Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ni Juu San⊷Ribut (1)

Disarankan untuk baca Part Ni Juu Yon terlebih dahulu

Cuap-cuap!
Halo pembaca setia cerita Ketua MPK, fyi, chapter hari ini 100% bukan karya Author. Special 10k readers, lulliii yang bakal nulis ceritanya. So ya! Welcome epribadehh(:
HERE WE GO!

Selamat Membaca
.
.
.
.

Rabu kelabu. Kalimat itu sepertinya cocok menggambarkan situasi sekarang. Langit menggelap bersiap menumpahkan air bersamaan dengan diamnya kelas Liu. Siang ini matahari besembunyi dibalik gelapnya awan, menambah kesan gelap dihari ini.

••

Rabu itu kayak neraka ih panas banget! —Sani

Rabu itu otak gue diperas abis abisan —Rahma

Rabu itu hari dimana kesabaran gue sebagai makhluk Tuhan di uji —Sabilah

Rabu itu hari dimana gue banyak banyaknya berdizikir sama Allah —Deby

Rabu itu sehari rasa sepuluh ribu jam lama banget lewatnya —Liu

Rabu itu hari ketiga gue sekolah. 2 hari setelahnya gue libur. Fine gue harus semangat! — Priscila *siap belajar*

Rabu itu berat, aku ga akan kuat, biar kamu aja ya. Makasih. —Luli paling cantik hehey.

••

"Gila kepala gue rasanya pening banget," ucap Deby sembari memegang kepalanya. Memijat keningnya pelan.

Rahma yang didepan Deby menoleh ke belakang. "Lo pening? Lah gue pingin nangis ini lama banget ga selesai selesai "

"Heh!!! Diem!!" bisik Liu menyuruh keduanya diam. Karena Liu paham, ketika keduanya dibiarkan berbicara, lamanya debat capres pun kalah.

"Tinggal 20 menit lagi akhirnya selesai ya Tuhan," gumam Priscilla riweh.

"Apaan sih Pris, tiap sepuluh menit sekali ngitungin mulu," tanya Sani terganggu dengan hitungan Priscilla yang tidak berfaedah.

"Gue udah ga kuat!!" Priscilla frustasi sambil melirik ke arah teman sebangkunya yang sedang terlelap.

"Apa gue ikutan Luli aja ya? Tidur?" Tanya Priscilla entah kepada siapa.

Tiba tiba saja Sabilah menimbrung tidak setuju. "Berani lo ikutan Luli? Ga bakal masuk dah tu materi."

Pernyataan itu dibenarkan oleh Priscilla. Pasalnya ia tidak akan bisa menerima materi jika tertidur. Seperti Luli.

Dan keenamnya kembali hanyut dalam pelajaran yang sedang diterangkan setelah tak sengaja Bu Donik memergoki mereka tidak memperhatikan. Sementara Luli, masih tak berkutit sama sekali. Masih bermimpi indah ketika teman temannya pening akan matematika. Di jam terakhir. Sebelum jam pulang sekolah. Bersama matematika. Hanya tinggal 20 menit lagi dan mereka bebas.

Bel pulang sekolah seakan menjadi penyelamat bagi siswa siswa di sekolahan. Sama halnya untuk Liu dan kawan kawan bahwa bel pulang sekolah adalah berkah tersendiri.

Luli yang baru berpisah dari alam mimpinya mengucek mata dengan malas. Badannya terlalu lelah karena kemarin dipaksa mengerjakan soal soal ekonomi untuk persiapan lomba kabupaten minggu depan.

Priscilla menghela napas lega seiring keluarnya guru matematika yang meninggalkan banyak catatan dan tugas itu. Menghela napas untuk kedua kalinya karena tugas itu harus selesai esok hari. Rasanya ia membutuhkan semangat dari Teyong di saat saat seperti ini.

Rahma yang sedari tadi hanya diam memilih merapikan bukunya dan dimasukkan kedalam tas pink miliknya yang kebetulan kembar dengan milik Sani. Masih dalam diam. Terus diam. Dan selalu diam. Pas ditanya kenapa bisa kembaran tas jawabannya adalah biar macem kids jaman now, eonni eonni ku.

Lain halnya dengan Sani yang sibuk menempelkan keningnya diatas meja menunggu balasan dari Woojin. Menunggu tanpa kepastian yang jelas dari Woojin. Kepastian akan janji mereka berdua. Sepulang sekolah.

Deby yang sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana melalui telfon menunjukkan tampang kesalnya tampak tidak peduli akan keluarnya Bu Donik dari kelas. Yuta, pastinya. Kakak kelas kurang ajarnya ini membatalkan janji untuk berjalan bersama setelah pulang sekolah.

Sabilah. Gadis yang satu ini masih berkutat dengan catatannya yang belum selesai akibat sibuk berbicara dengan Tari. Berusaha memfokuskan pikirannya kepada catatan ketika dering ponselnya terus berbunyi. Menampilkan nama 'Ojek Sayang' disana.

Dan yang terakhir, Liu. Gadis berponi ini sedang merenggangkan ototnya setelah bertempur dengan matematika. Hatinya semakin panas ketika dilihatnya gelang pemberian Guanlin ditangannya. Belakangan hari ini, hubungannya kembali merenggang karena kesibukan Guanlin.

Kondisi kelas lama kelamaan mulai sepi seiring keluarnya anggota kelas. Menyisakan mereka dalam keheningan. Liu sibuk mengelamun. Sani, Deby, dan Sabilah sibuk dengan ponselnya masing masing. Rahma sibuk Vidcall dengan Daehwi yang sedang bersama Daniel, abangnya. Sementara Sabilah, masih bergelut dengan buku catatannya. Sisanya, Luli, baru saja hendak terlelap ketika pekikan Sani memekakan telinga.

"AHH!! KENAPAA?!!" Pekik Sani tanpa alasan. Setelah itu enam pasang mata mengarah kepadanya. Menatapnya bingung.

Luli yang terkejut memilih memejamkan mata sembari menghela napas lelah. Mencoba tidak emosi karena Sani. Tapi berbeda dengan Priscilla yang semakin pusing, memilih meladeni pekikan Sani dengan ketus. "Apaan sih San?! Kenapa harus teriak teriak hah?!"

"Apaan sih Pris? Gue kan ga ganggu lo!" balasnya tak kalah ketus.

"Tapi lo berisik banget! Paling juga gara-gara Woojin kan?!"

"Apaan sih San, Pris? Kok jadi ribut?" Sabilah berusaha menengahi.

"Ga usah bawa-bawa Woojin deh kalo lo ga mau gue bawa-bawa Teyong disini!" Ketus Sani.

"Lo pada bisa ga, ga usah ribut? Gue lagi ga mood marah-marah," ujar Liu santai.

"Lo pikir gue mood marah marah hah? Mikir ya Eonni!" pekik Sani.

"Sani?! Kok malah nge gas sih?" Deby yang sedari tadi asik dengan dunianya sendiri, terusik.

"Emang ya, anak labil ga bisa jaga emosi!" Priscilla semakin memperkeruh suasana.

Rahma yang diam akhirnya berbicara. "Sani—" belum juga selesai berbicara, Sani menyela. "Semua aja belain Priscilla! Emang gue ga pernah lo pada belain!"

Liu yang terpancing amarah menggebrak meja. "Apa yang lo mau San? Gue belain lo di saat lo salah gitu hah?"

Bagi Sani, bentakan Liu hari ini terlalu menyakitkan hati. Padahal biasanya, hatinya tidak pernah sakit walaupun dikatai oleh Liu. Namun entah mengapa, perasaannya sedang kacau hari ini.

"Ga perlu! Gue ga butuh kalian buat belain gue!" bentak Sani. Tak lama kemudian, disusul oleh isakan darinya.

"San, lo nangis?" tanya Rahma kelabakan. Sepontan, Rahma menghampiri Sani yang menelungkupkan wajahnya di meja.

"Ga usah drama deh San!" sengit Liu tak ada hentinya.

"Tau, ga usah banyak drama macem Deby," timbrung Priscilla. Lagi lagi, suasana panas semakin memanas karena ucapan Priscilla.

"Kok malah bawa bawa gue?" tanya Deby keheranan. Pasangnya gadis itu hanya diam saja. Tapi tiba tiba Priscilla menariknya kedalam masalah ini.

"Tolong ingatkan gue siapa ya yang seminggu belakangan ini bikin sensasi?" Pancing Priscilla.

"Gue ga ikut-ikutan disini Pris! Jangan kambing hitamkan gue!" bentak Deby tidak terima.

"Jangan cuma bisa nyalahin orang, Pris!" tambah Sabilah. Ia heran, ada apa dengan kedua eonni nya ini. Tak biasanya pula Priscilla mudah tersulut emosi seperti ini.

"Ga usa—"

"Stop!" ucap seseorang yang sedang mengucek mata. Suara itu terdengar santai. Tidak ada emosi darinya sama sekali.

"Kalian ga capek?" tanya seseorang itu. Pening menguasai kepala Luli. Tidurnya terganggu akibat pekikan teman-temannya. Berisik.

"Apaan sih Lul?" tanya Liu bingung arah pembicaraan Luli.

"Ga capek nyari masalah terus?"

Tbc...
🦄🦄🦄🦄

Cerita itu yang nulis lulliii
Karna gak partnya gak jadi-jadi yaudah nanti dibikin part 2 aja.

Jangan lupa pencet🌟dipojok kiri ya gaezz,aku tau kalian malas coment. Just vote I am fine❤️

XOXO!❣️

Arigatougozaimasu💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro