5 : Beli Es Krim
"Mak! Emaaak!!" Panggil anak kecil berusia 5 tahun itu.
"E-eh iya nak?! Kenapa?" Sahut sang ibu yang kita ketahui bernama Pooru.
Iya, chapter 1-4 kan sudah tamat menceritakan masa lalu Pooru. Sekarang balik ke masa kini.
"Maaak!! Karen mau es krim!"
"Yui juga!"
"Macha juga mau!"
"Kalo nee-chan pada mau, Miyu juga mau!"
"Astaga, kalian kompak banget sih? Kalian dapet ide darimana mau es krim? Kita kan lagi di sungai nak. Mana ada es krim."
"Dari itu!" Tunjuk Yui pada suatu benda berwarna kuning kecoklatan yang bentuknya seperti ujungnya monas.
Sssh, sudah cukup. Jangan diperjelas di kolom komentar oke?
Yah, ini adalah kisah sebuah keluarga yang tidak jelas asal usulnya. Sebuah keluarga yang hanya terdiri dari ibu dan anak-anaknya. Dimanakah sang ayah? Tak ada yang tahu.
Sang ibu bernama Pooru, kini ia sudah berkepala tiga. Bersamaan dengan itu pula, ia memiliki empat orang anak. Anak pertama bernama Yui, anak kedua bernama Karen, anak ketiga bernama Macha, dan anak terakhir bernama Miyu. Ya, semuanya perempuan. Selisih umur mereka tak terlalu jauh.
Yui berumur 6 tahun. Rambutnya berwarna putih dengan manik heterochrome. Mata kanannya berwarna merah, sedangkan kirinya berwarna biru. Mungkin warna birunya ia dapatkan dari sang ibu. Surainya yang berwarna putih seperti warna rambut sang kakek. Ah, bukan. Maksudku, sang kakek berambut putih karena sejak lahir memang berwarna putih. Yui juga seperti itu. Itulah kenapa setiap kali melihat Yui, Pooru merasakan rindu kepada mendiang ayahnya. Tapi terkadang ia juga berpikir, apakah mungkin anak ini bukan anakku melainkan anak ayahku?
Karen berumur 5 tahun. Ia ini merupakan anak kembar. Pasangan kembarnya ialah Macha. Karen adalah sang kakak, karena ia lahir 3 menit sebelum Macha. Sungguh kuat sekali Pooru ini. Tetapi mereka bukanlah kembar identik. Karen berambut ungu gelap, sedangkan Macha berambut hijau toska. Mata Karen berwarna ungu tua, sedangkan Macha berwarna merah. Karen sangat menyukai ayam, sedangkan Macha sangat menyukai matcha. Entahlah apa alasan Karen menyukai ayam, tetapi ia sangat menyukai anak ayam. Mungkin karena lucu. Sedangkan alasan Macha menyukai matcha adalah karena rasanya enak. Itu menurut opininya.
Kemudian anak bungsu Pooru, yakni Miyu. Seorang gadis kecil bermata coklat dan warna rambut yang juga coklat. Umurnya 4 tahun. Ia termasuk anak yang omongannya agak pedas untuk anak seusianya. Ia juga jahil. Cara bicaranya masih agak cadel.
Begitulah keempat anak Pooru, tak ada yang mirip seperti ibunya. Terkadang Pooru bertanya-tanya, apa benar mereka ini lahir dari perutnya? Apa mereka ini benar-benar anak kandungnya? Ketika ia merasa ragu seperti itu, biasanya ia akan mulai mencari cara untuk membuktikan bahwa mereka adalah anaknya tanpa harus melalui tes DNA.
Mengapa Pooru enggan melakukan tes DNA? Itu karena Pooru masih belum siap jika seandainya mereka berempat memang bukan anaknya. Bukan, bukan belum siap melepas mereka berempat. Tetapi belum siap untuk mengeluarkan keringat hanya demi mencari orang tua kandung keempat anak ini.
Sialan emang.
Tapi sebenarnya Pooru itu baik kok. Dia cuma pemalas. Tapi dia rajin. Entah yang mana yang benar, yang pasti Pooru terlalu malas jika harus mencari orang tua kandung keempat anak ini yang entah masih hidup atau tidak.
Setelah Pooru selesai mencuci pakaian di sungai, Pooru segera membawa pulang cucian beserta anak-anaknya yang sedari tadi asyik bermain di pinggir sungai.
"Mak! Mak! Ayo beli es kriiiim~" Kata Yui sambil menarik-narik ujung pakaian Pooru.
"Iya mak! Ayooo!! Hweeeeee!!!" Ujar Karen sambil memeluk kaki ibunya dan menangis ala anak kecil.
"Ih, sabar atuh anak-anakku tercintaaa~ Emak ganti baju dulu ya? Masa emak pake dress coklat ama celemek gini? Mana lepek pula kena aer di sungai tadi." Keluh Pooru. Namun para bocah mungil itu tak ada yang mau mengerti. Di pikiran mereka hanya ada es krim, es krim, dan es krim. Pokoknya bagaimanapun caranya harus dapat es krim! Begitulah. Akhirnya, Pooru mengalah. Tanpa mengganti pakaiannya, Pooru berjalan menuju taman. Kenapa taman? Karena biasanya disana ada penjual es krim. Keempat anaknya itu pun langsung dengan hati riang berlari menuju taman.
"Abang! Abang! Macha mau es krim!" -Macha
"Dih mau. Beli lah! Macha ga punya duit sih." -Karen
"Keran-chan bisa ngaca gak? Kamu juga gak punya duit kan?" -Yui
"Ih! Aku Karen! Bukan Keran! Udah berapa kali aku bilang?!" -Karen
"Ih! Mas yang jual es klimnya mas Ole-Ole!" -Miyu
"Mas Ole-Ole? Maksudmu Ore-Ore? Ah! Hore-Hore kali!" -Yui
"Bukan, tapi mas Ole-Ole!" -Miyu
"Ole-Ole bukannya minuman?" -Macha
"Itu Ale-Ale sayangquu~" -Karen
Selagi mereka berempat berdebat tentang nama sang penjual es krim, Pooru pun baru sampai di sana. Ia langsung melihat kearah empat anaknya yang lincah itu. Kemudian ia sadar bahwa empat anaknya itu sedang berada di depan gerobak es krim.
"Eh? Ada Oreki? Kamu sekarang kerjanya jadi tukang es krim?" Sapa Pooru.
"Sebenarnya sih ini kerjaan untuk sementara doang sih. Pooru-san juga tau sendiri kan?"
Dia adalah Kuruna Oreki. Oreki adalah seorang remaja berusia 16 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Rambutnya coklat, matanya emerald. Ia tinggal sendirian di rumahnya. Ia tinggal di desa yang sama dengan Pooru. Hanya saja berbeda RT. Pooru RT 04, sedangkan Oreki RT 02.
Oreki tinggal sendirian bukan karena ia anak sebatang kara. Tetapi itu karena sejarahnya, sejak ia sangat kecil, ia adalah anak yang sangat nakal. Hingga suatu saat di kelas 6 SD, ia melakukan kenakalan yang teramat sangat nakal sehingga menyebabkan ia tak lulus. Orang tua Oreki meminta maaf sedalam-dalamnya, lalu kemudian Oreki pun dipindahkan ke desa agar ia mampu hidup mandiri. Setelah itu orang tuanya tak memberikannya sepeser pun uang untuk tetap bertahan hidup. Tetapi sebagai gantinya, orang tua Oreki akan datang setiap setahun sekali untuk menjenguknya. Ya, hanya untuk melihat perkembangan sikap anak itu.
Akhirnya Oreki mulai mencari uang dengan sabar, walau awalnya memang kacau. Ia mulai bekerja paruh waktu. Pekerjaannya tak pernah tetap. Selalu berganti-ganti. Dan bagaimana Miyu bisa mengenal Oreki? Itu karena Miyu pernah dititipkan kepada Oreki. Itu saja.
"Mas Ole-Ole! Miyu mau dua es klim ya!" Kata Miyu sambil mengacungkan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manisnya.
Ya, korupsi jari sepertinyaー
"Ih Micchan! Itu bukan tiga, tapi itu empat!" Ujar Karen sesat.
"Dasar Keran-chan ama Miyu-chan ya. Kalian masih kecil. Ga bisa ngitung." Kata Yui selaku kakak tertua.
"Oh gitu? Jadinya itu jari tangannya Micchan ada berapa?" Tanya Karen.
"Ada tiga."
Pooru tersenyum bangga. Ternyata ada juga anaknya yang pintar. Oreki pun tersenyum melihat keakraban keempat anak itu. Tetapiー
"Tiga puluh maksudku."
Seketika Pooru merasa ingin menjatuhkan dirinya kedalam jurang yang dalam mendengar pernyataan anak pertamanya itu.
"Ckckck, dasar bego kalian semua. Jelas-jelas itu tiga. Dan Yui-nee, plis deh. Jari kita cuma ada sepuluh. Kau kata tiga puluh. Otakmu ada dimana?" Kata Macha sambil menjilat es krimnya santai.
"Tau! Otaknya Ui-nee kan ketinggalan di kamal mandi tadi! Soalnya pas mandi kan Ui-nee kelamas, telus aelnya ngehanyutin otaknya Ui-nee. Makanya sekalang Ui-nee gak punya otak! Hehehehe~" Ujar Miyu sambil tersenyum polos.
Astaga, darimana bocah-bocah ini mempelajari kata-kata sepedas itu? :(
"MIYU-CHAN NGACA DONG! KAN TADI MIYU-CHAN YANG SALAH! :(" Kata Yui membela, merasa terbuli mungkin.
"Eh udah-udah! Pada jadi beli es krim gak? Noh, kasian. Oreki nii-san udah nungguin kalian." Kata Pooru.
"Oh! Nama abangnya Oreki? Ya udah! Abang Oreki! Mau es kriiiim~" Ujar Karen.
Akhirnya empat anak kecil itu pun mendapatkan es krim sesuai keinginan mereka.
"Mas Ole-Ole!" Panggil Miyu kepada Oreki dengan mata yang berbinar-binar. Oreki meneguk ludahnya sendiri.
"Ya?"
"Gendong!" Kata Miyu sambil mengangkat kedua tangan mungilnyaーmemberi isyarat untuk segera digendong.
"ASDFGHJKL GUE HARUS APA YA LORD?! NGEGENDONG MIYU-CHAN TUH SAMA AJA KAYAK GUE MASUK KE KANDANG MONYETーEH MAKSUD GUE KE KANDANG HARIMAU!" -Oreki
Tapi karena disana ada Pooru, mau tak mau ia harus menggendong Miyu. Dan lihatlah apa yang terjadi.
Miyu diangkat dan digendong Oreki. Kemudian ia memeluk leher Oreki sekencangnya. Kemudian bocah kecil itu tanpa merasa bersalah berkata, "Miyu kangen mas Ole-Ole!"
Iya kalau rindu, saya juga paham. Tapi jangan sampai orang yang kamu rindukan itu kehabisan nafas karenamu dikー
"A-ah iya. Mas juga kangen ama Miyu-chan." Balas Oreki terpaksa. Itu hanya karena saat ini ada sang ibunda yang mengawasi. Maksud saya, Pooru yang mengawasi.
"Mas Ole-Ole bisa angkat Miyu gak?" Tanya Miyu dengan wajah memelas. Oreki pun mengangkat Miyu agak tinggi. Miyu segera memeluk kepala sang penjual es krim. Ia menduselkan kepalanya di rambut Oreki. Ia mengendus-endus aromanya.
"Mas Ole-Ole.. lambutnya bau stlobeli. Dingin juga. Miyu suka."
Oreki juga tahu hal itu. Tapi ia juga tahu jelas seharusnya hari ini rambutnya tak beraroma stroberi. Oleh karena itu, ia akan mengatakannya.
"Anu, Miyu-chan. Aku tau Miyu-chan suka aromanya. Tapi.. ITUKAN GEGARA ES KRIMMU JATOH DI RAMBUTKU, MIYU-CHAN!"
"Eh? Emang iya?"
Dan akhirnya Miyu sadar. Es krimnya jatuh di kepala Oreki. Kedua saudaranya yang lain tertawa, sedangkan yang satunya lagi.. anu.. dia toxic.
#SaiaCumaLagiGabutTq :v
Bersambung...
See you next chapter!!
-Asahina Mizu-
Jum'at, 19 Juli 2019
1481 words
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro