Chapter 2
Bel istirahat telah berbunyi dua puluh menit yang lalu. Waktu istirahat yang hanya tiga puluh menit itu digunakan oleh para siswa dengan beragam kegiatan, mulai dari makan siang, bermain, atau mungkin membaca buku di perpustakaan. Keysa dan Nadira memilih menghabiskan waktu istirahat mereka ke kantin sekolah. Seperti biasa suasana kantin sekolah ramai dan berisik.
"Keysa," panggil Nadira.
Yang punya nama mendongak melihat Nadira. "Iya, ada apa?" tanyanya, lalu kembali menyesap es jeruk yang baru saja dipesannya.
"Coba kau lihat ini," ucap Nadira mengambil sesuatu dari dalam kantong kemeja cream yang dipakainya kemudian meletakkan secarik kertas putih di meja.
Keysa mengambil kertas tersebut. Ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi serius. "Nad, darimana kau mendapatkan ini?" tanyanya tak sabar.
"Tadi pagi aku melihat surat ini terlipat di depan rumah kita. Jadi, aku mengambilnya."
"Jika kau ingin tahu dimana ibumu berada Starlight Academy adalah kuncinya." Keysa membaca isi surat tersebut. Surat itu tidak ada nama siapa yang mengirimnya dan alamat sang pengirim.
"Apa mungkin ada yang salah kirim?" Keysa menebak-nebak.
Nadira berpikir sejenak. "Tapi tak mungkin salah kirim, buktinya dia tahu bahwa kau sedang mencari ibumu."
"Tapi mengapa harus di sana?" ujar Keysa yang sama sekali tidak mengerti.
Keysa tidak tahu siapa kedua orang tuanya. Dia belum pernah bertemu dengan mereka sejak kecil sampai sekarang. Gadis berambut panjang sepinggang itu tidak tahu apa alasan kedua orang tuanya yang dengan tega membuangnya saat bayi.
"Aku juga tidak tahu, Key, tapi ini adalah petunjuk pertama kita," jawab Nadira.
Keysa tak menjawab, dia menyimpan kertas tersebut ke dalam saku kemejanya.
***
Tanpa sadar Keysa sedang melamun saat tengah melukis. Lukisan danau di bawah sinar bulan kini di beberapa tempat tergores cat merusak keindahan lukisan tersebut. Angin yang berasal dari jendela kamar sesekali berembus menerbangkan hordeng jendela kamar. Udara sejuk menyapa kulit Keysa.
"Keysa, pesanan lukisan Tuan Bram!" teriak Nadira heboh. Tangannya menunjuk lukisan Keysa yang kini terkena coretan kuasnya.
Keysa tersadar dan langsung menatap ke arah lukisannya yang kini tampak berantakan karena ulahnya sendiri. "Ya ampun, lukisanku!" jeritnya panik. Dengan cepat dia mengoleskan cat yang sama untuk memperbaiki kesalahannya.
Keysa mengembuskan napas lega. "Untung saja kesalahannya masih bisa diperbaiki."
Kini Keysa sedang merapikan kuas, palet, dan cat serta hasil lukisannya saat teman sekamarnya bertanya. "Key, apa kamu sedang memikirkan siapa pengirim surat itu 'kan?" Tebak Nadira yang tepat sasaran.
Keysa mengangguk jujur. "Aku sangat bingung harus bagaimana. Aku ingin sekali bisa bertemu dengan orang tuaku, tapi di salah satu sisi aku takut kalau salah surat itu hanya jebakan."
"Hey, gimana jika kita coba saja dulu? Kita akan tahu setelah kita berhasil lolos di Academy Starlight?" saran Nadira. Dia sangat berharap dengan alasan ini, Keysa mau mencoba tes di sekolah idaman itu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro