Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

e p i l o g u e

Happy Reading!

Author POV

Terlihat sepasang ibu dan anak tengah berjalan dengan tubuh saling merapat. Senyum bahagia begitu terpancar dari keduanya. Di belakang mereka ada dua laki-laki mengikuti mereka.

"Mama yakin mau balik ke sana? Keysha masih mau lama-lama sama Mama," rengek Keysha pada Renatha.

Orang yang dipanggil mama itu tersenyum maklum. Dengan sayang ia mengusap rambut lebat milik sang putri. "Sebenernya mama juga masih kangen sama kamu. Tapi gimana lagi? Mama dan Papa punya kerjaan di sana."

"Nanti kalau kita punya waktu luang kita bisa main ke sana, Key," sahut Dave.

"Tuh Dave mau ajak kamu nanti," balas Renatha.

Sebenarnya ada rasa tak tega saat ia harus meninggalkan Keysha di sini. Tapi mau bagaimana lagi? Sekarang Keysha sudah menikah, itu berarti Keysha harus mengikuti kemanapun sang suami pergi. Jika saja Keysha masih lajang, pasti Renatha akan memboyong Keysha ke Amerika dan memulai hidup baru di sana.

"Tapi Mama sama Papa baru seminggu di sini," ucap Keysha dengan manja. Ia masih ingin berlama-lama dengan orangtuanya, ia masih merindukan momen kebersamaan mereka.

"Key, jangan gitu dong. Mama sama papa punya kerjaan di sana, nggak bisa ditinggal kelamaan. Aku beneran janji bakal ajak kamu ke sana kalau liburan nanti," ucap Dave berusaha membujuk Keysha.

Keysha mengangkat kepalanya, tatapannya beralih ke Dave. "Janji?"

"Aku janji, Sayang. Sini kamu peluk aku aja, kasian Papa Damian nggak ada yang peluk."

Damian dan Renatha hanya terkekeh mendengar penuturan menantunya. Karena mereka percaya jika Keysha akan luluh dengan Dave. Buktinya Keysha langsung menjauhkan tubuhnya dari sang mama, lalu beralih mendekat ke arah Dave.

"Mama sama Papa yakin nggak mau dianter sampai bandara?" ucap Keysha.

"Nggak usah. Kami mau mampir ke rumahnya temen Papa dulu," tolak Renatha dengan halus.

"Padahal Keysha mau anter Mama sama Papa ke bandara."

Dave mengusap bahu Keysha saat melihat gadis itu tertunduk sedih. Ia tak bisa melakukan apapun selain menghibur gadisnya.

"Mama nggak pengen kamu capek, Key."

"Keysha ngerti kok, Ma," balas Keysha lirih.

Renatha memilih mendekat saat melihat raut wajah Keysha yang begitu lesu. Sebenarnya ada rasa tak tega saat melihat wajah Keysha. Tapi mau bagaimana lagi? Ia tak bisa meng-iya-kan ajakan Keysha untuk ikut, mengingat ia harus bertemu dengan teman lamanya.

Keysha melepaskan tangan Dave yang berada di tubuhnya, dengan gerakan cepat ia melesak masuk ke dalam pelukan sang mama. Rasanya sangat nyaman, Keysha pasti akan merindukan pelukan ini.

"Mama berangkat dulu, Sayang. Kamu baik-baik di sini, kalau ada apa-apa kamu bisa telpon Mama. Walaupun kita bakal berjauhan, tapi kamu tetep anak mama."

"Keysha bakal kangen sama Mama," balas Keysha lirih. Bahkan gadis itu mengeluarkan air matanya.

Renatha melepas pelukan mereka, dengan lembut ia menghapus air mata yang mengalir di pipi sang putri. Tak memungkiri jika ia ikut sedih melihat Keysha menangis, tapi ia harus menahannya. Keysha tak boleh tau jika ia berkali lipat sedih. Bukan hanya itu, rasa penyesalan selalu menghantuinya, terlebih saat melihat wajah Keysha.

"Sini peluk papa, Key," ucap Damian seraya merentangkan kedua tangannya.

Tanpa basa-basi Keysha mendekat ke arah sang papa. Tangis Keysha kembali pecah saat pelukan itu terasa, pelukan yang dua tahun lebih tidak ia rasakan. Perasaannya tenang, Keysha merasa terlindungi.

"Papa pasti bakal rindu sama kamu, Key," ucap Damian seraya mengeratkan pelukannya. Tangan kanannya terangkat, dengan lembut tangan itu mengusap rambut Keysha.

"Keysha juga bakal rindu sama kalian. Nanti kalau adik udah lahir, aku bakal ke sana," balas Keysha dengan suara parau.

"Kami bakal nunggu. Doain semoga semuanya baik-baik aja, karena kita nggak tahu bagaimana ke depannya," balas Damian.

Keysha menghapus air matanya saat pelukan mereka terlepas. Ia tak ingin orang tuanya pergi, ia masih ingin bermanja-manja dengan mereka. Ia tak tahu mengapa sifatnya berubah childish seperti ini, padahal orang tuanya akan pulang suatu saat nanti.

"Kami berangkat dulu, Sayang. Kalau kami udah sampai pasti kami telpon kalian," ucap Damian.

Keysha kembali melesak ke dalam pelukan sang papa. Tapi hal itu tak berlangsung lama, karena Keysha tak ingin menangis lagi, walaupun sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

"Dave, jaga Keysha dengan baik ya. Papa percaya sama kamu, papa mohon jangan sakitin Keysha. Keysha sudah cukup sakit karena kami," ucap Damian dengan tatapan permohonannya.

"Dave janji sama Papa, Dave bakal jagain Keysha sebaik mungkin," ucap Dave lantang.

"Mama yakin kamu adalah orang yang tepat buat gantiin kami," sahut Renatha.

"Dave nggak bisa gantiin kalian, Dave punya peran sendiri buat Keysha. Sampai kapan pun juga kalian tetap jadi orang istimewa buat Keysha."

Renatha dan Damian saling menatap. Detik selanjutnya senyum tulus terbit di bibir mereka. Mendengar ucapan Dave membuat mereka tersanjung. Mereka bersyukur bisa mendapatkan menantu yang sebaik Dave. Cowok itu mau menerima segala kekurangan Keysha dan keluarga.

Sedangkan Keysha yang telah berada di pelukan Dave diam-diam tersenyum kecil. Ia tak salah memilih pasangan, Dave sangat bisa mengerti dirinya.

"Ya udah, kami berangkat dulu, ya. Kalian baik-baik di sini," ucap Damian.

Keysha kembali mengurai pelukannya, ia hanya memejamkan matanya saat sang papa mencium dahinya cukup lama. Perlakuan Damian membuat dada Keysha menghangat, ia merasa hidup kembali.

Selanjutnya giliran Renatha yang mendekat ke arahnya. Ia memeluk Keysha sekilas sebelum mencium seluruh permukaan wajah sang putri.

Dave merangkul bahu Keysha saat Renatha telah menjauh dari Keysha. Gadis itu sendiri hanya menurut dengan tatapan yang tak lepas dari sang mama. Tatapan matanya masih melekat pada orang tuanya yang telah berada di dalam taksi online.

Air mata Keysha kembali meleleh saat taksi itu mulai berjalan. Tapi hal itu tak berselang lama, dengan sigap Dave mengusap lelehan air mata Keysha.

"Jangan sedih, Sayang. Aku beneran janji bakal ajak kamu ke sana. Anggap aja kita lagi latihan mandiri."

"Aku nggak tahu kenapa bisa sesedih ini, Dave. Aku merasa takut."

Dave yang mendengar penuturan Keysha langsung menangkup wajah gadisnya. "Apa yang kamu takutin? Coba cerita sama aku."

"Aku nggak tahu," balas Keysha seadanya.

"Nggak usah terlalu dipikirin. Mendingan kamu siap-siap, aku mau ajak kamu ke mall," ucap Dave sambil mengusap rambut Keysha dengan sayang.

Keysha mengangguk patuh, detik selanjutnya mereka berjalan masuk ke dalam rumah.

***

Sudah dua jam lebih sepasang manusia itu menyusuri mall yang begitu luas. Di tangan si cowok sudah ada beberapa paper bag yang berisi belanjaan mereka.

Dave melirik sekilas ke arah Keysha, sepertinya gadis itu telah ceria kembali, terbukti dari senyum cerah yang terukir di bibirnya. Sesekali gadis itu menjilat es krim yang berada di genggamannya.

"Mau ke mana lagi?" tanya Dave.

"Ke Gramedia yuk," balas Keysha.

"Yuk," balas Dave seraya meraih tangan Keysha.

Dave menghentikan langkahnya saat ponsel yang berada di saku bergetar. "Bentar, Sayang. Aku mau angkat telpon dulu."

"Iya, Dave."

Cowok itu melepaskan genggaman tangan mereka dengan perlahan. Kemudian ia menjauh dari Keysha untuk mengangkat telpon itu. Keysha sendiri bersikap cuek, ia sibuk menikmati es krim yang masih tersisa sedikit.

Tak lama kemudian es krim yang berada di genggamannya tandas tak tersisa. Dengan langkah lebar Keysha berjalan menuju tempat sampah yang berjarak lima meter darinya. Tujuannya untuk membuang tisu yang melapisi cone es krimnya.

Keysha tersentak saat merasakan bahunya ditepuk seseorang. Reflek gadis itu menoleh ke arah belakang, ia bisa melihat Dave di belakangnya. "Key, ke gramedianya lain waktu aja ya."

"Emang kenapa, Dave?" tanya Keysha disertai kernyitan heran di dahinya.

"Ada sesuatu yang lebih penting. Sekarang kita pergi dari sini, ya."

Tanpa menunggu balasan dari Keysha, Dave menggenggam tangan gadis itu, lalu berjalan dengan sedikit tergesa. Keysha sendiri hanya menurut, walaupun sebenarnya ia bertanya-tanya, kenapa Dave terlihat begitu panik.

Lagi-lagi Keysha menurut saat Dave membukakan pintu mobil untuknya. Keysha melirik sekilas ke arah Dave, cowok itu terlihat fokus dengan kegiatannya.

"Dave, kita mau ke mana?"

Cowok itu lantas menoleh, menatap Keysha tak lebih dari tiga detik. "Kita mau ke rumah sakit."

"Ke rumah sakit? Siapa yang sakit?" tanya Keysha keheranan.

"Nanti kamu tahu, aku mau fokus nyetir dulu," ucap Dave.

"Iya, Dave."

Sepertinya ia harus membuang rasa penasarannya. Ia tak mau rasa ingin tahunya dapat membahayakan mereka, mengingat Dave sedang fokus menyetir.
Keysha menatap wajah Dave, raut wajah suaminya itu terlihat gusar. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Dave terlihat gusar dan tidak tenang?

***

Lima belas menit kemudian mobil Dave telah terparkir rapi di lahan parkir sebuah rumah sakit. Tak berselang lama Dave dan Keysha keluar dari dalam mobil.

"Dave, siapa yang di rumah sakit?"

"Key, tas kamu mana?"

Reflek Keysha menepuk dahinya. "Masih di mobil."

Dave tersenyum kecil, bersamaan dengan itu ia merogoh saku bajunya. Detik berikutnya ia menyodorkan kunci mobil pada Keysha. "Kamu ambil dulu, aku tunggu di sini."

"Iya, Dave."

Gue harus gimana? batin Dave.

Tatapannya tak lepas dari Keysha sedikitpun. Rasa bersalah begitu menghantuinya saat melihat wajah Keysha yang begitu ceria.

"Kenapa kamu lihat aku kayak gitu, Dave?" tanya Keysha seraya membenarkan letak tasnya.

"Kamu cantik," kilahnya.

"Kamu udah ngomong kayak gitu tiga kali, loh."

"Memangnya kenapa? Kamu beneran cantik kok," alibi Dave.

"Udah Dave, sekarang kita masuk. Bawa aku ke tempat tujuan kamu."

Dave mengangguk sekilas. Tanpa canggung ia menggenggam tangan Keysha, lalu memulai langkahnya dengan pelan.

Langkah kaki mereka berhenti di depan ruang UGD. Dengan raut heran Keysha memandang pintu. Baru saja ia ingin membuka mulutnya, pintu dihadapannya terbuka lebih dulu.

"Keluarga dari Bapak Damian?"

Keysha membulatkan matanya saat mendengar nama sang papa disebut. Pikirannya mendadak kacau, segala pemikiran buruk berkeliaran di otaknya.

"Kami anaknya beliau, Dok."

"Mohon maaf, kami tidak bisa menyelamatkan Bapak Damian beserta istrinya."

"P-papa? Maksudnya apa sih, Dave?"

Keysha bisa melihat Dave menatapnya dengan sendu. Alih-alih membalas pertanyaan Keysha, cowok itu memilih memeluk gadis itu dengan erat.

"Papa dan mama kamu lebih disayang Tuhan. Mereka meninggal, Key."

Mendengar ucapan Dave membuat amarah Keysha memuncak. Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh Dave yang melekat di tubuhnya. Mata gadis itu berkilat tajam, ia sangat tak suka dengan ucapan Dave dan dokter itu.

"Kamu jangan ngarang cerita, Dave! Udah jelas kalau papa sama mama pergi ke luar negeri, dan kamu dengan seenaknya bilang mereka meninggal?"

"Key, mungkin kamu berat denger ini. Tapi ini kenyataannya, mama dan papa meninggal kerena kecelakaan mobil."

"Nggak! Mereka masih hidup! Saat ini mereka lagi di pesawat!"

"Dok, apa kami bisa melihat mereka?"

"Silahkan."

"Key, ayo kita lihat mama sama papa," ucap Dave lembut.

"Nggak mau! Dok, kalian sedang nge-prank saya kan?"

Dengan gerakan cepat Dave menggendong Keysha. Dengan langkah lebar ia menuju ruang UGD. Di dalamnya nampak dua brankar rumah sakit telah ditutup kain putih.

Dave menurunkan Keysha tepat di antara dua brankar itu. Dengan gerakan sedikit ragu, Dave membuka kain putih itu. Rasa sesak langsung menyeruak kala melihat sosok dibalik kain putih itu. Orang itu adalah Damian, wajahnya tampak begitu pucat, ditambah ada beberapa bercak darah yang membuat wajah itu sedikit tidak dikenali.

"P-papa? Nggak mungkin, papa nggak mungkin meninggal."

Dada Dave kembali sesak saat melihat Keysha terlihat begitu terpukul. Untuk kesekian kalinya Dave mendekap Keysha ke dalam pelukannya. Ia bisa merasakan kaus yang dikenakannya basah karena air mata Keysha.

"Yang sabar, Key," ucap Dave dengan mata berkaca-kaca.

Dave tak mendapat respon apapun dari Keysha. Gadis itu malah melonggarkan pelukannya. Dave melakukan hal yang sama, ia sedikit melonggarkan pelukannya.

"KEYSHA!"

Gadis itu ternyata pingsan dalam pelukannya. Dengan cepat Dave membopong Keysha menuju brankar yang kosong. Tak berselang lama beberapa perawat melalukan pertolongan agar Keysha sadar.

______________________________________________

Setelah satu bulan ngilang, akhirnya aku balik lagi. Alhamdulillah akhirnya cerita ini bisa selesai, yah walaupun butuh satu tahun lebih. Oh iya, maaf kalau seandainya cerita ini banyak banget kekurangan, karena aku masih amatir.

Aku ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya buat kalian yang udah dukung ceritaku. Tanpa kalian cerita ini nggak mungkin bisa tamat.

Aku mau tanya dong, kalian mau ekstra part gak?

Purwodadi, 25 Nov 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro