Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 15

Selamat datang di chapter 15

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo

Well, selamat membaca

Semoga suka

❤❤❤
______________________________________

Jangan mencari perkara
Karena aku tidak mencari perkara

°°Cecilia Bulan°°
___________________________________________________________________________

Jakarta, 5 November
11.00 a.m.

"Apanya yang secara langsung? Kenapa itu jadi hadiah buat lo?" Bulan tidak berbisik, melainkan bersuara lantang sebab tidak paham maksud omongan Satria karena memang dasarnya lemot. Membuat Satria, Alivie, dan Chris mencibir. Sedangkan Adinda yang paham perkara 'langsung' itu malah kebingungan. Dalam hati bertanya-tanya, kenapa Satria minta cium Bulan?

"Kalian pacaran?" tanya Adinda sudah sangat penasaran. Sejujurnya ingin memastikan dan berharap apa yang menjadi dugaannya salah.

"Bingo!" ucap Chris senang sambil reflek berdiri mengibar-ngibarkan pom-pom.

Sementara Satria tidak menanggapi pertanyaan Adinda dan memilih duduk di sebelah Bulan kemudian meneguk kembali air mineral yang masih di genggamnya.

Bulan juga diam saja. Bukan karena tidak ingin menjawab pertanyaan Adinda, melainkan masih penasan jawaban Satria tentang hadiah secara langsung tadi.

"Serius Sat lo pacaran sama cewek ini? Si tukang telat ini? Yang jelek ini? Buluk? Nggak ada bagus-bagusnya ini?" tanya Adinda seolah tidak percaya sambil menunjuk-nunjuk Bulan namun pandangannya tetap fokus pada laki-laki pujaan hatinya.

Bulan pun reflek berdiri karena merasa tersindir dengan pertanyaan nenek lampir di sebelahnya. "Apa lo bilang? Nggak ada bagus-bagusnya?!"

Seketika pandangan teman-teman yang semula sudah bangkit dari duduk di tribun hendak turun sebab pertandingan telah usai kini mengarah pada dua perempuan yang tengah adu mulut itu.

"Gue ngomong sama Satria! Bukan sama lo! Kok lo ngegas sih?!" Adinda menunjuk-nunjuk wajahnya.

"Lo duluan yang ngegas! Lo pikir lo beautiful princess gitu? Nggak usah sok cantik deh lo nenek lampir!"

"Gue emang cantik keles! Emang lo buruk rupa?!" Adinda yang tidak terima di sebut nenek lampir langsung menjambak rambut Bulan sambil memaki-maki.

Sedangkan Bulan sendiri juga membalasnya. Dan terjadilah adegan jambak-menjambak diikuti riuh sorak dari teman-teman yang menonton pertengkaran itu. Ada yang memasang taruhan, ada yang mengabadikan dengan kamera ponselnya, bahkan ada juga yang live story instagram agar viral dan mendapakan jumlah followers banyak.

Jadi pertandingan cakar-mencakar dan jambak-menjambak unfaedah dua makhluk itu tidak kalah seru dengan pertandingan final basket yang baru saja selesai.

"Aduuuhhhh Mooot! Berentiii!" teriak Chris yang panik sambil memegangi keningnya menggunakan dua tangan yang masih memegang pom-pom. Alvie juga berusaha menjauhkan Bulan dari mak lampir tapi malah ikut terkena cakar dan akhirnya mundur.

Di sebelah mereka, otot-otot wajah Satria sudah mulai bermunculan. Menandakan amarah yang sudah di tahan ingin segera diledakkan. Botol minuman yang ia pegang sampai tidak berbentuk karena diremas kuat. Ini sudah benar-benar membuatnya emosi.

Tidak bisa berdiam diri lagi melihat keributan tersebut, Satria melangkah di antara dua makhluk yang masih asyik jambak-jambakan dan menggendong Bulan ala karung beras tanpa permisi, dengan santai membawanya berjalan menuruni undakan tribun diikuti Alvie dan Chris.

Adegan ini juga tidak luput dari kamera netizen. Sebagian murid perempuan malah berteriak dan menganggap Satria so sweet. Tapi tidak sedikit juga yang nyinyir Bulan.

"OMG Satria so sweet banget ...," kata salah satu netizen dengan mupeng.

"Idih! Kegatelan banget sih tuh yang digendong, cantikan gue! Kena pelet apa Satria mau sama dia!" tanggap netizen lain.

Sementara Bulan sendiri masih meledak-ledak di gendongan Satria, tidak menggubris netizen-netizen yang nyinyir padanya. Emosinya masih sama, tertuju pada Adinda mak lampir ratu sok kecantikan itu. "Lepasin gue! Mau gue cakar-cakar muka nenek lampir itu! Lepasiinnn!" teriak Bulan meronta-ronta dalam gendongan Satria.

"Aaaduuuhhh mendingan lo diem aja deh Mooottt!" teriak Chris ikut menyamakan langkah dengan Satria diikuti Alvie.

Jakarta, 5 November

11.10 a.m.

Rasti yang dari tadi mencoba menerobos kerumunan masa dadakan akhirnya bisa menggapai sahabatnya yang sedang merapikan rambut dengan wajah masih emosi.

"Dinda, lo nggak papa?" tanyanya khawatir.

"Pake nanya lagi! Liat nih rambut gue jadi rontok semua!" semprot Adinda pada Rasti yang ikut merapikan rambutnya. Tidak hanya rambutnya yang rontok. Hatinya juga.

"Aduh jangan gitu dong, abis ini kita nyalon aja, spa gitu kek biar ati lo adem." Rasti mencoba menenangkan Adinda yang masih setia dengan emosinya.

"Mana bisa ati gue adem kalo cowok yang gue sukai pacaran sama cewek yang jelas-jelas levelnya di bawah gue?!" teriak Adinda masih marah. "Lo tahu sendiri kan gue suka sama Satria dari pertama kali masuk sekolah?" Kali ini entah kenapa mendadak nada ucapan Adinda berubah sedih.

Rasti berusaha memahami dan akan setia mendengarkan keluh kesah sahabatnya yang sedang galau sambil menggiring Adinda menuju parkiran mobil. Tapi baru tiba di sana mereka malah mendapat pemandangan yang sekali lagi membuat Adinda naik pitam.

Jakarta, 5 November

11.10 a.m.

Karena acara festival olahraga, pelajaran pun ditiadakan, jadi tiap murid bisa langsung pulang usai pertandingan. Begitu juga yang Satria rencanakan sekarang. Membawa Bulan pulang, tapi sebelumnya, jangan senang dulu sebab ia akan menceramahi gadis itu.

"Ngapain kayak gitu?!" tanya Satria kembali galak seperti dulu saat sudah menurunkan Bulan di pelataran parkiran mobil sekolah. Kebetulan sekali ia tidak mengendarai CBR hitam melainkan rubicon.

"Dia ngatain gue! Masak gue harus diem aja?" Balas Bulan sambil bersedekap tangan dan cemberut, juga dadanya yang naik turun sebab masih emosi.

"Aduh guys tenang guys jangan es-mos-i!" kata Chris mencoba menjadi penengah. Pom-pom yang dari tadi masih dipegang ia kibas-kibaskan di antara mereka.

Merasa gerganggu, Bulan menepis pom-pom itu dan masih berteriak ingin mencakar mak lampir. Mengepalkan tangan akan melangkah mencari Adinda, akan tetapi tapi dengan cekatan Alvie dan Chris menahan Bulan.

Satria memegangi keningnya sejenak lalu mengambil napas dalam dan mengembuskannya. Berusaha untuk meredakan emosinya juga. Lalu tanpa pikir panjang melepas tangan Alvie dan Chris yang masih memegangi badan berontak Bulan, dan dalam sekali sentakan menarik gadis itu dalam pelukannya.

"Udah diem," kata Satria mencoba menenangkan sambil mengusap rambut Bulan yang masih kusut dan berantakan akibat pertarungan melawan mak lampir tadi.

Mendadak di peluk Satria membuat gadis itu mematung sejenak, lalu seakan sadar emosinya meledak lagi. "Ta-tapi—"

"Ssshhhhh, diem! Diem! Diem!" bisik Satria tepat di telinga Bulan, membuat jantungnya memburu lagi. Bukan karena emosi pada nenek lampir itu atau ucapannya barusan, tapi karena laki-laki itu malah menempelkan wajah pada puncak kepalanya.

Alvie dan Chris yang menonton adegan drama ini mendadak heboh sendiri. Berusaha untuk tidak menjerit keras-keras saat Satria melepas pelukannya pada Bulan dan memegang kedua pipi serta menatap gadis itu dengan intens. "Good, itu lebih baik," katanya.

Bulan merasa tidak berdaya ditatap seperti itu. Merasa kalah dan jatuh pada pesona Satria. Sejenak ada perasaan benci pada dirinya sendiri karena bisa dengan mudah emosinya padam hanya karena pelukan Satria. Bahkan kepalanya seperti mengangguk sendiri mengiyakan kata laki-laki itu.

Jakarta, 5 November

11.15 a.m.

"Awas aja si Bulan itu!" rutuk Adinda dengan kedua tangan yang mengepal erat. Hatinya sakit dan marah melihat Satria memeluk gadis itu dari kejauhan.

Kenapa dirinya bisa kalah hanya dengan soerang Bulan? Kenapa Satria tidak memilihnya yang jelas-jelas memiliki standart tinggi di mata para lelaki di muka bumi? Kenapa sih Satria tidak peka? Memangnya Satria tidak mengerti modus dan perasaannya?

Adinda akan mencari tahu. Juga akan merebut apa yang seharusnya jadi miliknya. Apa yang ia inginkan harus terkabul! Bagaimana pun caranya! Tanpa sadar seringai licik terbentuk dari sudut bibir itu, lantas mengajak Rasti untuk segera pulang.

Jakarta, 5 November

11.15 a.m.

"Ehmmm gandeng terus ampe KUA ...."

"Panas nih mobil, AC-nya nyala nggak sih?!"

Satria akan menganggap ocehan Alvie dan Chris sebagai angin lalu. Saat ini ia tidak ingin melepas tangan Bulan dari genggamannya karena bisa saja sewaktu-waktu gadis itu ngamuk lagi. Melihat raut wajahnya saja masih merah padam. Maka dari itu Satria tidak ingin mengambil risiko terkena cakaran Bulan.

"Kalian mau makan apa? Gue traktir," balas Satria yang langsung membuat Alvie dan Chris berbinar-binar lalu menyebutkan ini itu banyak sekali mirip Nobita menginginkan sesuatu pada Doraemon. Tapi ujung-ujungnya mereka malah makan makanan cepat saji.

"Hadeh, lo kan chaebol16 ngapain sih malah makan di sini? Traktir makanan mahal kek," protes Alvie yang harus puas dengan burger combo dan sodanya.

Bulan langsung menimpuk sahabatnya itu dengan tisyu kering. "Bersyukur lo di traktir!"

"Itu tangan bisa dikondisiin nggak? Panas liatnya, Hot ...," sahut Chris. Menunjuk Satria yang masih menggenggam tangan Bulan menggunakan pelototan matanya. Sedangkan gadis itu sendiri wajahnya sudah sangat merah karena blushing.

"Chaebol apa?" tanya Satria tidak paham dan tidak menggubris protes Chris. Tapi sebelum mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut, ponsel dalam kantung celana basketnya bergetar. Ia mengode kepada geng ABC untuk ijin mengangkatnya.

"Ya?" jawab Satria setelah sambungan tersambung. "Makan," lanjut laki-laki itu lagi. Berikutnya diam menunggu suara diseberang bicara kemudian ia baru menjawab, "Ya. Segera ke sana."

Tanpa sadar Alive, Bulan dan Chris memandangi laki-laki yang baru saja menerima telpon dengan kata-kata singkat dan tanpa ekspresi. Akan tetapi yang di pandangi tidak merasa dan bersikap biasa saja ketika sedang memasukkan ponsel dalam kantung celananya kembali dan berkata, "Sorry, bisa cepetan dikit makannya? Gue ada urusan. Jangan khawatir gue anterin ke sekolah lagi."

"Aaawww baiknya," jerit Chris.

Jadi setelah mengantar Alvie dan Chris kembali ke sekolah sebab motor laki-laki ngondek itu masih disana—padahal Alvie sudah ditawari diantar pulang ke rumah langsung, namun menolak sebab ingin menemani Chis—jadi Satria kembali melajukan rubicon hitamnya dan berhenti tepat di depan D'Lule.

"Bisa tolong bungkusin dua bucket bunga?" tanya Satria pada Bulan yang sebenarnya masih penasaran urusan macam apa yang laki-laki itu sebut hingga harus bergegas? Dan sekarang malah memintanya dibungkuskan dua bucket bunga.

"Oh? Buat?!" Tanpa sadar Bulan merasa curiga.

"Tolong bungkusin bunga lili warna warni sama Anggrek Bulan warna merah. Abis ini ikut gue, biar lo tahu. Gue ijin mama lo dulu," kata Satria meninggalkan dirinya yang masih penasaran. Lalu mulai merangkai bunga yang Satria maksud.

Beberapa menit berkutat dengan keahliannya merangkai bunga, Bulan menyempurnakan sentuhan terakhir dengan pita. Tanpa gadis itu sadari, Satria telah mengamatinya sedari tadi. Saat Bulan mengatakan, "Nih uda beres, mau di kasih tulisan gimana?" Pandangan mereka bertemu.

Hanya butuh sedetik bagi laki-laki itu untuk menutupi rasa keterkejutannya sementara Bulan yang semula merasa berdebar, kini lebih bisa santai kala Satria bersikap normal, berdiri dan menghampirinya.

"Gue sendiri aja," ucap Satria kemudian mengambil alih dua kartu ucapan dan bolpoin dari tangan Bulan lalu mulai menulis.

Bulan yang penasaran melongokkan kepalanya tapi suara Satria membuatnya kaget. "Jangan nyontek! Ganti seragam lo sana!"

Yang diperintah hanya dapat mencibir dan berlalu pergi untuk ganti baju. Beberapa menit kemudian mereka telah pamit pada Erlin dan masuk mobil rubicon Satria. Karena sudah sangat penasaran, akhirnya Bulan tidak bisa menahan diri untuk bertanya,"Mau ke mana kita?"

"Ke apartemen, nyokap gue dateng dan pengen ketemu lo."

Sementara Bulan kontan menegakkan duduk dan membelalakkan mata. "Tante Rani dateng?" Mampus! Makinya dalam hati.

______________________________________

16 anak orang kaya

______________________________________

Thanks for reading this chapter

Thanks juga yang uda vote dan komen

See you next chapter teman temin

With Love
Chacha Nobili
👻👻👻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro