11 : Berburu Monyet
Pooru kini sedang memijat dahinya yang terasa pening. Bagaimana tidak? Anak bungsunya itu ternyata sangat rewel. Jika keinginannya belum dituruti, ia akan terus menangis. Ketika tangisannya berhenti, ternyata ia demam yang malah menambah kerewelannya.
"Mak.. kita cari monyetnya sekarang aja kali ya?" tanya Macha.
Pooru pun menjawab, "Iya nak. Tapi bentar dulu ya. Kepala emak pusing. Nanti kalo Miyu emak tinggalin, siapa yang mau jagain Miyu?"
Yui pun dengan entengnya menjawab, "Oreki-san aja mak! Miyu kan suka nempel ama Oreki-san!"
"Lah terus nanti kamu ngapain?" tanya Pooru.
Yui pun berkacak pinggang dan menjawab, "Ya ikut emak berburu monyet lah! Yui jamin pasti bisa dapet monyetnya kok!"
"...mak." panggil Macha.
"Ya?"
"Kayaknya ga usah pelihara monyet deh. Ini kita udah punya monyetnya." kata Macha sambil menatap datar Yui.
"Enak aja! Yui bukan monyet!" sanggah Yui.
"Ya udah, mirip monyet. Habisnya kamu doyan pisang, kadang kupergok lagi garuk-garuk ga jelas, atau manjat-manjat pohon." kata Macha.
"Ya justru karena itu, Yui pasti bisa dapetin monyetnya! Yui kan lincah, terus jago manjat juga! Udah, emak sama yang laennya di sini aja. Biar Yui aja yang nangkep monyetnya."
"Tapi emak khawatir kalo kamu pergi sendirian."
"Yaudah emak ikut aj一"
"Kan Machan ikut!" ceplos Yui yang memotong ucapan Macha. Macha langsung menatap Yui tajam.
"Ogah. Mager." kata Macha.
"Engga! Pokoknya Machan ikut!" kata Yui.
"Daripada aku, mending Karen aja dah. Pasti dia mau." saran Macha.
"Hah? Apa?" sahut Karen yang tadi sedang fokus menonton tv.
"Karen mau ikut aku berburu monyet besok?" tanya Yui.
"MAー"
"Ga boleh, Karen ntar sore ada les bahasa inggris kan?" tanya Pooru.
"Yah emak :((( Boleh la mak, bolos les sekali-kali."
"Gak boleh."
"Tuhkan, berarti emang Machan doang yang bisa nemenin Yui." kata Yui sambil menyeringai.
"TAPI GUA OG一"
"UDAH YA MAK, EMAK ISTIRAHAT AJA. BIAR MACHAN AMA YUI AJA YANG PERGI! DADAH!" kata Yui sambil menarik tangan Macha dan berlari menuju hutan.
"Mak, kok Anzu ga diajak sih?" tanya Anzu pada Pooru.
Pooru tersenyum lalu menepuk kepala Anzu, "Mungkin mereka takut nanti kamu kepisah ama mereka, terus kamu nyasar. Kamu ama Yui Macha kan beda. Yui ama Macha kan anak hutan."
"Ooh.."
☆☆☆
"AH LEPASIN TANGAN GUE WOY YUI!" kata Macha sambil memberontak.
"IYA IYA DIH :(" Yui pun melepaskan tangan Macha.
"Lagian ngapain juga aku harus ikut? Emang aku bisa apa coba?" tanya Macha.
"Cariin pohon pisang!" kata Yui. Macha pun menepuk jidat. Lalu Macha menunjukkan arahnya.
Nah ini maksud Pooru tadi. Yui itu barbar, sudah sperti Tarzan. Tapi Yui itu bagai Tarzan yang berusia 6 tahun. Alias cuma tau berkeliaran di hutan tanpa tau arah. Kalau Macha berbeda. Dia biasa memetik buah di hutan dan kalau rumah sudah terlampau berisik, dia memang selalu pergi ke hutan. Yah, di otaknya sudah seperti memiliki peta hutan tersebut. Ia hafal betul isi hutan tersebut.
Begitulah, Yui dan Macha memang saling melengkapi.
"Noh pohon pisang." kata Macha sambil menunjuk pohon pisang. Yui langsung berlari menuju pohon tersebut dan mengeluarkan golok lipat dari kantung celananya. Yah, teknologi sudah semakin canggih. Tidak hanya pisau dan sepeda saja yang bisa dilipat. Golok pun bisa dilipat.
Yui pun memanjat pohon tersebut dan akan memotong setandan pisang.
"Hmm.. mirip." batin Macha.
"Ish Machan jangan cuma liatin doang dong! Ambilin nih! Nanti kalo jatoh, benyek, mana ada monyet yang mau makan? :(" kata Yui. Macha pun mendekat dan memegang tandan pisang tersebut.
Setelah itu Yui pun turun dan mengambil satu pisang dari tandan pisang tersebut. Kemudian memakannya. Macha pun bertanya, "Kamu ngapain?"
"Ya makanlah! Machan mau? :3" tawar Yui. Seketika Macha ingin menjitak kepala Yui.
"Kita kesini mau ngapain ya monmaap?" tanya Macha.
"Oiya buat nangkep monyet ehe."
"Gausah. Udah dapet monyetnya nih." kata Macha sambil menarik kerah kemeja Yui di bagian belakang.
"MACHAN JANGAN GITU AH! UDAH YUK, NYARI MONYET :("
☆☆☆
Setelah itu, Yui mulai bergelayut dari satu pohon ke pohon lain. Sedangkan Macha tidak ikut. Dia masih di posisi awal. Kenapa tak ikut Yui? Yah, mager katanya. Lagipula, Macha juga bisa mengetahui dimana letak Yui tanpa perlu mengikutinya. GPS? Mana mungkin. Bukankah ini hutan? Lantas bagaimana caranya?
Hanya Macha, Yui, dan Tuhan yang tahu.
Setelah lelah bergelayut kesana kemari mencari monyet, akhirnya Yui kembali ke tempat asal dan bersandar di pohon bersama Macha.
"Udah nemu?" tanya Macha singkat. Yui menggelengkan kepalanya.
"Gini deh, kita cabut semua pisang di hutan ini dan kita kumpulin di satu tempat biar monyetnya nyariin." usul Macha sambil berdiri dan menepuk nepuk celananya.
"Yakin monyetnya bakal nyariin?" tanya Yui.
"Yakin. Dimana-mana juga monyet nyamperin pisang bukan pisang nyamperin monyet kan?" Yui pun mengangguk.
Akhirnya mereka pun memetik semua pisang yang ada dan mengumpulkan semua pisang itu dalam satu tempat. Selanjutnya? Yah, mereka tidur. Memang mereka ini sama sekali tak khawatir jika ada hewan buas. Karena menurut Yui, jika ada hewan buas, Yui bisa menyodorkan Macha kepada hewan buas itu supaya Macha bisa mengajak berbicara hewan buas tersebut.
Ya, menurutnya Macha masih memiliki hubungan darah dengan hewan buas. Contohnya, macan.
Sedangkan Macha sendiri berpikir jika ada hewan buas, ia bisa mengikat Yui di pohon lalu ia akan lari menuju rumahnya.
Sangat bertentangan memang.
Tapi untungnya hewan buasnya sendiri berpikir jika ia menerkam kedua makhluk ini, yang ada darah kebodohan akan masuk ke dalam dirinya sehingga ia akan sulit berburu mangsanya.
Yah, miris memang.
Saat Yui dan Macha bangun, mata Yui berbinar-binar. Sedangkan wajah Macha datar.
"HWAAAA MACHAN! KITA BERHASIL! MONYETNYA BANYAK!" jerit Yui.
"Berisik bodoh. Nanti monyetnya kabur semua percuma loh kita cape cape metikkin pisang." kata Macha sambil menoyor kepala kakaknya itu.
"Oiya ya." kata Yui sambil manggut-manggut.
Yui pun mengambil karung dan menangkap satu monyet. Lalu ia berkata, "Yuk, pulang!"
"Et bentar dulu. Pungutin pisangnya dulu. Nanti emang monyetnya mo dikasih makan apa?"
"Oh iya! Ya udah yang mungutin Macha aja. Aku kan udah megangin monyet :3"
"Ck, iya deh."
☆☆☆
"ASSALAMU'ALAIKUM! EMAK!" jerit kedua anak kecil yang diketahui bernama Yui dan Macha.
"Wa'alaikumussalam. Eh Yui ama Macha udah balik? Dapet ga?" tanya sang ibu.
"Dapet dong mak! Liat nih! Keren kan?" kata Yui sambil menyodorkan monyet tersebut kepada Pooru. Pooru mengernyitkan dahi.
"Ini seriusan monyet nak? Kok emak baru liat一"
"Iya mak, ini monyet yang paling bagus diantara yang lain! Yui pinter kan? Ehehe~" kata Yui sambil tersenyum senang. Kemudian ia melanjutkan, "oh iya mak. Yui masuk dulu ya? Mo ngasih ini ke Miyu dulu~"
Yui pun masuk dan pergi ke kamar Miyu. Macha pun menyusul. Kemudian Pooru bertanya, "Kamu bawa apa Macha? Kok banyak banget kayaknya?"
"Ini pisang mak. Sayang kalo kebuang. Tadi dipake buat mancing monyetnya mak."
"Hoo.."
Sementara itu, di kamar Miyu seperti biasa Yui berteriak, "MI-CHAAAN!! LIAT NIH YUI-NEE BAWA APAAN :3"
"Yui-nee bawa ap一Karung? Buat apa? Jangan jangan buat masukin Mi-chan ke dalem karung terus Yui-nee mau jual Mi-chan dipasar? HWEEEEE EMAAAAK!! MI-CHAN MAU DIJUAL AMA YUI-NEE HWEEEEEE!!"
"EH ENGGA GITU MI-CHAN! INI NIH, MONYET BUAT KAMU!"
Baru saja Yui melepas pegangannya pada karung, tetapi monyetnya sudah langsung melompat keluar.
"Uwah! Monyetnya lucuu! Kayak imou!" kata Miyu sambil tersenyum bahagia.
"Makasih Yui-nee! Mi-chan sayang Yui-nee!"
Bersambung...
See you next chap!!
-Asahina Mizu-
Ahad, 8 Desember 2019
1193 words
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro