tapi itu cerita nanti saja. Yang jelas saat ini aku menemukan beberapa pemain ternyata yang cocok untuk dikembangkan di bawah naungan klub profesional." Mendengar kata 'profesional' membuat semua jadi membuka mulut. Risma akhirnya mendiamkan semuanya.

"Kak Rian di sini datang untuk menjadi pelatih baru kita, dalam rangka mengevaluasi kita sebelum direkrut." Mulut semuanya membentuk huruf 'o'. Rian menggeram sambil melotot ke arah Risma. Risma hanya mengedipkan mata saja, membuat Rian menjadi jengkel.

"Intinya begitu. Aku sempet nonton pertandingan kalian yang sangat disayangkan waktu itu. Tadinya aku kemari untuk melihat pemain Putra saja, tapi bocah ini sama nona manis yang ini mendampingiku untuk melihat tim Putri dari Fireflies." Ia menunjuk pada Jasmin dan Utami.

"Begitu sempat berdiskusi kemarin dengan Risma, aku jadi mengerti kekurangan kalian apa saja. Dan potensi-potensi yang kulihat akan terbuang sia-sia." Rian berdiri dan menatap langit.

"Aku dengar juga soal deklarasimu, Sonia. Dengan tim ini jujur saja, tujuanmu itu tidak lebih dari sekadar mimpi." Sonia menegang mendengarnya, tapi Rian mengacungkan jarinya.

"Biar begitu, aku sudah lihat determinasimu." Ia berjongkok di depan Sonia, lalu menepuk pundaknya.

"Kalau kau bersikeras ingin mengejar mimpi menuju nomor satu, maka akan aku ajarkan apa yang kupelajari untuk bisa menjadi nomor satu."

"Kak Rian pernah jadi nomor satu? Ga percaya."

"Diem bocah." Jasmin merengut. Sonia mengedarkan pandangannya. Ia dikelilingi oleh rekan seperjuangan yang siap untuk maju terus pantang mundur.

"Kamu harus tanggung jawab Sonia. Jangan kecewakan kami." Catur menimpali, sudah lebih tenang sekarang. Sonia memejamkan mata dan tersenyum.

"Baiklah." Ia berdiri dan meminta yang lain berdiri juga.

"Teman-teman. Mungkin aku tidak akan bisa membantu kalian lebih banyak sementara waktu ini, akan tetapi dengan adanya kak Rian dan 4 bersaudari, tim kita yang sekarang pasti akan lebih kuat. Ayo kita kembalikan hutang dari Dragonflies kemarin." Ia mengulurkan tangannya, yang disambut satu persatu oleh yang lain.

"Dan dari lawan-lawan kita sebelumnya," kata Risma.

"Di pertandingan berikutnya," sahut Ayu.

"Kita harus menang!" seru Gita. Sonia menurunkan tangannya, sebelum berteriak sekencang-kencangnya.

"FIREFLIES!"

"FAIYAH!!!"

Yel-yel semangat dari seluruh pemain Fireflies menggema di taman sekolah. Satu ujian berhasil dilampaui, tapi masih banyak lagi ujian-ujian yang menanti mereka semua di depannya. Sonia menatap langit sore yang cerah. Dalam hati, ia bersumpah.

Bersama Fireflies, aku akan menjadi nomor satu!   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro