Chapter 13
Selamat datang di chapter 13
Tinggalkan jejak dengan vote dan komen
Tolong tandai jika ada typo
Well, selamat membaca
Semoga suka
❤❤❤
______________________________________
Hubungan itu tidak harus di umbar
Biarkan saja bertiup seperti angin
Siapa yang mengetahuinya atau pun tidak
Aku juga tidak peduli
Asal senyuman hangatmu hanya untukku
°°Cecilia Bulan°°
___________________________________________________________________________
Jakarta, 1 November
06.00 a.m.
Pelukan Satria memberikan efek yang luar biasa bagi Bulan. Sejak saat itu, gadis manis berambut cokelat gelap panjang tersebut merubah pandangannya terhadap Satria. Entahlah, dirinya juga tidak dapat menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Yang jelas ia tidak lagi merasa kesal—malah menjadi senang setiap kali laki-laki itu mengantar dan menjemput ke sekolah setiap hari persis seperti supir pribadinya. Juga mulai semangat bangun pagi untuk menantikan hal itu. Bahkan senang ketika sepanjang jalan Satria terus menggenggam tangannya. Genggaman yang menurut Bulan selalu tepat baginya.
Hal satu ini yang mungkin kedengaran konyol. Bulan juga senang ketika Satria mulai mengeluh, berceloteh, atau menggerutu karena suatu hal kecil yang menurutnya kurang tepat yang mereka temui sepanjang perjalanan. Bagi Bulan, Satria tanpa menggerutu layaknya emak-emak itu tidak lengkap. Bagaikan sayur tanpa garam. Hambar.
Tapi dari itu semua yang paling Bulan sukai adalah senyum Satria yang hangat. Ia baru sadar jika senyum laki-laki itu menular, membuatnya ikut tersenyum juga. Terlebih, senyum yang hanya di tujukan padanya. Membuatnya merasa istimewa.
"Entar pulang sekolah tunggu di depan gerbang kayak biasanya ya?! Gue anter pulang." Perintah Satria hanya mampu Bulan jawab dengan anggukan disertai senyuman manis.
"Ya udah sana ke kelas, gue jaga gerbang dulu." Satria melengkapi kalimat dengan mengusap puncak kepala Bulan. Sebentar, tapi mampu menjadikan jantung gadis itu jumpalitan dan pipinya bersemu merah.
Setelahnya laki-laki itu berjalan mundur, melambai disertai tersenyum tipis kemudian barbalik pergi untuk menjaga gerbang—tugas rutin ketua tim disipliner. Tapi belum selangkah Satria berjalan, panggilan Bulan membuatnya berhenti dan menoleh.
"Sat!! Good luck buat pidato entar!" teriak gadis itu lalu berlari ke kelasnya, meninggalkan Satria yang tersenyum melihat rambut panjang gadis itu berkibaran di terpa angina sejuk pagi hari.
Jakarta, 1 November
07.00 a.m.
Fersival olahraga yang diadakan setiap tahun di SMA Garuda akan dilaksakan mulai hari ini. Sebelum pertandingan-pertandingan diselenggarakan, seluruh siswa berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara pembukaan terlebih dahulu. Meskipun suasananya lebih santai karena memakai seragam olahraga sekolah, namum setiap siswa masih diwajibkan berbaris sesuai dengan kelas masing-masing.
Jam tujuh tepat, upacara siap dimulai. Sebagian besar siswa merasa ogah-ogahan mengikuti upacara ini, sampai tiba saat ketua OSIS—Satria Eclipster memberi pidato untuk membuka cara festival setelah sambutan dari kepala sekolah.
Secara keseluruhan wajah laki-laki itu tergolong tampan. Sangat malah. Hidungnya mancung sempurna, bibirnya juga pas, berpadu dengan struktur rahang yang tegas dan tinggi yang mengancam. Bila diperhatikan lebih detail lagi pandangan laki-laki itu tajam, raut wajahnya tidak dapat terbaca karena datar. Tapi pesona dan kharisma Satria jelas tidak dapat diabaikan begitu saja. Buktinya semua murid perempuan yang berdiri di dekat barisan kelas Bulan memekik senang ketika sang ketua OSIS memulai pidatonya di podium. Bukan itu saja, seluruh murid perempuan kelas sepuluh hingga kelas dua belas juga ramai dan heboh memperhatikan laki-laki itu. Ghibah terang-terangan.
Bulan jelas tidak menggubris murid-murid perempuan yang sedang heboh karena dirinya sendiri juga berusaha menahan agar tidak melakukan hal konyol seperti mereka. Malah sekarang ia melamun sambil senyum-senyum tidak jelas mengingat semua perlakuan Satria padanya yang tidak di ketahui siapapun, tak terkecuali geng ABC.
Ia juga sama dengan murid perempuan lain yang memandang Satria dengan tatapan kagum, memuja, dan sejenisnya, sampai tidak menyadari jika Satria sudah akan mengakhiri pidatonya. Kalimat Satria yang ia dengar hanya, "Saya berharap semua teman-teman berlaku sportif dan saling mendukung agar acara festival olahraga tradisi tahunan di SMA kita berjalan dengan lancar. Terima kasih."
Satu yang bisa Bulan tangkap dari pidato itu. Suara Satria yang jernih, dalam, berat dan terkendali yang mampu menghipnotis semua orang agar menatap fokus pada laki-laki itu termasuk Bulan. Lalu suara tepuk tangan menyadarkan gadis itu kembali ke alam nyata.
"Pesona bang Sat emang uuunnccchhh bangettt ...." Chris mengatakan hal tersebut dengan mupeng. Sementara jijik dengan kelakuan laki-laki gemulai itu, Alvie melempar kepala Chris menggunakan kuncir buluknya.
Sedangkan ekor mata Bulan sendiri masih menyusuri sang pujaan hati yang kini sedang berjabat tangan dengan beberapa guru dan kepala, lalu berjalan ke lapangan futsal.
"Ini cuma perasaan gue atau emang si Lemot akhir-akhir ini senyam-senyum kek orang gila?"
"Gue kira cuma gue yang ngerasa dia gitu." Alvie membenarkan ucapan Chris sambil melihat sahabat lemotnya itu yang nampaknya tidak menggubris apapun omongannya dengan Chris.
Kemudian mereka mengikuti ke mana arah pandangan Bulan dan berhenti pada satu titik. Alvie dan Chris seakan paham jika sahabat lemotnya satu ini sedang memandangi Sa-tria. Mereka berdecih sebelum keduanya menonyor kepala Bulan, membuat gadis itu me-ngaduh. "Aduh! Apaan sih ganggu aja deh!" keluhnya yang di hadiahi cengiran oleh Alvie dan Chris.
"Diliatin mulu, noh samperin!" Chris menowel lengan Bulan yang masih mengusap kepala bekas jitakan kedua sahabat laknatnya.
"Ngapain?" tanya Bulan polos. Seperti biasa, gadis berambut cokelat tua ini lemotnya tidak kira-kira. Tidak sadar jika Satria itu layaknya tikus, santapan lezat bagi ular-ular betina yang menatapnya lapar.
"Ck, liat tuh cewek yang di sebelahnya, ngikutin bang Sat mulu!" tuding Alvie sambil mengarahkan kepala Bulan agar mengikuti arah telunjuk sahabatnya tersebut.
"Adinda? Dia kan emang sekretaris OSIS, wajarlah ngikutin kemana-mana, lagian Bagas, wakil ketua OSIS juga ikut kan sama bang Sat," jawab Bulan berusaha berpikir logis. Tapi tidak di setujui oleh Alvie dan Chris. Pasalnya mereka berdua sering kali mendengar Adinda and the genk berkoar-koar tentang Satria. Bulan tentu tidak mendengarkan mereka karena asyik memainkan ponsel—sibuk membalas pesan dari Satria. Atau kadang gadis itu tidak ikut ke kantin karena ke ruang OSIS untuk bertemu Satria dengan alasan menemaninya makan bekal yang dibawakan mamanya. Jadi tidak tahu-menahu tentang hal itu.
Sebenarnya hubungan Satria dan Bulan ini tergolong tidak tercium oleh warga sekolah. Padahal mereka kerap terbersama di ruang OSIS. Tapi warga sekolah menganggapnya itu hal yang wajar dan berpikir kebersamaan mereka pasti karena Satria sedang memberikan hukuman bagi Bulan—mengingat gadis itu langganan terlambat datang ke sekolah. Jadi, wajar saja jika Satria masih dikejar-kejar Adinda sang sekretaris OSIS mau pun Adinda-Adinda yang lain.
"Awas aja tuh cewek nempel-nempel sama bang Sat, gue cakar mukanya!" Bulan melihat tangan Chris menyakar udara sebab sedang geram.
"Kok jadi lo yang emosi?" tanya Alvie dan Bulan bersamaan. Keduanya memasang wajah curiga.
"Ehee maap, kebiasaan ngefans sama si bang Sat." Chris terkekeh dengan tangan memohon. Gerakannya anggun. Sesekali juga menutupi mulut menggunakan tangan.
"Harusnya dia tuh yang lo cakar mukanya!" kata Alvie pada Bulan sambil terkekeh juga, membuat mereka bertiga lantas tertawa bersama.
"Ngetawain apa?"
Geng ABC kontan menghentikan tawa untuk menoleh pada suara yang tidak asing. Suara yang mereka kenal dengan baik. Suara berat Satria. Membuat mereka bertiga jadi gelagapan dan salah tingkah karena tercyduck ghibah.
"Kepo," jawab Bulan reflek begitu saja, membuat alis Staria terangkat satu. "Ngapain ke sini? Bukannya lo harus keliling ngawasin pertandingan?" tambah gadis itu.
Belum sempat menjawab pertanyaan Bulan, tiba-tiba Adinda datang berkacak pinggang dan mengomel. "Kalian ini ngerumpi aja, nggak ke lapangan apa? Kasih suport kelas kalian kek, malah gosip aja pagi-pagi gini!"
Alvie, Bulan dan Chris menjibir. Akan tetapi dalam hati mereka sedikit lega karena tidak tercyduck ghibah nenek lampir di depannya. Dengan malas berdiri berniat ke lapangan tapi kalimat Satria menghentikan mereka.
"Bulan, tinggal, yang lain ke lapangan dulu," ucap Satria dengan wajah datarnya.
"Ya ampun jangan bilang lo telat lagi, Sat kalau cuma ngasih hukuman buat tukang telat kek dia gue juga bisa," sahut Adinda dengan raut wajah sama sekali tidak ramah dan lagi-lagi menyimpulkan seenak jidatnya. Kontan mengerucutkan bibir Bulan.
Gadis itu baru akan protes tapi Satria lebih dulu bersuara. "Ngasih hukuman, itu tugas gue, tolong lo awasin pertandingan lapangan futsal."
"Tapi Sat, lo abis ini nyusul kan?" tanya Adinda dengan suara menye-menye, membuat Alvie, Bulan dan Chris ingin muntah saat mendengarnya.
Tidak menjawab pertanyaan Adinda, Satria menatap geng ABC. "Ngapain kalian berdua masih di sini?" Kemudian tatapannya perpindah ke gadis itu. "Bulan, ikut gue ke ruang OSIS."
Lalu Satria berjalan ke ruang OSIS dengan Bulan yang mengekorinya sambil melambai ke arah Alvie dan Chris yang berbisik, "Bye love bird, met sayang-sayangan."
Sedangkan Adinda hanya mengawasi kepergian mereka dan terpaksa kembali ke lapangan futsal dengan tatapan jengkel.
Jakarta, 1 November
08.09 a.m.
"Ngapain ke ruang OSIS?"
"Hm?" Satria hanya bergumam saat menanggapi pertanyaan Bulan sambil membuka pintu ruang OSIS yang sedang kosong karena semua anggota sedang bertugas mengawasi berbagai macam pertandingan olah raga di lapangan.
Saat Bulan sudah masuk, Satria malah menarik gadis itu dalam pelukannya. Membuat Bulan melotot, tapi tidak mampu melawan. Jantungnya kembali berdebar tidak karuan.
"Sat, ngapain? Ini lagi di sekolah, gimana kalau ada yang liat?"
"Bentar aja, ngisi energi."
______________________________________
Thanks for reading this chapter
Thanks juga yang uda vote dan komen
See you...
With Love
Chacha Nobili
👻👻👻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro