Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Emas dan Perak

Sonia memulai pertandingan dengan mengoper bola pada Ayu. Ayu membawa bola melewati garis tengah, tapi segera dihadang oleh 2 pemain Dragonflies. Salah seorang berhasil merebut bolanya, lalu mengalihkan perhatiannya pada teriakan seseorang.

"Berikan padaku!" tanpa ragu bola dioper pada Nindi di sisi kiri.

"Ah gawat!" Sonia memekik melihat posisi bola sekarang.

"NINDI! NINDI! NINDI!" Penonton laki-laki dari Dragonflies mengelukan nama Nindi. Ekspresi senyum Nindi berubah menjadi serius. Matanya memicing ke arah gawang Fireflies.

"Target terkunci," gumamnya pelan sementara Nike dan Gita sudah berada di dekatnya bersiap menjegal.

"Kurebut!" Nike menjulurkan kakinya, tapi yang disapunya hanya angin lewat. Gita membaca tindakan Nindi dengan menghalangi jalur gerakannya, sayangnya Nindi sudah tidak membawa bola lagi. Bola itu melayang di atas kepala Gita.

"Apa?" saat Gita fokus pada bola, Nindi langsung berlari memutar untuk menyambut bola. Lalu ia berlari dengan cepat di pinggir lapangan.

"Waduh! Gimana ini?" teriak Utami panik sambil menggigit jarinya di area penonton. Nindi sekarang berada di dekat area pinalti yang dijaga ketat oleh pemain belakang Fireflies. Ia mencoba mencari celah hingga akhirnya mengoper balik pada kapten tim, Cindy.

"Awasi gerakannya! Yang lain, hadang nomor 10 itu!" Risma memberikan instruksi dari depan gawang. Cindy tidak berpindah posisi, ia justru mengambil ancang-ancang dan melepaskan tembakan jarak jauh.

"Oh!" Semua orang terkejut atas tendangan tiba-tiba itu, sayangnya bola terbang tinggi di atas gawang Fireflies.

"Hmph! Terlalu keras!" Cindy berteriak kesal. Sementara di garis depan, Sonia bergetar. Ia tahu soal kemampuan Cindy dan Nindi, tapi ia sadar kalau keduanya tidak main-main dari awal. Senyum tipis lahir di wajahnya

Haha, menarik sekali!

"Kapten! Oper bolanya padaku!" teriaknya pada Risma. Sekarang Sonia menatap ke arah gawang Dragonflies. Pemain kedua tim bergerak mengikuti pergerakan bola di kaki Sonia. Pendukung Fireflies bersorak semangat, mengharapkan serangan balik kali ini berbuah gol.

Sonia melakukan gerak tipu samping untuk mengecoh dan satu orang berhasil dilewati, sedangkan yang kedua dilompatinya saat melakukan tackle. Sekarang Sonia tepat di depan kotak pinalti Dragonflies.

"Cegat dia! Jangan biarkan menembak!" seru Cindy. Tepat sebelum pemain belakang maju menghadang, Sonia melepaskan tendangan jarak jauh. Kiper tidak bisa menebak arah tembakannya karena terhalang pemain belakang dan baru menyadari bola sudah bersarang di gawang.

"GOOOL! HORE!!!" Utami dan Jasmin berpelukan sambil menari-nari sementara Sonia disambut oleh teman-temannya dengan suka cita. Dengan tenang, Cindy mengambil bola dari gawang. Ia menoleh ke belakang; melihat ke arah pemain Fireflies yang berselebrasi.

"Hoo, mengincar gol cepat ya? Menarik. Fufufu." Cindy yang melakukan kick-off untuk Dragonflies. Setelah menyisir area dari kiri ke kanan, ia mengoper pada Nindi.

"Heh. Pola yang sama tidak akan mempan lagi." Gita bereaksi cepat melihat Cindy mengoper, akan tetapi ia tiba-tiba terpental.

"Punyaku." Nindi memandang Gita dengan dingin, seperti kata yang diucapkannya barusan. Ia sudah memperkirakan Gita untuk menghalangi jalur operan. Tanpa membuang waktu, Nindi kembali berlari di sisi lapangan. Dengan cantik, ia membuat gerak tipu untuk melewati Nike dan Mona.

"Apa-apaan dia? Kenapa berlari di situ?" protes Nike melihat Nindi berlari tepat di atas garis batas lapangan sambil menggiring bola hingga ia mendekati area pinalti tanpa mengubah arah. Menyadari akan apa yang akan dilakukan Nindi, Sonia buru-buru berteriak pada Risma.

"Kapten! Fokus ke depan!" Di saat itu juga, ayunan kaki kiri Nindi melambungkan bola ke tengah kotak pinalti, yang disambar oleh Cindy. Untungnya, Risma melompat untuk meninju bola di saat terakhir dan bola keluar lapangan. Penonton terkesiap melihat tipisnya kesempatan barusan. Risma menghela napas, berterima kasih pada Sonia dalam hati. Namun, ia terkejut menyadari bahwa Cindy tidak terlihat kecewa.

"Hehehe." Risma tidak nyaman mendengar tawa Cindy yang belum melepaskan pandangan darinya. Sepanjang sisa babak pertama, gawang Fireflies terus menerus dibombardir oleh rentetan umpan silang baik dari dua sisi. Risma sejauh ini mampu menepis atau menangkap serangan-serangan itu, tapi perlahan gerakannya menurun.

"Kenapa sudah capek? Masih babak pertama lho," sindir kapten Dragonflies sambil mengibaskan rambutnya dengan tawa dan seringainya. Ia tiba-tiba mengangkat telunjuknya ke atas, pemain Dragonflies mengangguk pelan.

"Ngapain dia? Mau minta pergantian pemain?" Fireflies tidak mengerti maksud tindakan Cindy. Namun Sonia sepertinya mengerti.

"Kak Gita tolong perhatikan posisi Nindi ya. Kak Ayu, pastikan Cindy nggak lepas dari pengawasan kakak. Mereka pasti merencanakan sesuatu." Dahi keduanya berkerut mendengar arahan Sonia, tetapi mereka memilih percaya dan mengikuti instruksi Sonia. Sayangnya, Risma memberikan sinyal lain pada keduanya.

"Tetap di posisi kalian!" dengan bimbang, keduanya menurut instruksi Risma. Sonia kali ini yang tidak percaya.

"Tapi kapten..."

"Tunggu di depan! Kami akan mengantarkan bolanya padamu."

Bola kembali ke lini tengah Fireflies, yang sekarang berpeluang untuk menyerang lagi setelah mencetak gol. Ayu memberikan umpan terobosan pada Zakia, lalu bersama dengan Sonia mereka melakukan ¬one-two. Zakia sekarang memiliki jalur terbuka ke arah gawang.

"Ha-AH!" Zakia terjatuh dengan keras. Di sampingnya, Cindy berdiri perlahan-lahan dengan bola di kakinya. Senyum sombong di wajahnya lenyap, dan ia sekarang menatap Sonia dengan serius. Keduanya saling berebut bola, bahkan sampai terjadi kontak fisik yang nyaris menyebabkan pelanggaran. Akhirnya Cindy mampu merebut bola.

"Kena kau." Senyum Cindy kembali muncul, hingga membuat Sonia kaget.

"Hah?" Sonia melihat pemain Fireflies berkumpul di sektor tengah, termasuk pemain belakang. Cindy melepaskan bola lambung ke sisi lapangan. Seolah sudah menanti sejak tadi, bayangan perak terbang menyambut bola itu dengan jumping volley. Lapangan menjadi hening saat jala gawang Fireflies mengeluarkan suara dari bola yang masuk. Kemudian sorak sorai dan tepuk tangan yang membahana keluar dari pendukung Dragonflies.

"OOOOOOOOH!!!" Nindi dengan tenang melambaikan tangan pada mereka, lalu Cindy memeluk adiknya sekaligus menyelamatinya.

Sonia meninju telapak tangan kirinya. Ia baru saja menyadari maksud isyarat Cindy tadi, yaitu memancing pemain Fireflies untuk melonggarkan pertahanan karena terbukanya celah untuk menyerang, tanpa sadar kalau ada satu orang yang selalu siap untuk melakukan serangan balik.

"Kapten?" Wati menghampiri Risma yang masih terdiam menatap bola di dalam gawang. Ia menggeram pelan, kesal karena ia tidak memperhatikan Nindi. Baginya yang jarang sekali kebobolan dan percaya diri akan kemampuannya sebagai kiper, hal ini mampu menggoyahkan semangatnya.

Tidak lama kemudian, peluit panjang dibunyikan tanda babak pertama telah usai. Skor menjadi sama kuat sekarang, 1-1. Namun, Sonia tahu babak kedua akan menjadi lebih berat. Melihat kondisi sang kiper saat ini, ia memutar otaknya berulang kali sambil berjalan kembali ke bangku cadangan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro