Masa Lalu
Dua Puluh tahun yang lalu
Dalam ruang yang cukup luas, seorang anak kecil merintih menerima pukulan demi pukulan dari seorang pria dewasa didepannya. Luka dipelipis serta baretan dan lebam di lengan, punggung dan kaki kecil karena pecutan gesper seakan belum cukup di terimanya. Bocah 8 tahun itu hanya merintih tanpa mau melawan ataupun meminta bantuan.
Atma Anggara, pria itu terus menyiksa bocah malang didepannya secara membabi buta. Baginya, Prasta Anggara adalah penyebab utama kepergian Prastiwi, istrinya. Demi menyelamatkan Pras bulan lalu, Prastiwi rela mengorbankan nyawanya dalam kecelakaan naas yang seharusnya menimpa Pras.
Pras yang saat itu sedang menunggu ibunya menjemput sepulang sekolah, memilih bermain disekitar gedung yang masih dalam proses pembangunan, tanpa tau jika bahaya ada didekatnya. Saat asyik bermain, tiba-tiba angin kencang menerpa membuat kayu-kayu penyangga diatasnya goyah, Prastiwi yang datang melihat hal itu, segera berlari menghampiri dan mendorong Pras menjauh untuk menyelamatkannya, namun malah dirinya yang tertimpa reruntuhan. Luka parah di nagian kepala dan cidera hebat yang dialami, membuat Prastiwi tak mampu bertahan lama selang beberapa saat tiba di rumah sakit. Atma yang merasa terpukul, apalagi Prastiwi meninggal saat sedang mengandung anak kedua mereka,mulai dari saat itulah ia menjadikan Pras sebagai penyebab ia kehilangan istrinya. Setelah peristiwa itu, setiap melihat Pras, dia akan selalu menyiksa anak itu seakan derita Pras tak setimpal dengan kematian istrinya.
Saat Atma sedang menyiksa Pras, Wisnu yang notabene merupakan sahabat Atma tiba-tiba datang. Hal ini lantaran bulan lalu Wisnu tidak bisa hadir dalam pemakaman istri sahabatnya itu karena sedang berada diluar negeri selama 2 bulan.
Melihat pemandangan yang tak pernah ia sangka sebelumnya, membuat Wisnu refleks berlari menghindarkan Pras dari pukulan ayahnya. Atma yang dia kenal dulu sangatlah mencintai Prastiwi, dia juga menyayangi Pras, bahkan dia selalu memanjakan Pras setiap ada kesempatan. Namun, sepeninggal Prastiwi semua berubah. Hanya ada pandangan benci yang Wisnu lihat dimata Atma untuk Pras.
"Atma, kenapa kamu perlakukan Pras seperti ini? Ingat, dia anakmu!"
"Dia bukan anakku. Dia telah membunuh istriku! Kalau saja Tiwi tidak menyelamatkannya, pasti dia masih disini bersamaku." Atma menangis sambil menunjuk ke arah Pras yang disembunyikan di belakang tubuh Wisnu.
Pras kecil yang sudah mengerti arti penolakan yang dilakukan ayahnya, semakin terisak menggenggam erat ujung baju Wisnu. Sebulan ini luka fisik dan batin telah ia terima dari ayahnya. Ia tak ingin ibunya meninggal, tapi ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengembalikan ibunya, sehingga ia hanya bisa pasrah atas perlakuan ayahnya tanpa mau menghindar ataupun melawan.
"Tiwi meninggal karena takdir,Atma. Bukan karena Pras. Meskipun tak memyelamatkan Pras, jika Tuhan berkehendak, kamu akan tetap kehilangan Tiwi dengan cara lain."
Atma diam mendengar ucapan Wisnu, ia tahu itu takdir. Namun, hatinya tak terima dan selalu melimpahkan kesalahan pada Pras. Mengepalkan tangan dia mengucapkan hal yang tak pernah Wisnu duga sebelumnya.
"Bawa dia pergi, Wisnu. Jangan biarkan aku menyakitinya lagi. Aku hanya akan memberinya luka jika aku melihatnya dan mengingat kematian Tiwi. Cepat pergi Wisnu! Bawa dia! Sebelum aku membunuhnya!" Atma berteriak bersama isakan yang semakin keras.
"Baiklah, aku akan membawanya pergi. Jika suatu saat kamu siap, temuilah dia. Bagaimanapun nanti, dia tetaplah anakmu. Aku pergi," setelah berkata pada Atma, Wisnu berbalik memegang pundak kecil Pras dan berkata," Ayo, nak. Aku yang akan merawatmu, aku akan menjadi papa untukmu,namun tetap dialah ayahmu yang sebenarnya."
Wisnu beranjak dengan menggendong bocah kecil yang terus menatap ke arah ayahnya sampai pintu rumah itu tertutup.
***
Tiba dirumahnya, Wisnu disambut gadis kecil berusia 4 tahun yang sedari bangun tidur menanti papanya untuk melepas rindu. Dua bulan mereka tidak bertemu, membuat gadis itu langsung berlari ketika mendengar suara mobil masuk dalam pekarangan rumah. Menghampiri mobil yang tadi dikendarai papanya, alisnya mengkerut ketika bukan hanya papanya yang turun, tapi juga ada anak laki-laki bersama papanya. Dengan pandangan bertanya, Tantri kecil melihat pada Pras. Wisnu yang tahu arti tatapan putrinya mengatakan jika Pras sekarang adalah kakaknya. Reaksi mengejutkan ditunjukkan oleh Tantri, dia berlari bukan untuk memeluk papanya, melainkan dia malah memeluk Pras dengan tawa riangnya. Sejak dulu dia ingin memiliki kakak laki-laki, dan hari ini Tuhan mengabulkan doanya. Tantri merasa sangat bahagia menerima kehadiran Pras.
Rahayu yang sedari tadi melihat reaksi putrinya tersenyum hangat. Sebelumnya, Wisnu sudah memberitahunya tentang kehadiran Pras dan dia mendukung niat baik suaminya itu. Sejak saat itulah Pras tumbuh bersama dengan Tantri dibawah didikan Wisnu.
....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro