Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

KI HAJAR DEWANTARA

Pada tanggal 2 mei 1889 lahir lah seorang lelaki bernama Raden Mas Soewardi Soertjaningrat.Dia berasal dari Kraton Yogyakarta.Raden Mas Soewardi Soertjaningrat saat usia nya genap 40 tahun menuruti hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara.
Soewardi berasal dari lingkungan Kadipaten Pakualaman keluarga, anak GPH Soerjaningrat, dan cucu dari Pakualam III. Beliau menyelesaikan pendidikan dasar di ELS “Sekolah Dasar Eropa / Belanda”. Kemudian telah terus STOVIA Sekolah Kedokteran Bumiputera, tapi tidak sampai akhir karena sakit.

Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada saat itu, ia diklasifikasikan sebagai penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam semangat anti-kolonial.

Tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara mampu membangkitkan semangat anti kolonialisme Belanda. Tulisannya yang terkenal “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: Als ik eens Nederlander was) yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker, tahun 1913, membuat Belanda marah.

“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya”.

Tulisan tersebut merupakan protes atas rencana Belanda untuk mengumpulkan derma dari Indonesia yang ketika itu belum merdeka untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari jajahan Prancis. Meski kerap kali membuat Belanda tersinggung, Ki Hajar Dewantara tidak berhenti menulis.

Kemarahan Pemerintah Belanda hingga sampai pada puncaknya ketika Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan agar Ki Hajar Dewantara di asingkan ke Pulau Bangka tanpa proses peradilan terlebih dahulu. Namun kemudian pengasingan tersebut dialihkan ke negeri Belanda atas permintaan kedua rekan Ki Hajar Dewantara yakni dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo.

Masa pengasingan di Belanda justru membuat Ki Hajar Dewantara belajar lebih giat. Beliau mendalami bidang pendidikan dan pengajaran hingga akhirnya mendapatkan sertifikat Europeesche Akte.

Dalam pengasingan di Belanda, aktif dalam organisasi mahasiswa Soewardi dari Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).

Di sinilah ia kemudian merintis cita-cita memajukan pribumi untuk belajar ilmu pendidikan untuk memperoleh Europeesche Sertifikat, sebuah ijazah pendidikan bergengsi yang kemudian menjadi dasar dalam membangun lembaga pendidikan yang didirikan. Dalam penelitian ini Soewardi tertarik dengan ide-ide dari sejumlah pendidikan Barat terkemuka, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, keluarga Tagore. Pengaruh yang mendasari ini dalam mengembangkan sistem pendidikan mereka sendiri.

Ki Hajar akhirnya kembali ke tanah air pada 1918. Selanjutnya Beliau memfokuskan diri pada bidang pendidikan sebagai bentuk perjuangan untuk tujuan Indonesia Merdeka. Bentuk perjuangannya beliau wujudkan dengan mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922 bersama rekan-rekan seperjuangannnya.
Pengalaman mengajar kemudian digunakan untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Tamansiswa National University.

Semboyan dalam sistem pendidikan yang menggunakan sekarang sangat terkenal di kalangan pendidikan di Indonesia. Secara keseluruhan, slogan membacanya dalam bahasa Jawa yang dinyanyikan Tulodo ngarso ing, ing Madyo Mangun Karso, tut wuri handayani. “Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, memberi dorongan balik”. Slogan ini masih digunakan dalam pendidikan masyarakat Indonesia, terutama di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

Tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara  kini tidak lagi bernuansa politik tetapi beralih ke bidang pendidikan dan kebudayaan. Tulisan Beliau berisi tentang konsep pendidikan yang berwawasan kebangsaan. Melalui konsep pendidikan itulah, Beliau meletakkan dasar-dasar bagi pendidikan nasional Indonesia.

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia pasca disebut sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia menerima gelar doktor kehormatan “honoris causa dokter, Dr hc” dari universitas tertua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada.

Untuk jasanya di bidang pendidikan umum perintis, ia menyatakan Bapa Pendidikan Nasional Indonesia dan digunakan sebagai hari lahir Hari Pendidikan Nasional Keputusan Presiden no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Dia meninggal di Yogyakarta pada tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro