Duel! Lanjut!
Ketinggalan satu angka membuat tekanan bertambah bagi Sonia dan teman-teman. Meskipun sempat bisa mendapat peluang, semua dihentikan oleh permainan ngotot dari Catur dan cantik dari Eka. Sonia melihat jam. Masih ada 10 menit, ia masih bisa mencari cara untuk menang.
"Sonia, apa mau ganti strategi?" Gita membuyarkan Sonia dari lamunannya dengan wajah cemas. Di sampingnya Ayu dan Wati juga begitu.
"Begini kak, aku punya rencana..."
Keempatnya berunding selama semenit, sebelum saling mengangguk. Wati kembali ke posisinya, sedangkan Ayu dan Gita berdiri di luar lingkaran tengah. Sonia yang mengambil kick-off. Pak Dani meniupkan peluitnya.
Setelah kick-off, Sonia tidak buru-buru maju. Malahan ia mengoper bola pada Ayu. Dahi Ayu naik sedikit, tapi senyum Sonia membuatnya tersadar. Ia lanjut mengoper pada Gita. Semua memperhatikan strategi Fireflies ini.
"Oh, menarik. Boleh juga rencananya," komentar Rian sambil menggosok dagunya. Eka melongo melihat Sonia tidak melakukan terobosan lagi seperti tadi.
"Mau nyoba pake oper-operan ya? Tidak akan kubiarkan!"
"Eh mbak Eka!" Panggilan Dwi tidak sampai ke telinga Eka. Kembar sulung itu langsung memburu bola di kaki Gita. Gita mengopernya cepat menuju Ayu. Namun Ayu tidak menunggu. Ia justru menjemput bola dan hasilnya ia beradu denga Eka.
"Haaah!"
"Ughh!"
Sayangnya, kaki kiri Ayu lebih lemah sehingga Eka berhasil merebut bola. Ia menggiring bola menuju gawang. Wati maju menghadang, tapi langsung dilewati oleh Eka dengan gocekan lalu ditembaknya bola menuju sudut kanan gawang. Risma mampu menangkapnya.
"OOH!" Penonton berteriak melihat aksi barusan. Setelah sempat kebobolan duluan, tidak terlihat guncangan maupun kekesalan di wajah kapten Fireflies ini. Matanya fokus. Diusapnya keringat dan kotoran di dekat mulutnya, lalu ditendangnya keras bola di genggamannya menuju Sonia dan yang lain. Sonia menangkapnya dengan ujung sepatunya dan diopernya jauh ke sisi kanan.
"Kak Ayu!"
"Oke!"
Dengan lari yang mirip seperti Eka, Ayu mampu mengejar bola yang sekarang berposisi jauh dari jangkauan Dwi. Di saat Dwi lengah, Sonia dan Gita sudah berlari menuju gawang. Mengikuti irama, Ayu menggiring lurus dari sisi lapangan. Akhirnya, ia tiba di luar area pinalti.
"Oper!"
"Kak!"
"Tidak akan kubiarkan. Kak Tri, jaga yang satunya."
Sesuai yang diperkirakan Sonia dan Gita dijaga ketat. Catur sendiri tidak melepaskan pandangan dari Ayu. Kepalanya mensimulasikan semua potensi jalur operan yang akan diberikan, dan ia memposisikan diri di tempat yang paling mudah untuk menjangkau. Namun, Ayu tidak mengoper. Ia lanjut menggiring sampai masuk area pinalti.
"Apa?" di saat Catur sibuk terkejut, Ayu sudah berada di area tembakan. Kakinya diangkat untuk mengambil ancang-ancang. Dengan panik, Catur menerjang Ayu. Ayu menyeringai, seolah sudah menanti tindakan Catur barusan.
"Eh?" dengan sentuhan lembut, bola di kakinya bergulir menuju Sonia. Tanpa menahan dulu, ia melepaskan tembakan keras. Utami terkecoh hingga menjauhi sisi kosong yang diincar Sonia. Bola masuk dan kedudukan sama.
"Bagus!" Sonia dengan senangnya mengepalkan tangannya untuk berselebrasi. Dengan jahil, ia mengangkat telunjuknya juga ke arah Catur dan Utami sebelum kembali ke gawangnya. Waktu terus berkurang dan kedudukan belum berbalik. Ia tidak bisa membuang waktu, dan strategi ini tidak akan berfungsi dua kali.
Utami mengambil bola dari gawang. Dalam hati, ia lega karena Sonia akhirnya bisa mencetak gol, tetapi wajahnya langsung berkeringat melihat raut wajah Catur. Tri segera menghampirinya.
"Ayo. Masih belum selesai, kita bisa cetak gol lagi." Tri menepuk pundak adik kembarnya dan meminta bola dari Utami, tapi Catur menahan tangannya. Ia mengambil sendiri bola itu dan berbalik membelakangi dua rekannya.
"Kak Tri," panggilnya pelan dengan nada yang dingin. Tri tidak menjawab dan hanya mendekatinya.
"Beritahu kak Eka sama kak Dwi buat kasih Sonia ke aku. Aku nggak akan puas kalau belum bikin dia putus asa." Tri menjadi tegang. Tidak biasanya adik kecilnya ini sebegitu tertariknya untuk mengalahkan seseorang. Tri diam-diam sepakat dengan Eka dan Dwi untuk tidak begitu serius dalam pertandingan ini. Meskipun begitu, Rangga meminta mereka untuk menunjukkan kemampuan mereka sebaik-baiknya.
"Penonton pertandingan kalian kemungkinan besar adalah satu sekolah. Selama ini aku pingin kalian bisa nunjukkin bakat kalian yang lain. Anggap saja apapun yang kalian jalani di pertandingan bisa jadi pengalaman yang bagus."
Kakaknya bilang seperti itu, dan harus diakui permainan barusan cukup bagus untuk ukuran anak seumuran mereka. Dan sesuatu yang disadari oleh Eka, Dwi, dan Tri adalah Catur memiliki bakat dalam sepakbola lebih dari mereka. Sekarang, ia akan menunjukkannya.
"Gampang, aku kasih tahu mereka dulu." Dengan santai Tri menghampiri Dwi dan Eka lalu mengatakan sesuatu. Keduanya tampak kaget mendengar kata-kata Tri. Sonia dan lainnya menunggu lawan memulai lagi, tapi yang berdiri di tengah lapangan sambil menginjak bola membuat mereka terkejut.
"Sonia! Kita selesaikan!" tantang Catur sambil menunjuk ke arah Sonia. Sonia mengangguk dengan mata berbinar. Dengan hati berdebar-debar, ia melangkah menuju kembar bungsu yang menatapnya dengan garang.
"Ayo!" Seluruh pandangan tertuju pada Sonia dan Catur. Semua dibuat penasaran akan berubahnya strategi di saat-saat terakhir oleh kuadruplet. Pemain Fireflies menyorakkan dukungan, Rian diceramahi oleh Jasmin karena tidak memberikan arahan apapun,sementara Rangga menatap adiknya dengan saksama. Dalam hati, ia berterima kasih pada Sonia yang bisa memaksa adiknya untuk bergerak seperti ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro