Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tak Bisa

Pras menambah kecepatan ketika mengingat kejadian tadi, sementara Tantri mengeratkan genggamanannya pada sabuk pengaman yang ia pakai, berharap semua akan baik-baik saja meski ia tidak tau apa yang telah terjadi pada Pras.

***

"Pras!" mama Rahayu memanggil Pras agar mendekat kearahnya.

"Ya, ma." Pras telah berada dihadapan mamanya.

"Oma kamu sakit, mama harus kesana sekarang. Kamu pulang saja sama Tantri, tadi mama lihat dia berjalan keluar lewat pintu samping." mama Rahayu menunjuk pintu dimana Tantri keluar.

"Biar Pras antar mama dulu sebelum pulang," Pras berusaha menolak untuk pulang berdua bersama Tantri. Ia takut melakukan sesuatu yang menyakiti Tantri karena kekecewaan yang dia rasakan, terlebih setelah melihat Anggi berdiri didepannya dengan pria lain, bukan dengannya. 

"Hendra sudah perjalanan kemari, tadi mama sudah beritahu dia. Lebih baik kamu susul Tantri, ajak dia pulang ke rumah."

"Baik, ma."

Pras melangkah menuju taman yang terhubung melalui pintu samping, diambang pintu dia melihat Tantri yang sedang berbicara dengan pria lain. Entah kenapa tanpa dia sadar, kakinya melangkah cepat ke sana dan langsung menarik tangan Tantri tanpa mau mendebat pria yang ternyata adalah sahabatnya, Bagas.

***

Sesampainya di rumah bergegas keluar mobil, Pras meninggalkan Tantri begitu saja. Tantri tersenyum miris mendapat perlakuan seperti itu,  meski dia telah terbiasa dengan perlakuan Pras yang dingin selama ini.

Menghela nafas pelan untuk menetralkan nyeri dihatinya, dia berjalan menyusul Pras ke kamar. Tantri memang sudah seminggu sekamar dengan Pras, hal itu dikarenakan saat berkunjung ke rumah mereka, Oma mengetahui jika keduanya tinggal dikamar yang terpisah. Setelah mendapatkan ceramah panjang dari sang Oma, membuat mereka mau tak mau menuruti perintah Omanya. 

Ketika Tantri masuk dalam kamar, Pras yang telah berganti pakaian menatap sekilas pada Tantri kemudian menuju ranjang dan tidur membelakanginya. Tantri semakin bingung atas sikap Pras malam ini.

"Mas," Tantri memberanikan diri mendekat ke arah Pras. 

Pras masih tak bergerak ditempatnya. Namun kali ini Tantri tak akan menyerah, semuanya harus dibicarakan.

"Mas Pras, aku tahu mas belum tidur, boleh aku bertanya? Kenapa mas Pras bersikap seperti ini ke aku? Apa salah aku mas, kenapa kamu sekarang seperti membenciku?" menahan untuk tak menangis,  Tantri memberanikan diri memulai pembicaraan dengan Pras.

Berhasil, Pras mulai merubah posisinya bersandar pada kepala ranjang, namun dia menatap Tantri dengan tatapan yang tajam.

"Kamu tanya kenapa aku begini? Itu semua karena ikatan ini. Kamu tahu pasti jika aku tak pernah sedikitpun mencintaimu. Tapi kenapa kamu malah masih bertahan, ha?" Pras menjawab dengan nada dingin.

Tantri membisu mendengar perkataan Pras. Tanpa terasa air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya luruh dengan sendirinya.

"Lalu aku harus bagaimana mas? Akupun juga tak mau mengikatmu seperti ini." dengan suara parau dia bertanya kemudian kepalanya menunduk, berharap air matanya berhenti agar ia tak terlihat lemah dimata Pras.

"Bebaskan aku dari ikatan sialan ini! Apa kamu bisa? Katakan! Nyatanya ikatan ini tak akan pernah terlepas."
Pras menekan setiap kalimatnya. Setelah mengatakan itu, Pras berjalan keluar kamar dan menutup pintu dengan keras. Hal itu membuat Tantri semakin terisak dalam tangis.

Dia memang mencintai Pras, meski tahu Pras tak pernah sekalipun membalasnya. Tapi, terikat bersama Pras bukanlah kemauannya. Lantas, apa yang harus dia perbuat untuk ikatan ini?

"Dia tak akan pernah mencintaiku, pa." Tantri membekap mulutnya, biarkan ia menangis malam ini untuk menumpahkan seluruh perasaan yang telah ditahan semenjak ia menikah dengan Pras.

....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro