Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sakit

Hujan deras menyapa malam ini, Pras gelisah dalam tidurnya. Berkali-kali dia mengigau.

Sejak kedatangan Anggi tadi sore, satu hal yang dia tahu, tak akan ada lagi celah baginya untuk bisa bersama Anggi. Anggi tidak hanya datang untuk berkunjung, tapi juga menyerahkan sebuah undangan yang dengan melihat sekilaspun Pras tahu bahwa itu undangan pernikahan. 

Setelah kepulangan Anggi dari rumahnya tadi sore, Pras masuk dalam kamar dan belum keluar lagi sampai sekarang.  Entah apa yang dilakukannya dalam kamarnya selama itu. Tantri yang tahu situasi, tidak berani mengusiknya dan memilih menyibukkan diri di dapur membantu sang mama. 

Tantri yang semula naik ke lantai atas karena diminta sang mama untuk mengajak Pras makan malam, mendengar samar suara igauan Pras dari balik pintu. Khawatir terjadi sesuatu, dia memberanikan diri membuka pintu kamar Pras.

Dari tempatnya berdiri, terlihat Pras bergerak tidak nyaman. Segera dia berjalan ke arah Pras berada. Diusapnya kepala Pras, reflek dia menjauhkan tangannya. Demam, Pras sakit. Dia menyapukan pandangan ke sekeliling kamar Pras, berantakan.  Dia menyadari banyak album foto serta barang-barang yang semula tertata rapi di atas meja kini berserakan dilantai.

Bergegas turun, dia mengambil alat kompres, makan malam serta obat untuk merawat Pras.

"Dimana Pras, Tantri? Kenapa kamu malah mau bawa nampan ke atas?  Dan... Baskom? Pras sakit?" Rahayu menodongkan banyak pertanyaan ketika melihat Tantri membawa nampan dari arah dapur. 

"Mas Pras demam,ma. Tantri mau bawain makanannya keatas agar mas Pras bisa minum obat," Tantri kemudian melangkah kembali ke lantai atas. 

***

Setelah mengompres badan Pras, lagi-lagi Tantri mendengar Pras mengigau, sepertinya demamnya tambah tinggi. 

"Anggi, aku mencintaimu. Jangan tinggalin aku, Anggi.. Anggi... Kumohon," terlihat airmata menetes dari sudut mata Pras.

Melihat apa yang dilakukan pras dalam keadaan tak sadarnya, Tantri menahan tangis dengan mengatupkan rapat bibirnya. Hal itu sama sekali tak berhasil karena airmatanya semakin mengalir deras. 

Cepat menghapus airmatanya, dia membangunkan Pras untuk makan dan minum obat. 

"Mas Pras, tolong bangun dulu sebentar. Mas harus minum obat ini," digoyangkan badan Pras pelan agar pemilik badan segera bangun. 

Eeunggh...

Pras perlahan mulai membuka matanya, dirasakan pening seperti menghantam ketika dia membuka mata.  Sepertinya dia sakit karena terlalu memforsir badannya untuk menyelesaikan permasalahan pada perusahaan mendiang Wisnu serta perusahaan miliknya sendiri. 

Tantri hanya diam ketika membantunya bangun kemudian bersandar dipunggung ranjang. Setelah memastikan Pras nyaman dengan posisinya, dia mulai membujuk Pras untuk minum obat.

"Mas Pras makan dulu ya, setelah itu minum obatnya. Tantri sudah bawakan makan malam mas kemari," mendekatkan sendok kemulut Pras,  namun kepala Pras malah menoleh kesamping. 

"Aku bisa makan sendiri. Tinggalkan aku," Pras berkata tanpa melihat pada Tantri.

Berusaha tetap tersenyum, dalam hati Tantri merasa sakit atas penolakan Pras. 

"Baiklah, obatnya aku letakkan diatas meja. Tantri akan keluar," Tantri berbalik dan keluar setelah sebelumnya menyerahkan piring yang dipegangnya pada Pras.

Airmatanya luruh bersamaan dengan pintu kamar Pras yang dia tutup. 

"Apakah tak ada sedikitpun tempat untukku dihatimu?" Tantri berlari masuk kedalam kamarnya.

....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro